Kesalahan Tes, 1.300 Orang Keliru Dinyatakan Positif Corona
LONDON- Lebih dari 1.300 orang di Inggris mendapatkan hasil tes keliru yang menyebut mereka terjangkit virus corona baru. Kejadian ini akibat kesalahan di sebuah laboratorium milik pemerintah, NHS Test and Trace. “NHS Test and Trace telah menghubungi 1.311 orang yang keliru diberitahu bahwa hasil uji COVID-19 mereka, yang diambil pada 19-23 November, adalah positif,” kata […]
Nasional & Dunia
LONDON- Lebih dari 1.300 orang di Inggris mendapatkan hasil tes keliru yang menyebut mereka terjangkit virus corona baru. Kejadian ini akibat kesalahan di sebuah laboratorium milik pemerintah, NHS Test and Trace.
“NHS Test and Trace telah menghubungi 1.311 orang yang keliru diberitahu bahwa hasil uji COVID-19 mereka, yang diambil pada 19-23 November, adalah positif,” kata juru bicara departemen Departemen Kesehatan dan Perlindungan Sosial Inggris Sabtu 28 November 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Masalah yang terjadi pada zat kimia untuk pengujian dalam satu kelompok waktu itu berarti bahwa hasil tes tersebut batal. Langkah cepat sudah dilakukan dengan pemberitahuan kepada mereka, dan mereka diminta tes ulang, serta melanjutkan isolasi mandiri jika memang mengalami gejala,” katanya sebagaimana dikutip Reuters.
Lebih lanjut disebutkan bahwa kesalahan laboratorium tersebut merupakan “kecelakaan tunggal” dan sedang diselidiki.
Pemerintah Inggris sebelumnya mengumumkan tambahan 7 miliar poundsterling (setara Rp131 triliun) untuk sistem pengujian dan penelusuran kontak COVID-19 sebagai bagian dari program lanjutan pengujian massal.
Banyak Kritikan
Sistem NHS Test and Trace telah mendapat banyak kritik setelah terjadi serangkaian kesalahan sejak pertama diluncurkan pada awal tahun ini, dan para menteri mengakui bahwa kinerja sistem itu tidak sebagus yang diharapkan.
Pada September, hampir 16.000 catatan kasus positif COVID-19 hilang dari sistem selama beberapa hari, sehingga membuat keterlambatan pada penelusuran kontak. Pemerintah menyalahkan sistem berkas “turunan” yang memotong data setelah 65.000 baris masukan data.
Menurut hitungan Reuters, hingga saat ini tercatat sekitar 1,6 juta kasus infeksi COVID-19 di Inggris serta lebih dari 57.500 kematian.