Khaled Meshaal, Calon Kuat Pengganti Ismail Haniyeh
- Khaled Meshaal, yang kini diperkirakan akan menjadi pemimpin baru Hamas, telah menjadi tokoh penting dalam politik Timur Tengah. Meshaal, yang berusia 68
Dunia
YERUSALEM - Setelah pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Iran, kursi kepemimpinan Hamas kini kosong. Khaled Meshaal, salah satu pimpinan senior keompok tersebut, diperkirakan akan menjadi pemimpin baru Hamas menggantikan Haniyeh.
Dilansir Reuters, Khaled Meshaal, lahir di Silwad dekat Ramallah, Tepi Barat. Meshaal memulai hidupnya di pengasingan, Kuwait pada usia muda setelah keluarganya pindah. Di Kuwait, ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin pada usia 15 tahun, yang kemudian mempengaruhi pandangan politik dan ideologinya. Ikhwanul Muslimin, sebagai organisasi yang mendukung gerakan Islamis, memainkan peran penting dalam pembentukan Hamas pada akhir 1980-an.
Sebelum mencapai posisi pucuk pimpinan Hamas, Meshaal bekerja sebagai guru sekolah. Profesinya sebagai guru, membantu Meshaal mengembangkan keterampilan di sektor pendidikan dan komunikasi.
Seiring berjalannya waktu, Meshaal dikenal sebagai salah satu diplomat top untuk kelompok Hamas, Meshaal berusaha mempengaruhi opini global dan mendapatkan dukungan internasional untuk perjuangan Palestina.
Peran sentralnya memungkinkan Meshaal memperluas jaringan dan membangun hubungan penting di tingkat internasional, yang pada gilirannya memperkuat posisi Hamas dalam konflik Israel-Palestina.
- Perbandingan Aset BBRI dan BMRI di Semester I-2024, Siapa Juaranya?
- Tiga Bulan Berturut-turut, Deflasi Juli RI Capai 0,18 Persen
- Saham BMRI Berlari Kencang Usai Rilis Kinerja Semester I-2024, Waktunya Serok?
Mulai Dikenal Luas
Meshaal, yang kini berusia 68 tahun telah menjadi tokoh penting dalam politik Timur Tengah. Ia mulai terkenal dipanggung internasional ketika Israel melakukan percobaan pembunhan kepadanya pada tahun 1997. Seorang agen Israel mencoba menyuntikan racun ke Meshaal, di Amman, Yordania, namun upaya tersebut gagal.
Kejadian tersebut justru membuat nama Meshaal naik daun, hingga dianggap sebagai salah satu pahlawan dan martir Palestina.
Percobaan pembunuhan ini memicu kemarahan Raja Hussein dari Yordania. Raja Hussein mengancam akan menggantung pelaku dan membatalkan perjanjian damai dengan Israel kecuali penawarnya diserahkan. Israel akhirnya memenuhi tuntutan ini dan setuju untuk membebaskan pemimpin Hamas Sheikh Ahmed Yassin. Sheikh Ahmed Yassin yang kala itu tengah menggunakan kursi roda akhirnya dibunuh oleh Israel di Gaza pada tahun 2004.
Sebagai salah satu pemimpin politik Hamas di pengasingan sejak tahun 1996, Meshaal telah mewakili kelompok tersebut dalam berbagai pertemuan internasional. Setelah kematian Sheikh Yassin dan penggantinya Abdel-Aziz Al-Rantissi akibat serangan Israel, Meshaal mengambil alih kepemimpinan Hamas bersama dengan Ismail Haniyeh.
- Perbandingan Aset BBRI dan BMRI di Semester I-2024, Siapa Juaranya?
- Tiga Bulan Berturut-turut, Deflasi Juli RI Capai 0,18 Persen
- Saham BMRI Berlari Kencang Usai Rilis Kinerja Semester I-2024, Waktunya Serok?
Meshaal sempat menghadapi keputusan sulit mengenai sikap politik Hamas terhadap Israel, kala itu Meshaal bimbbang untuk mengadopsi pendekatan pragmatis terhadap Israel atau terus melanjutkan perjuangan bersenjata.
Selain itu, hubungan Meshaal dengan Iran sempat mengalami ketegangan akibat dukungannya terhadap kelompok pemberontak Sunni yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Selain Meshaal, tokoh senior Hamas lainya, Khalil al-Hayya, yang juga berada di pengasingan Qatar, juga dianggap banyak kalangan sebagai salah satu kandidat potensial.
Bagi Israel dan negara-negara Barat, Hamas adalah kelompok teroris yang didukung Iran dan sering terlibat kegiatan terorisme dan gangguan keaamanan. Sebaliknya, bagi pendukung Palestina, Meshaal dan Hamas dianggap sebagai pejuang pembebasan dari pendudukan Israel.