Kenapa COVID-19 Indonesia Lebih Sedikit Dibanding AS dan India? Ini Perkiraan Pakar Epidemilogi
JAKARTA- Pakar epidemiologi dari University Of North Carollina Chapel Hill Juhaeri Muchtar menjelaskan ada beberapa kemungkinan alasan mengapa kasus COVID-19 di Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan kasus di negara dengan penduduk besar seperti Amerik Serikat dan India. Juhaeri dalam webinar tentang keamanan selama pandemi yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni IPB Sabtu 10 Oktober 2020 mengatakan […]
Nasional & Dunia
JAKARTA- Pakar epidemiologi dari University Of North Carollina Chapel Hill Juhaeri Muchtar menjelaskan ada beberapa kemungkinan alasan mengapa kasus COVID-19 di Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan kasus di negara dengan penduduk besar seperti Amerik Serikat dan India.
Juhaeri dalam webinar tentang keamanan selama pandemi yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni IPB Sabtu 10 Oktober 2020 mengatakan dari enam besar negara dengan penduduk tertinggi dunia, Indonesia merupakan yang kedua paling sedikit kasus COVID-19 setelah China.
“China, India, Amerika, Indonesia, Rusia, Brasil, dari enam besar negara dengan penduduk tinggi semuanya punya kasus terbesar di dunia kecuali Indonesia dan China,” kata dia.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Di Amerika Serikat, kata Juhaeri, memiliki insiden rate yang hampir sama dengan Brasil, India, dan Rusia yaitu sebanyak 230 orang terinfeksi virus COVID-19 pada setiap 100.000 penduduknya. Sementara insiden rate di Indonesia yaitu dari 100,000 penduduk terdapat 12 orang yang terinfeksi COVID-19 atau lebih rendah 20 kali lipatnya dibandingkan Amerika Serikat.
Menurut Juhaeri, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kasus di Indonesia lebih sedikit dibandingkan negara dengan penduduk besar lainnya. Beberapa kemungkinan yang bisa disimpulkan adalah penanganan seperti pengetesan, pelacakan kasus, dan penanganan kasus COVID-19 disertai dengan pembatasan sosial di Indonesia lebih baik dibandingkan Amerika, India, Brasil, dan Rusia.
Selain itu, kemungkinan lainnya adalah sistem imun pada masyarakat Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang seperti negara di Benua Amerika dan Benua Asia lainnya. Atau, sistem deteksi dan pengetesan kasus COVID-19 di Indonesia belum selengkap dan setara dengan AS, India, Rusia, Brasil.
Dari simpulan tiga dugaan yang butuh penelitian lanjutan yang disebutkan oleh Juhaeri tersebut, dia menilai saat ini kemungkinan paling besar dikarenakan kemampuan tes di Indonesia belum seperti di AS dan negara lainnya sehingga kasusnya terlihat lebih kecil. “Kita harus hati-hati, yang 234.000 kasus itu mungkin masih under estimasi atau di bawah nilai sebetulnya,” kata Juhaeri sebagaimana dilaporkan Antara.
Dia menyebutkan apabila insiden rate kasus COVID-19 di Indonesia disamakan dengan kasus di AS, maka kasus COVID-19 bisa mencapai 6,3 juta kasus. Kasus COVID-19 di Amerika Serikat saat ini sekitar 7,7 juta orang dengan 213 ribu kematian.