Ilustrasi Cyber security
Perbankan

Kendala Perbankan untuk Perkuat Keamanan Siber di Tengah Transformasi Digital

  • Transformasi digital di sektor keuangan dan perbankan masih belum diiringi dengan sistem keamanan siber yang memadai.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Sektor perbankan sering kali menjadi target utama serangan siber. Di tengah pesatnya transformasi digital, perlindungan terhadap keamanan siber menjadi sangat krusial bagi para pemain industri keuangan. 

Menurut Rony Tanrim, VP Business Development PT Privy Identitas Digital (Privy), bisnis di industri keuangan atau perbankan adalah bisnis yang bergantung pada kepercayaan nasabah. 

"Untuk menjaga reputasi dan kepercayaan nasabah, dunia perbankan perlu berinovasi dalam transformasi digital saat ini," ujar Rony melalui pernyataan tertulis, dikutip Senin, 5 Agustus 2024. 

Kendala dalam Keamanan Siber

Sayangnya, transformasi digital di sektor keuangan dan perbankan masih belum diiringi dengan sistem keamanan siber yang memadai. 

Salah satu kendala utamanya adalah biaya yang tidak murah. Rony menjelaskan bahwa pelaku bisnis di industri keuangan masih menganggap keamanan siber sebagai biaya tambahan. 

"Sebenarnya ini klise, tetapi sederhana. Para pelaku bisnis di industri keuangan atau perbankan merasa ini masih baru dan dianggap sebagai biaya tambahan, padahal mindset yang perlu ditanamkan adalah bahwa ini adalah investasi," jelasnya.

Pentingnya ISO 27001 dan Disaster Recovery Center

Rony menyoroti dua hal penting yang perlu dimiliki oleh industri perbankan untuk memperkuat keamanan siber, yaitu sertifikasi ISO 27001 dan memiliki satu Data Center (DC) serta satu Disaster Recovery Center (DRC). 

ISO 27001 terkait dengan sistem informasi dan data privasi yang menjadi kekuatan internal suatu bisnis, sementara DC dan DRC berfungsi sebagai langkah mitigasi risiko dan keamanan dalam proses digitalisasi.

"Keamanan siber membutuhkan standar ISO 27001 tentang sistem informasi dan data privasi. ISO ini bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga menjadi kekuatan internal yang mengarahkan dan memastikan perusahaan mengikuti prosedur keamanan informasi yang telah ditetapkan," kata Rony.

Fungsi Disaster Recovery Center

Rony juga menekankan pentingnya kepemilikan DRC bagi institusi keuangan. DRC berfungsi seperti genset yang menyediakan daya cadangan saat listrik utama mati. 

Jika terjadi masalah di DC, DRC akan mengambil alih dengan cepat dalam hitungan menit. Ronny mengatakan bahwa dibutuhkan kedisiplinan dalam melakukan mirroring data antara DC dan DRC dengan cepat. 

Inovasi Keamanan Siber dalam Digital Bank Summit 2024

Privy menegaskan perlunya inovasi untuk memperkuat keamanan siber di industri keuangan dan perbankan dalam acara Digital Bank Summit 2024 yang bertema 'Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk Mencegah dan Mendeteksi Fraud dalam Pembayaran Digital'. 

Ronny menegaskan bahwa sangat penting untuk memastikan keabsahan identitas dan persetujuan yang sah dari pengguna layanan keuangan digital, termasuk bank digital. 

“Sebagai Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) yang berinduk ke Kominfo, Privy telah mengadopsi teknologi liveness detection dan 3 Factor Authentication untuk memverifikasi identitas calon nasabah sebelum dapat menyetujui dan menandatangani kontrak digital yang diamankan dengan sertifikat elektronik," jelas Rony.

Pentingnya Investasi dalam Keamanan Siber

Dalam era transformasi digital yang masif, investasi dalam keamanan siber bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. 

Perbankan sebagai industri yang sangat bergantung pada kepercayaan nasabah harus memastikan bahwa mereka memiliki sistem keamanan yang kuat dan tangguh. 

Dengan langkah-langkah seperti adopsi ISO 27001 dan kepemilikan DRC, serta inovasi teknologi seperti AI, industri perbankan dapat melindungi diri dari ancaman siber dan menjaga kepercayaan nasabah.

Dengan demikian, keamanan siber tidak hanya melindungi data dan informasi, tetapi juga menjaga reputasi dan kepercayaan yang sangat berharga dalam industri keuangan.