Kepala NFA Minta Bulog Optimalkan Penyerapan Produksi Padi Saat Panen Raya
- "Saya ingin menekankan bahwa sebagai lembaga yang ditugaskan pemerintah untuk mengelola dan menyalurkan stok beras dalam rangka stabilisasi pangan, Bulog harus bergerak cepat melakukan serapan dengan memanfaatkan momentum panen raya kali ini," ujar Arief
Nasional
JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, menegaskan pentingnya penyerapan produksi padi dalam negeri oleh Perum Bulog selama periode panen raya. Hal ini disampaikannya saat melakukan kunjungan ke Sentra Penggilingan Padi (SPP) Sragen, Jawa Tengah, pada Senin (29/4/2024).
"Saya ingin menekankan bahwa sebagai lembaga yang ditugaskan pemerintah untuk mengelola dan menyalurkan stok beras dalam rangka stabilisasi pangan, Bulog harus bergerak cepat melakukan serapan dengan memanfaatkan momentum panen raya kali ini," ujar Arief sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari keterangan resmi pada Selasa, 30 April 2024.
Untuk mewujudkan hal ini, Arief meminta Bulog untuk menjalin kerjasama dengan para penggilingan padi guna memasok Gabah Kering Giling (GKG) kepada Bulog. Selain itu, kerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) juga dianggap penting untuk mengumpulkan gabah/beras langsung dari petani.
Baca Juga: Stok Beras Nasional 1,475 Juta Ton, Produksi Dalam Negeri Masih Kurang
Arief mengharapkan bahwa dengan adanya infrastruktur pengolahan beras seperti SPP Bulog Sragen, kapasitas penyerapan Bulog dapat ditingkatkan secara maksimal. SPP Bulog Sragen merupakan salah satu dari tujuh SPP yang dimiliki Bulog, tersebar di sentra-sentra produksi padi. SPP ini dilengkapi dengan mesin pengering berkapasitas 120 ton per hari, Rice Milling Unit (RMU) berkapasitas 6 ton per jam, dan 3 unit silo berkapasitas simpan 2.000 ton.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca produksi - konsumsi beras pada bulan April dan Mei 2024 masih menunjukkan surplus masing-masing sebesar 2,96 juta ton dan 0,62 juta ton. Namun, di bulan Juni 2024 diperkirakan terjadi defisit sebesar 0,45 juta ton.
Arief menekankan pentingnya menjaga momentum panen raya, yang memberikan kontribusi hingga 70 persen dari total produksi nasional, terutama di sentra-sentra produksi padi seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Hal ini sejalan dengan perhatian Presiden Jokowi untuk memanfaatkan produksi dalam negeri dan mengurangi impor.
Saat ini, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Bulog mencapai 1,5 juta ton, digunakan untuk berbagai intervensi stabilisasi pangan seperti operasi pasar dan program bantuan pangan yang menyasar 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di seluruh Indonesia.
Arief menyampaikan bahwa sesuai arahan Presiden, program bantuan pangan beras akan berlanjut hingga Juni 2024, asalkan APBN mencukupi. Oleh karena itu, persiapan penyaluran bantuan pangan dari stok CBP diupayakan agar sebanyak mungkin berasal dari produksi dalam negeri.
Hingga 28 April 2024, realisasi penyerapan gabah/beras dalam negeri untuk CBP oleh Bulog mencapai 169.421 ton atau 28,24 persen dari total target penyerapan 600 ribu ton hingga akhir Mei 2024.
Melalui kebijakan fleksibilitas harga pembelian, diharapkan penyerapan gabah dapat terus ditingkatkan di seluruh wilayah, terutama di 8 sentra produksi padi utama. Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga harga gabah/beras di tingkat petani agar tidak merosot saat panen raya. Fleksibilitas harga gabah/beras termasuk peningkatan harga pembelian dari petani menjadi strategi yang diambil Bulog untuk mencegah penurunan harga yang signifikan.
Di antara kebijakan fleksibilitas harga yang diterapkan adalah peningkatan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) dari Rp 5.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 6.000 per kg, serta peningkatan HPP gabah kering giling (GKG) dari Rp 6.300 per kg menjadi Rp 7.400 per kg di gudang Bulog. Selain itu, HPP beras di gudang Bulog juga mengalami penyesuaian, dari Rp 9.950 per kg menjadi Rp 11.000 per kg.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Bulog dapat lebih efektif dalam menyerap produksi dalam negeri selama periode panen raya, menjaga stabilitas harga di tingkat petani, serta memenuhi kebutuhan pangan nasional.