Kereta Cepat Jakarta-Surabaya segera Dibangun, Berikut Sejumlah Data Menarik
- Banyak netizen asal Semarang menilai bahwa kota mereka, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah dan pusat ekonomi utama di wilayah tersebut, seharusnya mendapatkan prioritas lebih tinggi dari pada Solo
Transportasi dan Logistik
JAKARTA - Pemerintah akan segera merealisasikan megaproyek ambisius Kereta Cepat Jakarta-Surabaya. Bila terealisasi jalur ini akan memangkas waktu tempuh Jakarta-Surabaya dari yang tadinya 10-12 jam menjadi hanya 4 jam.
Proyek ini diharapkan akan mempermudah mobilitas dan meningkatkan konektivitas antara kedua kota terbesar di Indonesia tersebut.
Saat ini, feasibility study (FS) proyek tersebut tengah dikerjakan oleh PT KCIC (Kereta Cepat Indonesia China), dan diharapkan selesai tahun ini. Jika rampung, proyek ini akan memasuki tahap lelang dan konstruksi pada 2025.
Tiga Opsi Jalur: Netizen Semarang Protes
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan ada tiga opsi jalur yang sedang dikaji untuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.
Opsi pertama adalah jalur pantai utara Jawa yang melewati kota-kota seperti Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya. Jalur ini dianggap sebagai yang paling murah karena memungkinkan pembangunan rel di samping jalur kereta api atau tol yang sudah ada.
"Mungkin kita akan menggunakan jalur kereta api atau jalan tol sebagai jalur Jakarta-Surabaya, sehingga tidak terlalu banyak dana untuk pembebasan lahan," ungkap Menhub kala berada di Hotel Mulia Jakarta, Jumat, 20 September 2024 lalu.
Opsi kedua adalah jalur tengah yang akan melewati Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya. Sementara opsi ketiga, jalur selatan, diusulkan melewati Bandung, Kroya, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya. Meskipun jalur selatan menarik karena dapat terkoneksi dengan jaringan kereta Whoosh, biayanya jauh lebih mahal karena kontur dataran tinggi di kawasan tersebut.
“Ada juga studi lewat selatan, tapi itu lokasinya bergunung, sehingga akan lebih mahal biayanya,” tambah Menhub.
Satu hal yang memicu perdebatan di kalangan netizen, khususnya dari Semarang, adalah kenyataan bahwa Solo menjadi bagian dari semua opsi jalur, sedangkan Semarang hanya tercantum dalam skema jalur utara.
Banyak netizen asal Semarang menilai bahwa kota mereka, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah dan pusat ekonomi utama di wilayah tersebut, seharusnya mendapatkan prioritas lebih tinggi.
Mereka mempertanyakan mengapa Solo, yang lebih kecil dari segi ekonomi dan populasi, selalu dimasukkan dalam semua skenario rute, seolah-olah kota tersebut "diistimewakan."
Kritik dari warga Semarang ini menambah dinamika perdebatan publik mengenai pemilihan jalur yang tepat. Beberapa menyatakan pengaruh politik dan kepentingan mungkin menjadi faktor penentu. Namun, menurut Kemenhub, semua keputusan dibuat berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis yang mencakup biaya konstruksi dan dampaknya terhadap mobilitas di wilayah Jawa.
“Akan tetapi tetap rencana pembangunan itu tergantung studi yang dilakukan juga.” tegas Menhub.
Biaya dan Skema Investasi
Dengan total panjang prakiraan panjang sekitar 779,6 kilometer, proyek ini diperkirakan akan menelan biaya yang sangat besar. Dikutip dari koran Tempo, Guru besar transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Sutanto Soehodho pada tahun 2023 pernah menghitung biaya pembangunan tersebut mengacu pada pembangunan proyek MRT dan LRT.
Menurutnya biaya pembangunan kereta cepat bisa mencapai Rp1 triliun per kilometer. Artinya, total anggaran yang dibutuhkan untuk jalur Jakarta-Surabaya diperkirakan sekitar Rp700 triliun, terutama jika rel dibangun di atas tanah (elevated).
- Berapa Uang Pensiun dan Tunjangan Jokowi Setelah Tak Jadi Presiden?
- Link Live Streaming Timnas Indonesia U-20 Vs Maladewa di Kualifikasi Piala Asia
- Meneropong Prospek Saham JPFA dan CPIN di Tengah Tantangan La Nina
“Mengacu pada pembangunan MRT/ LRT, bukan kereta cepat, dalam kota, perhitungan berkisar Rp 1 triliun per kilometer,” terang Sutanto saat Kepada Tempo Senin, 9 Oktober 2023.
Namun Kemenhub mengklaim, proyek ini akan menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) untuk mengurangi beban fiskal negara. Skema ini memungkinkan partisipasi sektor swasta dalam mendanai proyek, yang diharapkan bisa mempercepat realisasinya.
"Saya berharap ada pemikiran yang berimbang antara pemanfaatan dengan bagaimana penganggaran, kita harapkan bahwa ini menjadi KPBU, swasta itu asing, sehingga fiskal yang banyak itu bisa ditanggung bersama dengan kita, kalau kita berhasil melakukan itu pasti banyak pertumbuhan yang baik," pungkas Menhub.
Bila terealisasi, proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya akan menjadi lompatan besar modernisasi transportasi di Indonesia. Pilihan jalur yang diambil akan sangat menentukan masa depan mobilitas dan ekonomi di Pulau Jawa.