Ketika Nuklir Tak Lagi jadi Opsi Terakhir
- Dengan target besar Net Zero Emission (NZE) pada 2060, pemerintah membuka babak baru dalam pengelolaan energi nasional lewat pengembangan energi berbasis nuklir. Namun, bagaimana energi nuklir yang sering menjadi perdebatan dapat diintegrasikan ke dalam peta jalan energi bersih Indonesia?
Energi
JAKARTA - Energi nuklir dulunya menjadi opsi terakhir dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN). kini mulai mendapat tempat sejajar dengan sumber energi baru dan terbarukan lainnya.
Dengan target besar Net Zero Emission (NZE) pada 2060, pemerintah membuka babak baru dalam pengelolaan energi nasional lewat pengembangan energi berbasis nuklir. Namun, bagaimana energi nuklir yang sering menjadi perdebatan dapat diintegrasikan ke dalam peta jalan energi bersih Indonesia?
Apa yang membuat pemerintah optimistis bahwa ini adalah langkah yang tepat?Untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Kementerian ESDM memperkenalkan rancangan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO). Tim lintas sektoral ini diklaim akan menjadi ujung tombak pengembangan energi nuklir di Indonesia.
"Di dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebelumnya itu merupakan pilihan terakhir, di dalam pembaruan KEN ini setara dengan energi baru dan terbarukan lainnya. Jadi tidak lagi ada kata-kata menjadi pilihan yang terakhir," jelas Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, di Jakarta, dikutip Senin, 18 November 2024.
- Membedah Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
- Profil Teddy Oetomo, Eks Presiden Bukalapak Menuju Kursi Presiden Direktur MBMA
- Warisi Kekayaan Grup Djarum, Lucy Agnes Pilih jadi Biarawati
Hingga kini, Indonesia telah memenuhi 16 dari 19 persyaratan yang ditetapkan International Atomic Energy Agency (IAEA). Tiga persyaratan yang tersisa, diantaranya pembentukan NEPIO secara formal, keterlibatan pemangku kepentingan, dan dukungan kebijakan lebih konkrit dari pemerintah, tengah dikejar.
“Jadi tahun 2023, kita sudah selesai membuat draft organisasi merupakan rekomendasi dari IEA. Untuk komersialisasi nuklir kita harus memenuhi 19 persyaratan. 16 kita sudah, 3 lagi” tambah Djoko.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga memainkan peran penting dalam tahap awal pengembangan energi nuklir. Pada bulan Desember 2023, BRIN menyerahkan tiga naskah kebijakan strategis, termasuk roadmap pembangunan PLTN dalam kerangka NZE 2060.
Salah satu ide menarik adalah mengintegrasikan PLTN ke dalam program dedieselisasi, di mana pembangkit listrik tenaga diesel akan digantikan dengan pembangkit berbasis nuklir.
Ambisi Nuklir Prabowo
Dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia berencana merancang dan memproduksi reaktor nuklir sendiri. Rencana ini mencerminkan ambisi besar Indonesia untuk menguasai teknologi nuklir secara mandiri, sambil tetap membuka pintu untuk kolaborasi global.
"Kami berencana untuk merancang dan memproduksi reaktor nuklir kami sendiri. Jadi kami juga dapat bekerja sama dengan industri Brasil," ujar Prabowo dikutip dari siaran Sekretariat Presiden.
Salah satu negara mitra potensial adalah Brasil. Pengalaman Brasil dalam bioetanol telah menjadi inspirasi Indonesia dalam mengembangkan bahan bakar nabati. Dalam sektor nuklir, kerja sama dengan negaranegara maju juga tengah dijajaki untuk memperkuat kapasitas teknologi dan sumber daya manusia.
Nuklir hanyalah satu dari banyak langkah dalam transisi energi Indonesia. Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas listrik sebesar 100 GW dalam 15 tahun ke depan, dengan 75% berasal dari sumber energi bersih seperti tenaga air, panas bumi, dan energi surya. Utusan Khusus Presiden, Hashim Djojohadikusumo, menyatakan bahwa nuklir akan menyumbang 5,3 GW dari total bauran energi bersih.
"Kita dalam 15 tahun ke depan ada suatu program elektrifikasi yang signifikan, yang besar, yang melebihi 100 GW. Nah diantara 100 GW ada 75% adalah dari sumber energi terbarukan dan energi baru. Ini komitmen kita yang luar biasa," tegas Hashim kala mengisi acara COP 29, di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Selasa, 12 November 2024 kemarin.
- Membedah Potensi dan Tantangan Energi Nuklir di Indonesia
- Profil Teddy Oetomo, Eks Presiden Bukalapak Menuju Kursi Presiden Direktur MBMA
- Warisi Kekayaan Grup Djarum, Lucy Agnes Pilih jadi Biarawati
Tentu saja, pengembangan energi nuklir tidak lepas dari tantangan. Kekhawatiran tentang keamanan, biaya investasi yang tinggi, hingga pengelolaan limbah menjadi isu yang harus dijawab pemerintah.
Namun, Indonesia optimistis, dukungan teknologi, komitmen terhadap standar internasional, dan peningkatan komunikasi dengan masyarakat menjadi langkah penting untuk membangun kepercayaan publik. Apakah Indonesia siap menjadikan nuklir sebagai bagian integral dari transisi energinya? Waktu yang akan menjawab.