Ilustrasi ekonomi digital.
Tekno

Ketegangan Geopolitik Masih Jadi Potensi Pencipta Gejolak Pasar Ekonomi Digital pada 2024

  • Selain itu, momen penting seperti pemilihan umum di Amerika dan Indonesia yang semakin mendekat menuntut kewaspadaan dan fokus yang tinggi.
Tekno
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – East Ventures memproyeksikan bahwa ketegangan geopolitik di beberapa wilayah masih menjadi potensi pencipta gejolak pasar yang signifikan. 

Selain itu, momen penting seperti pemilihan umum di Amerika dan Indonesia yang semakin mendekat menuntut kewaspadaan dan fokus yang tinggi.

Meskipun begitu, East Ventures memandang ada sejumlah indikasi yang memberikan optimisme, di antaranya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan pada tahun 2024.

Dalam menghadapi tech winter yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir dan potensi gejolak pasar yang masih terbuka, East Ventures menyatakan dirinya tetap memposisikan diri untuk waspada. 

"Memasuki 2024 pasti banyak ketidakpastian. Ketegangan geopolitik di beberapa negara dan ketidakstabilan ekonomi global menyebabkan volatilitas yang besar. Namun, kami melihat tanda-tanda positif. Kami tetap waspada, memantau dengan cermat, dan fokus pada tujuan kami terlepas dari fluktuasi eksternal," ujar Managing Partner Roderick Purwana melalui catatan Rekap 2023 dan Prospek 2024 East Ventures yang diterima TrenAsia, dikutip Kamis, 4 Januari 2024.

Willson Cuaca, Founding Partner East Ventures, menekankan konsistensi dan ketekunan perusahaan melalui berbagai siklus pendanaan dan krisis global. 

Ia menyebutkan, East Ventures terus mendorong diri untuk bersaing dengan pencapaian sebelumnya dan tetap mengamati peluang yang belum terlihat jelas. Fokus utama adalah berada di depan gelombang sebelum menjadi tren besar.

Dengan penetrasi internet Indonesia mendekati 80%, Willson Cuaca meramalkan berakhirnya era transisi digital konsumen dan munculnya era baru, yaitu bonus demografi. Indonesia  yang diharapkan memasuki era dividen demografi dini dalam 10 tahun mendatang, mencapai puncaknya sekitar 20 tahun ke depan. 

Pada titik ini, sekitar 206 juta orang di Indonesia diharapkan berada dalam usia produktif, memiliki potensi untuk menghidupi tanggungan mereka sendiri.

Willson melihat mayoritas angkatan kerja dalam 10 hingga 20 tahun ke depan sebagai generasi digital yang dipimpin oleh Generasi Z, didukung oleh generasi Milenial yang sudah matang. 

“Kondisi ini memberikan peluang sekali seumur hidup untuk mengubah Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dan mendorong munculnya peluang bisnis baru. Apakah generasi mendatang ini dapat mencapai visi Indonesia Emas 2045 atau menjadi beban demografi, itu tergantung pada kesiapan kita untuk bersiap dan bertindak sekarang,” papar Wilson. 

Sebagai informasi, dalam catatan Rekap 2023 dan Prospek 2024 yang dirilis oleh East Ventures, disebutkan bahwa strategi mereka terfokus pada dukungan dan pengarahan untuk perusahaan portofolio, terus berinvestasi pada para pendiri berbakat, dan menciptakan dampak positif bagi ekosistem. 

Melalui catatan tersebut, East Ventures juga mengungkapkan bahwa pihaknya secara konsisten memberikan dukungan intensif kepada para pendiri melalui inisiatif dan platform yang berfungsi sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan wawasan.

Dari 90% start up yang berada dalam tahap lanjutan (growth stage) dalam portofolio East Ventures, 30% di antaranya sedang menuju profitabilitas, 60% sudah menghasilkan keuntungan, dan 10% sisanya masih berjuang untuk beradaptasi.

Pada Mei 2023, East Ventures berhasil mengumpulkan US$250 juta atau setara dengan Rp3,8 triliun dalam asumsi kurs Rp15.495 per-dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan pertama dan terakhir dari dana Growth Plus. Dana ini ditujukan untuk mendukung perusahaan portofolio tahap lanjutan (growth stage) yang dinilai potensial.

Lima bulan setelahnya, East Ventures memanfaatkan peluang untuk membangun koridor investasi antara Asia Tenggara dan Korea Selatan. 

Mereka mengumumkan "East Ventures South Korea fund in partnership with SV Investment" senilai US$100 juta (Rp1,54 triliun). 

Dana ini diharapkan mencapai penutupan perdana pada semester pertama 2024, menciptakan kesempatan baru untuk pertumbuhan bersama di kedua wilayah.

Kemudian, East Ventures juga baru-baru ini mengumumkan dana pertama yang secara khusus difokuskan pada layanan kesehatan (Healthcare) sebesar US$30 juta (Rp464,8 miliar). 

Dana ini disalurkan untuk mendorong solusi layanan kesehatan inovatif di Indonesia. East Ventures Healthcare Fund pun diproyeksikan akan memainkan peran penting dalam mendorong dan mengkatalisasi inovasi di sektor kesehatan.

Dengan total penggalangan dana mencapai US$380 juta (Rp5,8 triliun) dari berbagai jenis dana, East Ventures mengacu pada tiga pilar utama: diversifikasi sektor, kolaborasi regional, dan kontribusi positif untuk membangun Asia Tenggara yang produktif dan sehat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan dan generasi mendatang.

East Ventures juga menyatakan dirinya tetap menjadi pemain aktif. Pada tahun 2023, perusahaan ini berhasil menyelesaikan 63 kesepakatan, menyambut 29 perusahaan portofolio baru, dan menginvestasikan hampir US$80 juta (Rp1,2 triliun) ke perusahaan portofolio tahap awal (seed) dan lanjutan (growth). 

Investasi ini tersebar di berbagai sektor, mencakup perusahaan pendukung e-commerce, bioteknologi, Software as a Service (SaaS), kendaraan listrik, teknologi iklim, dan banyak lagi.