Keretakan Raksasa Perlahan Merobek Afrika, Apakah Benua Ini akan Terbelah Jadi Dua?
- Keretakan raksasa perlahan merobek Afrika.
Tekno
JAKARTA-Keretakan raksasa perlahan merobek Afrika. Menurut Geological Society of London, depresi yang dikenal sebagai East African Rift adalah jaringan lembah yang membentang sepanjang 3.500 kilometer dari Laut Merah hingga Mozambik.
Jadi, apakah Afrika akan sepenuhnyaterkoyak? dan jika demikian, kapan akan terbelah? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat lempeng tektonik di kawasan itu. Bagian terluar permukaan planet yang bisa saling bertabrakan, membentuk gunung, atau terpisah serta menciptakan cekungan yang luas.
Menurut Observatorium Bumi NASA sepanjang robekan kolosal di Afrika timur ini, lempeng tektonik Somalia menarik ke arah timur dari bagian benua yang lebih besar dan lebih tua, lempeng tektonik Nubia. Lempeng Somalia juga dikenal sebagai lempeng Somalia, dan lempeng Nubia juga terkadang disebut lempeng Afrika.
- Badai PHK Industri Tekstil Berlanjut, Serikat Pekerja: Buruh Tua jadi Korban
- DPR dan Pemerintah Belum Sejalan, Penerbitan RUU EBT Dipastikan Molor hingga 2024
- Devin Antonio Jadi Presdir MBMA, Provident Investasi (PALM) Angkat Direktur Investasi Baru
Geological Society of London mencatat lempeng Somalia dan Nubia juga terpisah dari lempeng Arab di utara. Lempeng-lempeng ini berpotongan di wilayah Afar di Ethiopia, menciptakan sistem keretakan berbentuk Y.
Cynthia Ebinger, ketua geologi di Universitas Tulane di New Orleans dan penasihat sains untuk Biro Urusan Afrika Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan celah Afrika Timur mulai terbentuk sekitar 35 juta tahun yang lalu antara Arab dan Tanduk Afrika di bagian timur benua.
Kepada Live Science dia mengatakan celah ini meluas ke selatan dari waktu ke waktu dan mencapai Kenya utara 25 juta tahun yang lalu.
Keretakan tersebut terdiri dari dua rangkaian rekahan paralel yang luas di kerak bumi. Keretakan timur melewati Ethiopia dan Kenya, sedangkan keretakan barat membentang dari Uganda ke Malawi. Cabang timur gersang, sedangkan cabang barat terletak di perbatasan hutan hujan Kongo.
Keberadaan retakan timur dan barat serta penemuan zona gempa bumi dan gunung berapi lepas pantai menunjukkan bahwa Afrika perlahan-lahan terbuka di sepanjang beberapa garis. “Pergerakannya lebih dari 0,25 inci per tahun, “ kata Ebinger.
"Keretakan saat ini sangat lambat, kira-kira sama dengan kecepatan pertumbuhan kuku kaki seseorang," kata Ken Macdonald, seorang profesor emeritus ilmu Bumi di University of California, Santa Barbara, kepada Live Science.
Celah Afrika Timur kemungkinan besar terbentuk karena panas yang mengalir dari astenosfer. Ini adalah bagian atas mantel Bumi yang lebih panas, lebih lemah. Menurut Geological Society of London celah ini berada di antara Kenya dan Ethiopia.
Panas ini menyebabkan kerak di atasnya mengembang dan naik, menyebabkan peregangan dan rekahan batuan benua yang rapuh. Hal ini menyebabkan aktivitas vulkanik yang substansial, termasuk pembentukan Gunung Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika.
Skenario
Jika Afrika benar-benar terkoyak, ada gagasan berbeda tentang bagaimana hal itu bisa terjadi. Satu skenario adalah sebagian besar lempeng Somalia terpisah dari sisa benua Afrika dengan laut terbentuk di antara mereka. Daratan baru ini akan mencakup Somalia, Eritrea, Djibouti, dan bagian timur Ethiopia, Kenya, Tanzania, dan Mozambik. "Skenario lain hanya memisahkan Tanzania timur dan Mozambik," kata Ebinger.
Dia menambahkan jika benua Afrika benar-benar pecah, celah di Etiopia dan Kenya dapat terbelah untuk menciptakan lempeng Somalia dalam 1 juta hingga 5 juta tahun mendatang.
Namun menurut Ebinger, Afrika mungkin tidak terbelah dua. Kekuatan geologis yang mendorong retakan mungkin terbukti terlalu lambat untuk memisahkan lempeng Somalia dan Nubia. Salah satu contoh penting dari keretakan yang gagal di tempat lain di dunia adalah Celah Midcontinent yang melengkung sekitar 3.000 km melintasi Upper Midwest Amerika Utara. "Keretakan yang gagal menandai daratan benua di seluruh dunia," kata Ebinger.
Cabang timur Rift Afrika Timur adalah celah yang gagal, menurut Geological Society of London. Namun, cabang barat masih aktif.
"Apa yang kita tidak tahu adalah apakah keretakan ini akan berlanjut dengan kecepatan saat ini untuk akhirnya membuka cekungan samudra, seperti Laut Merah, dan kemudian menjadi sesuatu yang jauh lebih besar, seperti versi kecil Samudra Atlantik," kata Macdonald. "Atau mungkinkah itu mempercepat dan sampai di sana lebih cepat? Atau mungkin terhenti?"