logo
Ilustrasi penggunaan Bright Gas.
Energi

Ketika Warga Menyiasati Ketahanan Energi dari Rumah Sendiri

  • Sejumlah kalangan masyarakat kelimpungan dengan kelangkaan gas melon. Namun di sisi lain, ada yang mulai berinisiatif beralih ke energi alternatif.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Dilema menyelimuti masyarakat setelah beberapa pekan lalu distribusi LPG 3 kg atau gas melon berantakan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sempat akan menghapus pengecer dari rantai pasok distribusi.

Namun hanya beberapa hari dilaksanakan, distribusi LPG 3 kg ke pengecer kembali dibuka dengan nama baru menjadi sub-pangkalan. Sejumlah kalangan masyarakat kelimpungan dengan kelangkaan gas melon. Namun di sisi lain, ada yang mulai berinisiatif beralih ke energi alternatif.

Alifa (27) warga Beji, Depok, Jawa Barat mengaku tidak panik saat LPG menghilangkan peredarannya. Pasalnya, keluarga Alifa telah beralih ke jaringan gas atau jargas rumah tangga sejak 2022. 

“Dari 2022 sudah pasang jargas, selama ini pemakaian hemat dan praktis ya. Jadi saat LPG kemarin langka saya nggak khawatir,” katanya kepada TrenAsia.com pada Selasa, 11 Februari 2025.

Menurutnya jargas yang dipasang di rumahnya sangat menghemat pengeluaran. Setiap bulan Alifa hanya perlu mengeluarkan sebesar Rp75.000 untuk pemakaian paling tinggi di rumahnya, termasuk untuk memasak sehari-hari.

Perempuan asal Depok ini bercerita, awalnya mengetahui ada jargas usai sang Ketua RT mendata warga Beji yang bersedia untuk secara kolektif memasang jargas. Saat itu pemasangannya tidak dipungut biaya atau gratis.

Alifa dan keluarga mengaku ingin mencoba energi yang ramah lingkungan serta menghindari kontak langsung dengan orang di masa pandemi COVID-19. Menurutnya, saat itu pembelian elpiji 3 kilo ke pengecer merupakan bentuk kontak langsung yang harus dihindari agar tidak terkena COVID-19.

Cerita lain datang dari Dede (33). Ibu rumah tangga asal Bogor ini  memilih pindah menggunakan kompor listrik yang lebih ramah lingkungan dan praktis. Dede menjelaskan alasan ia pindah ke kompor listrik saat itu telah terjadi ganjal ganjil pembatasan pembelian elpiji dengan mendaftar menggunakan KTP. 

Merasa KTP adalah data penting ia ragu untuk mendaftarkan diri agar bisa membeli gas melon. Akhirnya dia mencoba untuk beralih ke kompor listrik dengan harapan tidak perlu repot untuk membeli gas bisa habis. 

Selama menggunakan kompor listrik, ibu dua anak ini sangat terbantu dengan kepraktisannya. Dia hanya perlu mengisi token listrik di rumah ia bisa memasak kapan pun tanpa harus khawatir gas habis dan harus membeli di luar. Dia kini juga tidak lagi was-was soal ledakan gas. 

Saat menggunakan gas melon 1 bulan, Dede memerlukan hingga 4 tabung dengan harga masing-masing saat itu Rp23.000. Artinya dalam sebulan dia mengeluarkan dana untuk memasak di angka Rp92.000 untuk memasak saja.

Lalu dana yang ia keluarkan untuk memasak kembali membengkak saat ia mencoba beralih ke Bright gas atau gas non-subsidi. “Jadi ada baiknya dia mencoba untuk menggunakan kompor listrik. Bisa menghemat pengeluaran yang sehari-hari terutama untuk memasak,” tuturnya. 

Di Solo, Santi (45) mengaku baru saja beralih ke Bright Gas ukuran 5,5 kg usai ontran-ontran elpiji melon. Dia memilih pindah ke elpiji berwarna pink tersebut karena tak mau direpotkan dengan ketersediaan stok. 

Selain itu, sudah muncul kesadaran bahwa LPG 3 kg mestinya diperuntukkan bagi kalangan miskin. “Jadi biar yang benar-benar membutuhkan yang memakainya. Selagi masih bisa beli yang non-subsidi, saya akan pakai itu,” ujar Santi yang merupakan pengusaha katering rumahan. 

Dari segi biaya, Santi mengakui ada selisih yang cukup signifikan. Jika dia biasa membeli LPG 3 kg sekitar Rp23.000, kini dia perlu merogoh kocek sekitar Rp95.000 hingga Rp100.000 untuk mendapatkan Bright Gas 5,5 kg. “Tapi kalau dilihat dari segi keamanan tabung dan teknologi yang bikin penggunaan gas jadi lebih irit,  sepadanlah.” 

Cara pasang Jargas

Di Indonesia masyarakat dapat menikmati jargas melalui PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dengan nama GasKita untuk melakukan pendaftaran dan instalasi jargas rumah tangga. Saat ini kurang lebih sebanyak 740 ribu rumah tangga dan 1.800 UMKM telah menggunakan jargas PGN di 2025.

Cara berlangganan adalah diawali dengan mendaftar lewat pgas.id (https://online.pgn.co.id/register/residensial) dan aplikasi PGN Mobile dengan syarat memasukkan informasi lokasi rencana pemasangan pipa gas (penggunaan gas), upload KTP. 

Ketersediaan jaringan pipa gas di sekitar lokasi Anda, dapat menjadi pertimbangan prioritas. Namun PGN juga akan membangun jaringan pipa gas baru ke lokasi - lokasi yang banyak peminat berlangganan gas. Seluruh biaya pembangunan jaringan gas ini, ditanggung oleh PGN.

Untuk berlangganan GasKita, tidak dikenakan biaya pendaftaran. PGN akan membangun jaringan pipa gas sampai ke meter gas di depan rumah. Pipa Instalasi (pipa gas di dalam rumah), juga akan dibuatkan dan bebas biaya sampai dengan 15 meter. 

Jika diperlukan tambahan Pipa Instalasi, maka akan ada biaya penambahan sebesar Rp75.000 per meter diluar PPN. Adapun, biaya penambahan Pipa Instalasi ini harus lunas sebelum pelaksanaan pengaliran Gas (Gas In). 

Untuk Pelanggan GasKita untuk non residensial (toko, Rumah Makan (Restauran), usaha kecil, dll), biaya pemasangan pipa instalasi ditanggung oleh calon pelanggan, PGN akan membangun pipa gas hanya sampai meter gas di depan lokasi usaha Anda.