Kepala SKK Migas Waspadai Fluktuasi Harga Imbas Krisis Perbankan hingga Geopolitik
- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIgas) Dwi Soetjipto mengungkapkan, ada beberapa hal yang mempengaruhi harga minyak dunia dalam beberapa waktu terakhir.
Nasional
JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIgas) Dwi Soetjipto mengungkapkan, ada beberapa hal yang mempengaruhi harga minyak dunia dalam beberapa waktu terakhir.
Salah satunya karena terjadinya geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang belum diketahui kapan akan berakhir dan beberapa potensi konflik negara lain menyebabkan dinamika harga minyak dan gas menjadi sangat tinggi dan tidak bisa diprediksi kenaikan dan penurunan harganya.
"Kita tahu Amerika sempat lepas cadangan minyak, tapi di satu sisi OPEC justru memotong produksi sehingga harga minyak turun 70 dolar AS naik lagi 84 sampai 85 dolar AS. Mungkin dalam beberapa tahun kedepan masih akan jadi referensi kita melihat harga minyak," ujarnya dalam Konpers Kinerja SKK Migas kuartal I-2023 pada Senin 17 April 2023.
- Resmi IPO, Merdeka Battery Materials Incar Dana Rp9,2 Triliun
- Makin Canggih! Google Akan Tambahkan Fitur AI ke Mesin Pencarinya
- IHSG Dibuka Menguat ke 6.800,83, Ini Daftar Saham yang Naik dan Turun
Tak hanya itu, Dwi mengatakan, krisis keuangan akibat bangkrutnya lembaga keuangan seperti SVB, Credit Suisse dan lainnya turut memberikan ketidakpastian situasi perekonomian global.
Melihat kondisi tersebut, turut mengerek agresivitas investasi di hulu migas, seiring dengan harga migas yang semakin apik. Meski begitu, tren inflasi yang masih tinggi membuat pemain global masih mengerem investasi untuk menghindari risiko krisis.
Meski begitu, Dwi masih optimistis harga, pendanaan, dan tren investasi hulu migas di Indonesia masih cukup agresif. Pihaknya pun mengantisipasi kondisi lain yang akan mengoreksi tren baik tersebut.
“Jangan sampai potensi minyak dan gas tertinggal di perut bumi, karena tidak bisa dimanfaatkan saat nanti energi baru dan terbarukan (EBT) sudah menggantikan peran energi fosil. Oleh karenanya rencana investasi hulu migas 2023 sebesar 15,5 miliar dolar AS hendaknya bisa direalisasikan seluruhnya," pungkas Dwi.