<p>Peserta BP Jamsostek berkomunikasi dengan petugas pelayanan saat melakukan klaim melalui Layanan Tanpa Kontak Fisik (Lapak Asik) di kantor Cabang Jakarta Menara Jamsostek, Jakarta, Jum&#8217;at, 10 Juli 2020. Seiring dengan meningkatnya gelombang pemutusan hubungan kerja di tengah pandemi Covid-19, klaim BPJS Ketenagakerjaan turut melonjak. Pencairan tabungan di BP Jamsostek menjadi alternatif untuk mendukung daya beli pekerja yang tergerus. Sementara dalam rangka adaptasi kebiasaan baru dan untuk memutus penyebaran virus corona, BP Jamsostek telah menerapkan protokol pelayanan secara daring dan tanpa pertemuan secara fisik. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Bos Jamsostek Siapkan Investasi Besar di INA

  • Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek menaruh minat tinggi untuk menyuntikkan dana di Indonesia Investment Authority (INA). Strategi ini ditempuh setelah portofolio milik perusahaan di pasar modal mengalami penurunan kinerja.

Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Indonesia Investment Authority (INA) yang belum lama terbentuk mulai terlihat seksi hingga dilirik banyak pihak. Setelah Uni Emirat Arab menggelontorkan dana untuk lembaga investasi tersebut, kini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek juga menaruh minat tinggi.

Direktur Utama (Dirut) BP Jamsostek Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan pihaknya berniat menempuh langkah ini setelah portofolio milik perusahaan di pasar modal mengalami penurunan kinerja. Dana yang akan ditempatkan berasal dari program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP).

“Kita akan rebalancing dari instrumen deposito, saham, dan reksa dana ke obligasi. Karena kalau kita tahu juga dengan suku bunga acuan 7-days reverse repo rate Bank Indonesia 3,5%, deposito bank-banknya juga ikut turun sehingga akan menarik ke bawah yield dari portofolio kami,” katanya dalam rapat kerja Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa 30 Maret 2021.

Anggoro menyebut, pihaknya waktu dekat akan berkoordinasi langsung dengan INA untuk melihat instrumen investasi mana yang bisa dijajaki BP Jamsostek.

“Karena kami melihat SWF (Sovereign Wealth Fund) ada banyak project-project. Kita akan lihat, apakah kita bisa masuk ke SWF, khususnya program JHT dan JP yang memang jangka panjang kewajibannya,” jelas Anggoro.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tahun 2019, besaran penerimaan BP Jamsostek dari dua program ini mencapai Rp64,6 triliun. Adapun penerimaan program JHT pada 2019 mencapai Rp47,42 triliun, turun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp42,69 triliun.

Sementara itu program JP mengalami kenaikan dari Rp14,86 triliun pada 2018 menjadi Rp17,18 triliun di tahun 2019.

Dana investasi ini, kata Anggoro, merupakan kontribusi BP Jamsostek untuk mempercepat pembangunan di Indonesia. Pasalnya, SWF yang baru terbentuk setahun ini akan fokus menempatkan dana pada proyek pembangunan infrastruktur.

“Kami melihat, kami bisa berkontribusi kepada pemerintah di SWF dengan meningkatkan alokasi dana investasi pada instrumen investasi langsung,” terangnya.

Untuk diketahui, INA telah mendapat dana investasi hingga Rp219 triliun dalam kurun waktu sebulan. Dana tersebut diperoleh dari pemerintah Indonesia sebesar Rp75 triliun dan suntikan investasi dari Uni Emirat Arab (UEA) mencapai Rp144 triliun.

SWF Indonesia ini tinggal mencari tambahan dana investasi sebesar Rp 81 triliun untuk memenuhi target Ketua Dewan Pengawas INA, Sri Mulyani sebesar Rp300 triliun.