Ketika Harga Beras Tinggi Dijawab Rice Cooker Gratis
- Program tersebut menelan biaya Rp347,5 miliar untuk penyediaan 500 ribu unit rice cooker pada tahun ini. Kurniasih menilai anggaran sebesar itu lebih bermanfaat untuk subsidi sembako bagi kebutuhan warga sehari-hari.
Nasional
JAKARTA—Pemerintah dinilai tidak melihat realita di masyarakat ketika menggulirkan sebuah program. Hal itu menyusul rencana pembagian 500 ribu rice cooker gratis di tengah meningkatnya harga kebutuhan pokok seperti beras.
Informasi yang dihimpun TrenAsia dari Info Pangan Jakarta, mayoritas harga beras pada Kamis, 12 Oktober 2023, terpantau naik. Beras IR 42/Pera menyentuh harga Rp14.894 per kilogram (kg), naik Rp41 dibanding hari sebelumnya.
Kenaikan serupa juga terjadi untuk beras jenis IR II (IR 64) Ramos yang menyentuh Rp13.135 per kg (naik Rp116) serta IR III (IR 64) yang mencapai Rp12.252 per kg (naik Rp47). Kenaikan tertinggi terjadi di Beras IR I (IR 64) yang menyentuh Rp13.758 per kg, naik Rp129.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan September 2023, harga beras di tingkat konsumen sebesar Rp13.799, sedangkan di tingkat grosir sebesar Rp13.037. Adapun rata-rata harga beras di penggilingan kualitas premium tercatat sebesar Rp12.900 per kg.
Harga tersebut naik 9,75% dibandingkan bulan lalu. Rata-rata harga beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp12.685 per kg, naik 10,55%, dan rata-rata harga beras di penggilingan luar kualitas sebesar Rp11.746 per kg, naik 11,59%.
Ketua DPP PKS Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Kurniasih Mufidayati mengkritik pemberian rice cooker gratis di tengah melambungnya harga beras. Menurut Kurniasih, saat ini warga lebih butuh harga pangan yang murah dan terjangkau ketimbang bantuan alat masak.
“Sederhana saja, saat ini harga beras lagi tinggi-tingginya. Yang diperlukan emak-emak hari ini adalah pangan murah, itu saja,” ujar dia dalam keterangannya, Kamis 12 Oktober 2023. Pihaknya menilai pengendalian harga pangan perlu lebih didorong ketimbang memboroskan anggaran untuk program rice cooker gratis.
- Kemitraan KUR, BCA dan Otten Coffee Siap Dorong UMKM Kopi Tanah Air
- Adidas Perkenalkan Koleksi Sepatu Bertema Spider Man
- Baru IPO, Logisticsplus (LOPI) Tawarkan Rp100 per Saham Ini Rencana Ke depannya
Sebagai informasi, program tersebut menelan biaya Rp347,5 miliar untuk penyediaan 500 ribu unit rice cooker pada tahun ini. Kurniasih menilai anggaran sebesar itu lebih bermanfaat untuk subsidi sembako bagi kebutuhan warga sehari-hari. “Itu lebih prioritas dibanding program bagi-bagi rice cooker yang menelan anggaran besar,” ujarnya.
Ekonom dan pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengapresiasi pemerintah yang ingin mendorong energi bersih lewat pembagian rice cooker gratis. Meski demikian, dia menilai program tersebut saat ini tidak sinkron dengan realitas yang dihadapi warga.
Realitas itu tak lain adalah tingginya harga beras di tengah deraan El Nino berkepanjangan. Dia menilai pemerintah mestinya fokus pada masalah tersebut ketimbang isu oversupply listrik. “PLN memang beberapa waktu lalu mengalami kelebihan pasokan listrik. Namun apakah saat ini adalah waktu yang tepat untuk fokus pada isu tersebut?”
Achmad mengungkapkan beras sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia bukan hanya sekedar komoditas. “Namun juga representasi dari stabilitas ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat,” kata dia.
Achmad menyoroti krisis beras yang melanda menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara kebijakan yang diambil dengan kebutuhan nyata masyarakat. Sebagai negara agraris, Indonesia dinilai seharusnya mampu memastikan ketersediaan beras bagi seluruh rakyatnya. “Kenaikan harga beras dan kelangkaan stok menunjukkan adanya kegagalan dalam manajemen pasokan dan distribusi,” tuturnya.
Dorong Energi Bersih
Diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan anggaran senilai Rp347,5 miliar untuk bagi-bagi rice cooker gratis atau alat masak berbasis listrik (AML) pada tahun ini. Anggaran tersebut diperuntukan bagi 500 ribu kelompok rumah tangga miskin.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan salah satu dasar pertimbangan pemerintah dalam kebijakan ini adalah ingin mendorong terjadinya pemanfaatan energi bersih di seluruh sektor.
“Di rumah tangga juga kita dorong salah satunya dengan menggeser pemanfaatan yang misalnya sekarang dengan bahan bakar yang lain digeser kepada listrik, itu akan kita lakukan tahun ini,” kata Dadan awal bulan ini.
Dasar kebijakan pembagian rice cooker telah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penyediaan Alat Memasak Berbasis Listrik bagi Rumah Tangga. Dalam pasal 3 aturan tersebut dijelaskan bahwa calon penerima alat masak listrik merupakan rumah tangga dengan kriteria pelanggan PT PLN (Persero) atau PT PLN Batam dengan berbagai ketentuan.
Pertama, mereka adalah golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah dengan daya 450 (empat ratus lima puluh) volt-ampere (R-l/TR). Kedua, golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah dengan daya 900 (sembilan ratus) volt-ampere dan 900 (sembilan ratus) volt-ampere RTM (R-l/TR).
Ketiga, golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah dengan daya 1.300 (seribu tiga ratus) volt-ampere (R-l/TR), yang berdomisili di daerah yang tersedia jaringan tenaga listrik tegangan rendah yang memperoleh pasokan listrik selama 24 (dua puluh empat) jam per hari. Keempat merupakan rumah tangga yang tidak memiliki AML.