Anak-Anak Palestina Membawa Panci Saat Mengantri untuk Menerima Makanan yang Dimasak oleh Dapur Amal, Di Tengah Kekurangan Pasokan Makanan (Reuters/Saleh Salem)
Dunia

Ketika Anak-anak Gaza Berharap Bisa Makan Ayam

  • Kelaparan telah menjadi yang paling mendesak dari berbagai masalah yang dihadapi ratusan ribu pengungsi Palestina Gaza, dengan truk bantuan hanya dapat membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan. Distribusi tidak merata karena kekacauan perang.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Anak-anak yang mengungsi ke Gaza selatan sangat menginginkan ayam. Namun yang dimiliki ibu mereka untuk memberi makan keluarga hanya sekaleng kacang polong yang disumbangkan oleh seorang pria yang merasa kasihan saat melihatnya menangis.

Karena kehilangan tempat tinggal akibat serangan militer Israel terhadap Hamas, seperti kebanyakan dari 2,3 juta penduduk Gaza, Tahany Nasr berada di sebuah kamp tenda di Rafah yang berfokus pada satu hal saja yakni bagaimana menemukan cukup makanan dan air untuk membuat semua orang menjalani hari yang lain.

Dia mengatakan anak-anaknya mengalami penurunan berat badan dan pusing karena mereka tidak cukup makan. “Saya sudah memohon untuk memberi makan anak-anak saya dan tidak menemukan apa-apa. Saya pergi ke Urusan Sosial, kata mereka pergi ke masjid,” katanya.

Hal itu merujuk pada kementerian kesejahteraan Gaza yang biasanya mengatur distribusi barang-barang kebutuhan pokok seperti tepung kepada orang-orang yang mengalami kesulitan. “Saya pergi ke masjid, kata mereka pergi ke Urusan Sosial," lanjutnya. 

Kelaparan telah menjadi yang paling mendesak dari berbagai masalah yang dihadapi ratusan ribu pengungsi Palestina Gaza, dengan truk bantuan hanya dapat membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan. Distribusi tidak merata karena kekacauan perang.

Beberapa truk telah dihentikan dan dirampok oleh orang-orang yang putus asa mencari makanan, sementara sebagian besar wilayah yang hancur tidak dapat dijangkau karena jalan-jalan akses aktif sebagai medan pertempuran.

Bahkan di Rafah, yang memiliki persimpangan ke Mesir di mana truk-truk bantuan masuk dan merupakan daerah di mana tentara Israel telah menyuruh warga sipil untuk mengungsi, kelangkaan makanan dan air bersih begitu parah sehingga menyebabkan orang kehilangan berat badan dan jatuh sakit.

“Kami mulai melihat orang-orang datang dalam keadaan kurus kering,” ujar Samia Abu Salah, seorang dokter perawatan primer di Rafah, dikutip dari Reuters, Kamis, 21 Desember 2023.

Dia mengatakan penurunan berat badan dan anemia adalah hal biasa dan orang-orang sangat lemah dan dehidrasi sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi dada dan kondisi kulit. Bayi dan anak-anak sangat berisiko, dan pertumbuhan mereka akan terpengaruh.

Makan Bawang Bombay

“Anak-anak saya baru saja memberi tahu saya hari ini bahwa mereka sangat menginginkan ayam. Di mana saya akan menemukan ayam untuk mereka? Di mana? Apa saya tahu? Semoga Allah menyelamatkan kita,” ujar Nasr sambil menangis sambil berbicara.

“Kami belum menerima makanan apa pun dalam dua hari. Bagaimana saya membodohi anak-anak saya? Dengan beberapa pasta? Beberapa sup kacang-kacangan? Kalau saja saya bisa menemukannya!” ucapnya, menambahkan kadang-kadang dia terpaksa membuat makanan hanya dari bawang.

Nasr pergi ke tendanya untuk mengambil kaleng kacang polong yang katanya telah diberikan oleh seorang pria yang baik hati, meskipun dia telah membelinya untuk dirinya sendiri. “Ini dia. Hanya kaleng ini yang kita miliki sepanjang hari,” katanya sambil menahannya, suaranya meninggi karena marah.

Jauh dari menjadi kasus ekstrem, kisah yang diceritakan oleh Nasr mencerminkan cerita yang diungkap oleh banyak narasumber yang berbicara dengan Reuters di Rafah dan tempat lainnya.

Orang-orang bercerita tentang hanya makan sekali sehari, makanan yang tidak memadai dengan gizi yang kurang, membatasi air, anak-anak yang mengalami diare karena minum air kotor.

Perang dipicu oleh pejuang Hamas yang menyerbu ke Israel selatan dari Gaza pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang termasuk bayi dan anak-anak, serta menangkap 240 sandera dari segala usia dalam hari paling mematikan dalam sejarah 75 tahun Israel.

Israel telah menanggapi dengan serangan militer ke Jalur Gaza yang berpenduduk padat dan dikuasai Hamas, yang telah menewaskan hampir 20.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan di sana, dan menimbulkan bencana kemanusiaan.

Maha Al-Alami, seorang wanita pengungsi yang berlindung di sebuah sekolah di kota Khan Younis di Gaza selatan dengan delapan anak dan cucu, mengatakan semua orang trauma dengan pengalaman kelaparan. “Saya katakan, begitu perang berakhir, insya Allah, rakyat Palestina harus duduk di hadapan psikiater,” ujarnya.