Ketika Laut Kian Terdesak Ekspansi Industri Ekstraktif
- Warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mendesak dunia internasional untuk menyelamatkan laut serta mewujudkan keadilan iklim.
Nasional
JAKARTA—Warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mendesak dunia internasional untuk menyelamatkan laut serta mewujudkan keadilan iklim.
Aksi yang digelar di Berlin, Jerman, pada Kamis 8 Juni 2023, tersebut menjadi bagian penggalangan dukungan global untuk gugatan warga Pulau Pari terhadap Holcim. Pabrik semen terbesar di dunia asal Swiss itu dituding memproduksi emisi karbon yang berdampak pada masalah ekologis di Pulau Pari.
Pulau seluas 42 hektare di laut Jawa ini menghadapi ancaman tenggelam lantaran potensi naiknya permukaan air laut dalam 30 tahun mendatang. Hal itu tak lepas dari dampak pemanasan global yang dipicu maraknya ekspansi industri ekstraktif.
Empat warga Pulau Pari belum lama ini menggugat Holcim atas dampak ekologis tersebut. Gugatan dilayangkan bersama Walhi selaku perwakilan hukum warga Pulau Pari di Indonesia dan Hilfswerk der Evangelischen Kirchen Schweiz (HEKS) selaku perwakilan hukum di Swiss.
- 7 Cara Membuat Karyawan Merasa Dihargai Menurut Penelitian
- Tampak Manis Namun Berbahaya, Apa Itu Love Bombing?
- Hattrick! Indonesia Pastikan jadi Juara Umum ASEAN Para Games 2023
Dilansir dari walhi.or.id, Jumat 9 Juni 2023, Walhi menyatakan laut adalah penentu keseimbangan planet bumi yang memiliki peran sentral bagi keberlangsungan kehidupan. Tak hanya itu, laut juga menjadi sumber pangan bagi masyarakat dunia yang jumlahnya terus mengalami kenaikan signifikan.
Dalam laporan The State of World Fisheries and Aquaculture (SOFIA) FAO 2022, laut telah menghasilkan ikan sebanyak 177,8 juta ton. Sebanyak 90,3 juta ton dihasilkan dari perikanan tangkap. Sementara itu, dari budidaya laut, produksinya sebanyak 33,1 juta ton.
“Laporan tersebut menyebut bahwa 7,8 miliar manusia yang menghuni planet bumi ini telah mengkonsumsi ikan sebanyak 157,4 juta ton,” ujar Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Walhi Nasional, Parid Ridwanuddin.
Di Indonesia, Walhi menyebut laut telah menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 8 juta rumah tangga perikanan. Tak hanya itu, sekitar 200 juta orang Indonesia memerlukan asupan protein hewani yang berasal dari laut. Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat angka konsumsi ikan sebanyak 54,56 kg per kapita. Angka ini naik signifikan dari tahun 2015 yang tercatat hanya 41,11 kg per kapita.
Ekspansi Industri Ekstraktif
Namun, Walhi menyayangkan keberadaan laut yang terus terancam oleh ekspansi perusahaan multinasional yang memperluas industri ekstraktif, kebijakan nasional yang eksploitatif, dan krisis iklim. Masifnya industri ekstraktif akan membuat laut terus kehilangan oksigen sekaligus kehilangan kemampuan untuk menyerap karbon.
Oleh karena itu, Walhi bersama warga Pulau Pari mendesak pemerintah Indonesia serta pemerintah di negara-negara utara menyelamatkan laut dari ancaman industri ekstraktif yang mengeksploitasi sumber daya laut. “Kami juga mendesak pemerintah mengevaluasi dan menghentikan investasi yang akan memperparah kerusakan laut,” imbuh Parid.
Lebih lanjut, pemerintah didesak segera mengevaluasi dan mencabut beragam kebijakan yang akan menghancurkan kelestarian laut seperti reklamasi, tambang pasir laut, serta tambang migas.
Walhi juga mendesak pemerintah di negara-negara utara menyepakati skema loss and damage untuk memulihkan kerusakan yang selama ini terjadi akibat krisis iklim. “Bagi pemerintah Indonesia, situasi ini harus disikapi dengan penyusunan undang-undang keadilan iklim untuk mewujudkan keadilan iklim,” ujar Parid.