Keseimbangan Baru Pasar Properti di Era New Normal
JAKARTA – Pandemi COVID-19 menuntut seluruh sektor usaha termasuk properti harus beradaptasi dengan era normal baru (new normal). Hal ini pun turut berdampak pada terbentuknya keseimbangan baru pasar properti di kondisi saat ini. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan adanya pendemi ini telah mengubah perilaku masyarakat secara luas. “Dengan kondisi seperti ini […]
Industri
JAKARTA – Pandemi COVID-19 menuntut seluruh sektor usaha termasuk properti harus beradaptasi dengan era normal baru (new normal). Hal ini pun turut berdampak pada terbentuknya keseimbangan baru pasar properti di kondisi saat ini.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan adanya pendemi ini telah mengubah perilaku masyarakat secara luas. “Dengan kondisi seperti ini pasar properti menuju ke satu titik keseimbangan baru. Lebih reasonable, lebih realistis,” katanya, Rabu, 12 Agustus 2020.
Menurutnya, dengan keseimbangan baru ini justru konsumen yang lebih diuntungkan, di mana harga properti lebih rendah dari sebelumnya. Ada pergeseran segmen di pasar properti menjadi menengah ke bawah.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Dia menjelaskan ketika ekonomi nasional jatuh, industri properti justru mengalami pertumbuhan pada kuartal II-2020. Setelah sempat merosot hingga 50% di kuartal pertama, pasar properti Jabodetabek mengalami lonjakan hingga 88% di kuartal kedua tahun ini.
“Angka itu naik hampir dua kali lipat dan terjadi ketika adanya pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB),” jelas Ali. Hal ini menggambarkan kalau daya beli properti di Indonesia masih cukup tinggi.
Dikatakan Ali, sebetulnya konsumen mampu untuk membeli namun mereka hanya menunggu waktu yang tepat untuk membeli properti, di saat banyak pengembang menawarkan harga hingga promo menarik.
Ali menyebutkan adanya pandemi ini juga menjadi seleksi alam bagi pengembang properti. “Kita tidak bisa pungkiri, kondisi ini berimbas terhadap pengembang-pengembang menengah kecil. Namun, di sisi lain ada pengembang yang bermasalah, ketika ada pandemi ini semakin jatuh,” ujarnya.
Adaptasi Lewat Inovasi
Dengan ini, nantinya pengembang yang mampu bertahan hanya perusahaan-perusahaan yang secara manajemen dan fondasinya sudah bagus, serta mampu beradaptasi maupun berinovasi untuk bertahan dari guncangan.
“Saat ini pengembang itu sebaiknya lebih menyasar ke segmen yang lebih membumi, seperti yang dilakukan Agung Podomoro Group,” tutur Ali. Perusahaan properti itu menghadirkan Kota Podomoro Tenjo dan menawarkan harga mulai sekitar Rp200 juta.
Meski harga terjangkau, namun kualitasnya tetap middle up alias menengah ke atas. Kota mandiri itu menghadirkan smart city infrastructure dan kawasan transit oriented development (TOD). TOD ini akan terintegrasi dengan mal, hotel, pasar modern, dan akses transportasi.
Di sisi akses, Kota Podomoro Tenjo didukung infrastruktur yang memadai yakni pembangunan tol Serpong-Balaraja yang melewati proyek Tenjo dan berjarak 3 kilometer dari pintu Tol Jambe. Jalur tol tersebut mengarah ke JORR, Bintaro, dan Serpong.
Tak hanya itu, terdapat akses melalui Commuter Line yang melewati Jakarta-Rangkas Bitung dimana akan dibangun KRL yang akan menempel dengan proyek milik perusahaan properti bersandi saham APLN itu. (SKO)