Kiky Saputri Dihujat Usai Kritik Jennie BlackPink, Ini Alasan Ilmiah Kenapa Fans Mati-Matian Bela Idolanya
- Komika Kiky Saputri diserbu oleh sejumlah fans BlackPink atau Blink usai mengomentari penampilan Jennie.
Gaya Hidup
JAKARTA - Komika Kiky Saputri diserbu oleh sejumlah fans BlackPink atau Blink usai mengomentari penampilan salah satu member yakni Jennie Kim.
Kiky yang saat itu menonton konser BlackPink secara langsung di GBK mengatakan bahwa Jennie Blackpink tampak malas-malasan tampil di konser.
Setelah komentar tersebut diunggah, DM Instagram Kiky ramai dikunjungi Blink. Namun kunjungan tersebut tak bermakna positif. Para Blink menghujani pesan pribadi Kiky dengan berbagai hujatan fisik.
Meski hujatan menghujaninya, Kiky yang dikenal sebagai komika yang suka melakukan roasting itu tampak tak menggubris hinaan yang dilayangkan padanya.
Beberapa orang menganggap reaksi yang dilakukan oleh para Blink untuk membela idolanya tampak berlebihan. Namun di sisi lain, rupanya ada alasan ilmiah mengapa para fans sampai berjuang mati-matian demi membela sang idola.
- Triliunan Uang Grup Sinarmas Disimpan di Lima Bank Ini, Satu Milik Korea
- Waspada Mental Anak Lemah, Kenali Ciri dan Penyebabnya
- Latih Anak Punya Mental Kuat Sejak Dini, Begini Caranya
Sebagaimana diketahui, BlackPink sendiri merupakan Girl Band generasi keempat dari Industri K-Pop yang berhasil mendapat perhatian dari dunia. Secara umum, perkembangan girl band ini tak lepas dari komitmen dan intensitas dari basis penggemarnya.
Sebelum debut berlangsung, para idola K-pop termasuk BlackPink terus melakukan interaksi pada para penggemar baik secara online maupun offline.
Mengutip Vice Senin, 20 Maret, Ahli Psikologi Klinis asal Manila, John Felix mengataan interaksi ini menciptakan hubungan antara idola dan penggemar yang dinamakan hubungan parasosial.
“Hubungan parasosial terjadi ketika individu yang menganggap diri mereka penggemar atau pengagum seseorang yang terkenal—seperti selebritas, musisi, atau politikus—menginvestasikan minat, waktu, dan bahkan emosi untuk idola mereka,” ujar Felix sebagaimana dikutip TrenAsia.com.
Ia menambahkan, secara umum manusia adalah seorang mahluk sosial yang berkebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Lantas, mengapa para fans lebih memilih menjadin hubungan dengan orang yang tak mereka kenal bahkan mengenal mereka seperti idola?
Menurut Felix, hubungan parasosial antara fans dan idola dibentuk karena adanya unsur kesepian. Meski begitu, ia mengatakan bahwa variabel tersebut betulbetul kesepian.
Hal tersebut bisa saja muncul ketika seseorang tidak mendapatkan kedekatan dan koneksi yang mereka dambakan dari orang-orang di sekitar mereka secara fisik. Karenanya, banyak dari mereka yang cenderung mencari di tempat lain untuk mengembangkan perasaan itu di dalam diri mereka sendiri.
Hal tersebut divalidasi oleh salah satu penggemar Boyband Korea BTS, Menchaca. Menurutnya, melihat cuplikan kehidupan sehari-hari mereka di vlog, streaming langsung, dan postingan media sosial, membuat penggemar merasa hubungan mereka dengan mereka sepihak.
"Kamu merasa seperti kamu mengenal mereka, dan kamu merasa mereka adalah temanmu yang sebenarnya, dan bahwa kamu berdua hanya mendukung satu sama lain," kata Menchaca sebagaimana dikutip TrenAsia.com.
Felix menambahkan, melihat begitu banyak kehidupan sehari-hari idola mereka membuat penggemar merasa seolah-olah idola mereka berbagi kehidupan mereka seperti seorang teman sejati. Namun, pada gilirannya hal ini membuat penggemar merasa lebih terhubung dengan selebritas
Hubungan Lereng Jurang
Meski sekilas hubungan parasosial ini seperti sekadar memberi dukungan satu sama lain meski tak dikenal, Felix mengatakan bahwa hubungan ini semacam berada di lereng jurang.
Ia menjelaskan, dalam konteksnya, hubungan parasosial bisa berkembang melalui tiga tahap. Antara lain hiburan-sosial, intens-pribadi, dan perbatasan-patologis.
Hubungan parasosial tingkat pertama adalah ketika hubungan itu ada hanya untuk tujuan hiburan. Sedangkan tahap kedua timbul ketika penggemar mulai membentuk emosi untuk idola mereka. Kemudian ketiga adalah ketika penggemar terlalu mengidentifikasi diri dengan mereka.
Felix berkata tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada tahap pertama. Yang dikhawatirkan adalah ketika para penggemar pada akhirnya mungkin terlalu terbawa emosi pada idola mereka dan lupa bahwa selebriti ini terkadang melakukan hal-hal yang mereka lakukan sebagai bagian dari pekerjaan mereka.
Hal itulah yang kemudian menyebabkan fans berisiko menjadi terobsesi dengan idola mereka dan tidak dapat membedakan kenyataan dari fantasi.
Adanya perasaan keterikatan bisa menjadi begitu nyata. Alhasil, penggemar mungkin menderita perasaan kehilangan dan pengkhianatan ketika idola mereka melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai atau yang merusak ilusi hubungan mereka.
"Jika idola Anda menginspirasi Anda, membuat Anda bahagia dan menjadi orang yang lebih baik, maka hebat. Namun, Anda harus ingat bahwa jika minat Anda pada mereka menghalangi hidup Anda secara produktif, maka Anda dapat menganggapnya sebagai tanda bahaya," ujar Felix.