indonesian-rupiah-money-background_126740-49.jpg
Makroekonomi

Ketegangan Timur Tengah Masih Pengaruhi Kurs Rupiah

  • Bagi negara yang masih mengandalkan impor pada beberapa kebutuhan hariannya, konflik tersebut dapat memberi dampak langsung.

Makroekonomi

Bintang Surya Laksana

JAKARTA - Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menyebutkan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini, secara fundamental masih akan dipengaruhi perkembangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina.

“Sumber pelemahan rupiah terhadap dolar AS dari eksternal masih bertahan. Konflik perang Israel-Palestina kelihatannya terekskalasi, area konflik meluas sehingga peristiwa ini masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar,” ujar Ariston pada Senin, 23 Oktober 2023 di Jakarta seperti dilansir Antara.

Pelaku pasar juga mengantisipasi kebijakan suku bunga yang tinggi di Amerika Serikat akan dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama karena inflasi yang masih berada di bawah target 2%. Oleh karena itu, berbagai tindakan akan diambil Amerika Serikat untuk mencapai sasaran inflasi tersebut.

Pandangan tersebut sejalan dengan pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Jerome Powell minggu lalu yang terlihat dalam tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat yang masih tetap tinggi. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dengan jangka waktu 10 tahun masih berada di atas 4,9%, bahkan sempat mencapai 5%.

“Potensi pelemahan hari ini ke arah Rp15.900 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp15.800 per dolar AS,” sebut Ariston.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin pagi alami pelemahan sebesar 0,06% atau 10 poin menjadi Rp15.883 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.873 per dolar AS.

Sebelumnya, Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat, Virtuous Setyaka menyebutkan konflik Palestina-Israel memiliki potensi mengganggu perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Dampak tersebut dapat mengganggu stabilitas pasar, ketersediaan barang makanan dan non-makanan, serta perdagangan secara keseluruhan.

Bagi negara seperti Indonesia yang masih mengandalkan impor pada beberapa kebutuhan hariannya, konflik tersebut dapat memberi dampak secara langsung. Hal tersebut dapat diperparah akibat perubahan iklim hingga dampak musim kemarau panjang akibat fenomena El Nino seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.