logo
Ilustrasi investasi.
Rekomendasi

Ketidakpastian Global Membuka Peluang Baru Investasi di Q2 2025, Simak Penjelasannya

  • DBS menurunkan bobot saham AS menjadi underweight untuk periode tiga bulan ke depan, namun tetap mempertahankannya dalam jangka 12 bulan ke depan. Fokus investasi beralih ke Eropa dan Asia (di luar Jepang).

Rekomendasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA — Chief Investment Officer DBS, Hou Wey Fook, menyampaikan pandangan strategisnya terkait lanskap investasi global dalam "Ringkasan Investasi Kuartal II 2025". Dalam diskusi virtual yang digelar pada Rabu, 9 April 2025, Fook menyoroti bahwa ketidakpastian geopolitik dan ekonomi menjadi tema besar yang memengaruhi pergerakan pasar global.

"Kondisi pasar saat ini menuntut strategi yang fleksibel dan diversifikasi yang cermat, terutama di tengah dinamika baru kebijakan global dan ketegangan geopolitik," ujar Fook.

Menurut Fook, perekonomian Amerika Serikat menghadapi tantangan berat dengan meningkatnya risiko stagflasi. Hal ini mendorong ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif oleh The Fed. 

Sementara itu, pelonggaran moneter juga diperkirakan akan berlanjut di Tiongkok dan Eropa, sedangkan Jepang justru mengambil langkah sebaliknya dengan menaikkan suku bunga.

"Perekonomian global sedang dalam fase transisi. AS kehilangan momentum eksklusifnya sebagai motor utama pertumbuhan dunia," kata Fook.

Prospek Ekonomi: Eropa dan Tiongkok Siap Tumbuh

Fook mencatat bahwa tarif baru yang dikenakan AS terhadap mitra dagangnya dapat menekan pertumbuhan dan meningkatkan inflasi. Namun, stimulus fiskal yang meningkat di Eropa dan Tiongkok bisa menjadi kejutan positif bagi pertumbuhan global.

"Kita melihat Eropa mulai melonggarkan kebijakan fiskalnya secara signifikan, terutama Jerman yang mengubah pendekatannya dari disiplin fiskal menjadi stimulus besar-besaran," ungkapnya.

Strategi Saham: Diversifikasi di Luar AS

Dalam strategi investasinya, DBS menurunkan bobot saham AS menjadi underweight untuk periode tiga bulan ke depan, namun tetap mempertahankannya dalam jangka 12 bulan ke depan. Fokus investasi beralih ke Eropa dan Asia (di luar Jepang).

"Sektor pertahanan Eropa kini mendapat perhatian lebih besar seiring peningkatan belanja militer. Kami juga melihat momentum kuat dari sektor teknologi di Tiongkok," jelas Fook.

Pendapatan Tetap: Obligasi Jadi Pilihan Utama

Fook menegaskan bahwa obligasi tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian yang meningkat. Ia merekomendasikan obligasi dengan rating A/BBB, serta durasi barbel di 2-3 tahun dan 7-10 tahun.

"Obligasi menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap volatilitas pasar. Spread kredit tetap menarik dan risiko gagal bayar masih rendah," ujarnya.

Imbal Hasil dan Mata Uang: USD Tidak Lagi Mendominasi

Imbal hasil tinggi dari suku bunga dolar AS mulai memudar dibandingkan negara-negara G3 lainnya. Kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi AS, inflasi Jepang, dan belanja militer Eropa mendorong naiknya imbal hasil obligasi di luar AS.

Dalam hal mata uang, Fook mencatat bahwa kondisi bullish terhadap dolar AS mulai mereda. "Meski belum ada ekspektasi penurunan dolar yang signifikan dalam waktu dekat, tren saat ini menunjukkan bahwa dominasi USD mulai terkikis," katanya.

Aset Alternatif: Emas dan Investasi Privat

Ketidakpastian global mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas. "Di bawah kebijakan Trump 2.0, emas menjadi pemenang besar. Selain itu, aset privat seperti dana lindung nilai juga memberikan potensi imbal hasil yang tidak bergantung pada pergerakan pasar," ujar Fook.

Fook menyarankan portofolio 40/30/30 (40% saham, 30% obligasi, 30% aset alternatif) yang terbukti lebih tangguh dibandingkan portofolio 60/40 selama periode tekanan finansial.

Komoditas dan Fokus Energi

Komoditas menunjukkan performa positif sepanjang tahun, didorong oleh pembelian besar dan terbatasnya pasokan. Meski begitu, ancaman tarif masih membayangi prospek permintaan.

Fook juga menyoroti sektor energi sebagai peluang strategis. "Produksi minyak dan gas AS diperkirakan akan meningkat dengan dukungan kebijakan Trump. Perusahaan eksplorasi, shale, dan jasa migas akan menjadi penerima manfaat utama," katanya.

AI dan Masa Depan Investasi Teknologi

Fook menyoroti peluncuran model AI DeepSeek sebagai peristiwa penting di awal tahun. Menurutnya, kemunculan teknologi murah namun berkualitas ini memicu koreksi saham Big Tech.

"DeepSeek menunjukkan bahwa demokratisasi AI bisa menantang dominasi Big Tech. Namun dalam jangka panjang, ini justru mempercepat adopsi AI dan mendukung pertumbuhan ekonomi global," jelas Fook.

Rekomendasi Taktis DBS CIO untuk Kuartal II 2025

  1. Lintas Aset – Prioritaskan obligasi sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian global. Ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan dan belum sepenuhnya mencerminkan dampak kebijakan Trump.
  2. Saham – Hindari posisi terlalu terkonsentrasi di AS. Cari peluang di Eropa, terutama sektor industri, teknologi, dan konsumsi di Asia (khususnya Tiongkok).
  3. Obligasi – Overweight pada obligasi. Kekhawatiran tarif dan perlambatan ekonomi mendukung obligasi sebagai aset pelindung nilai.
  4. Aset Alternatif – Emas dan aset privat tetap menjadi pilihan utama dalam portofolio yang tangguh.

 

Alokasi Aset Taktikal Global Kuartal II 2025

AsetPer TriwulanPer Tahun
EkuitasNetralNetral
Saham ASKurangi bobotTambah bobot
Saham EropaTambah bobotKurangi bobot
Saham JepangNetralNetral
Saham Asia (di luar Jepang)Tambah bobotTambah bobot
Pendapatan TetapTambah bobotTambah bobot
Obligasi Pemerintah Negara MajuTambah bobotTambah bobot
Obligasi Korporasi Negara MajuTambah bobotTambah bobot
Obligasi Pasar BerkembangKurangi bobotKurangi bobot
AlternatifTambah bobotTambah bobot
EmasTambah bobotTambah bobot
Aset Pribadi & Hedge FundTambah bobotTambah bobot
KasKurangi bobotKurangi bobot