<p>Ekspor kereta api buatan BUMN PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA ke Bangladesh / Dok. Indonesia Eximbank</p>
Ekonomi, Fintech & UMKM

Keren! INKA Bangun Proyek Kereta Api Hubungkan Negara Mali-Senegal di Afrika

  • Direktur Utama INKA Budi Noviantoro menjelaskan pihaknya telah berkunjung ke Senegal dan berdiskusi dengan salah satu perusahaan di Afrika untuk membangun jalur kereta api dari Bamako (Ibu Kota Mali) sampai ke Dakar (Ibu Kota Senegal).

Ekonomi, Fintech & UMKM

Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA akan membangun proyek upgarding jalur kereta api (KA) yang menghubungkan dua negara di Afrika Barat. Kedua negara itu yakni Mali dan Senegal dengan total panjang jalur 1.023 kilometer.

Direktur Utama INKA Budi Noviantoro menjelaskan pihaknya telah berkunjung ke Senegal dan berdiskusi dengan salah satu perusahaan di Afrika untuk membangun jalur kereta api dari Bamako (Ibu Kota Mali) sampai ke Dakar (Ibu Kota Senegal).

“Kami sudah diskusi dengan mereka untuk membangun 1.203 kilometer upgrading jalur KA dari Ibu Kota Mali sampai ke Dakar, karena Mali tidak bisa keluar tanpa melalui pelabuhan Dakar,” kata Budi dalam webinar bertajuk “Strategi BUMN Menembus Pasar Global” di Jakarta, Sabtu, 11 Oktober 2020.

Budi menjelaskan pengerjaan jalur kereta api ini akan mendukung kegiatan logistik di kedua negara tersebut. Jalur KA di sana, kata dia, sudah tidak beroperasi kembali.

Selain itu, lanjut dia, kegiatan logistik hanya bisa ditempuh melalui jalur darat dengan truk yang memakan waktu hingga dua minggu. Hal ini yang membuat biaya transportasi di kedua negara menjadi sangat tinggi.

“Angkutan barang kalau pakai truk sampainya dua minggu, sehingga biaya mahal sekali. Mereka sangat berharap KA masuk, operasi lagi di sana dan menghubungkan antara Mali dan Senegal,” kata Budi.

Budi menambahkan bahwa proyek di Afrika ini menjadi strategi bagi BUMN produsen kereta api tersebut dalam memasuki pasar global, di samping negara-negara Asia. Selain proyek KA Mali-Senegal, INKA juga tengah menyelesaikan kontrak untuk memasok lokomotif ke Zambia.

Dalam proyek tersebut, INKA mendapatkan pinjaman dari Pemerintah Swedia untuk mengikuti proses lelang untuk memasok 30 lokomotif. Ia berharap kontrak ini dapat diselesaikan pada akhir 2020

“Melalui loan dari Pemerintah Swedia, kami sedang proses mudah-mudahan akhir tahun kita bisa kontrak. Ada 30 lokomotif sekitar US$90 juta long-sale,” kata Budi.

Kereta Api buatan INKA resmi diluncurkan di Bangladesh / Inka.co.id
Strategi Tembus Global

Budi Noviantoro memaparkan strategi BUMN produsen kereta tersebut hingga dapat memasuki pasar global, salah satunya melakukan ekspor kereta penumpang hingga ke Bangladesh.

Untuk bisa memasuki pasar global, Budi menjelaskan bahwa perusahaan terus mengikuti lelang dan memenangkan tender. Bahkan, pihaknya harus memasang tarif harga yang lebih rendah dari perusahaan kereta di China agar bisa bersaing di pasar global.

“Kami gunakan pada lelang, ada ekspo di mana pun kapan pun. Kami ikuti terus, harga kami jaga terus sehingga berapa pun harga China, kami harus lebih murah. Memang agak berdarah-darah karena harga China lebih murah, tapi masalah harga harus lebih murah,” kata Budi.

Budi menjelaskan bahwa perusahaan juga lebih selektif dalam mengikuti tender. Pasar di Asia, seperti Bangladesh, Laos, Filipina, hingga Afrika akan lebih berpeluang besar bagi perusahaan untuk memenangkan tender, dibandingkan negara dengan perkeretaapian yang sudah maju seperti Jepang.

Dalam penjajakan kerja sama, INKA juga mengalami kendala permodalan, namun hal tersebut sudah diselesaikan melalui pembiayaan dari Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

“Kami memang harus selektif. Kami tidak akan bunuh diri masuk ke pasar Jepang. Kami masuk pasar Afrika, atau Asia yang membutuhkan seperti Bangladesh, Laos, melalui lelang. Cost-nya itu harus bisa bersaing dengan perusahaan China,” kata dia.

Khusus pada Bangladesh, INKA merupakan pemenang tender dalam pengadaan 250 kereta penumpang untuk Bangladesh Railway pada 2017 dengan total nilai kontrak sebesar US$100,89 juta.

Pengadaan kereta tersebut terdiri dari 200 kereta tipe MG dan 50 kereta tipe BG. Sebanyak 50 kereta tipe BG sudah mulai dikirim pada awal 2019.

Pada 2016, INKA juga telah mengekspor 150 unit gerbong dengan nilai kontrak senilai US$72,39 juta dan 50 unit sebelumnya pada 2006 dengan nilai kontrak sebesar US$13,8 juta.

Budi menjelaskan bahwa kekuatan gerbong menjadi konsentrasi perusahaan dalam mendesain kereta penumpang untuk Bangladesh. Pasalnya, jumlah penumpang di Bangladesh membludak bahkan sampai mengisi atap kereta.

“Bangladesh yang terpenting keretanya jalan, dinaiki orang pelan-pelan, yang penting kuat. Bagus nomor dua karena kereta di sana itu sampai atap full (penumpangnya),” kata Budi. (SKO)