Nat Rothschild menghadiri peresmian gedung baru perusahaan kabel dan konektor listrik PT Volex Indonesia di Kawasan Industri Sekupang, Batam.
Dunia

Kilas Balik Perselisihan Antara Nat Rothschild dan Bakrie Group

  • Kesepakatan bernilai jutaan poundsterling yang menyebabkan perusahaan penambangan batu bara Bumi terpisah dari salah satu pendirinya diselesaikan di tengah serangkaian tweet penuh kemarahan, di mana para miliarder yang berseteru saling menggambarkan satu sama lain sebagai ‘bodoh.’

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA – Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto, menghadiri peresmian gedung baru perusahaan kabel dan konektor listrik PT Volex Indonesia di Kawasan Industri Sekupang, Batam, pada Minggu, 4 Agustus 2024.

Dalam peresmian tersebut, hadir Nathaniel Philip Victor James Rothschild, konglomerat keturunan kelima dari keluarga Rothschild dan pemilik perusahaan kabel tersebut.

Pengusaha Lord Rothschild mengucapkan rasa terima kasih kepada Prabowo. Perusahaan tersebut juga merupakan salah satu jaringan yang masuk dalam usaha multinasional yang dimiliki oleh keluarga Rothschild.

“Suatu kehormatan untuk menyambut Presiden terpilih Indonesia, Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, ke fasilitas manufaktur Volex di Batam saat kami menandai peresmian perluasan fasilitas baru tersebut,” cuit Nat Rothschild pada akun X pribadinya, @natrothschild.

Terkait Nat Rothschild, dulu pernah terjadi konflik dengan Bakrie Group. Lantas bagaimana bisa terjadi? Yuk, simak kilas baliknya.

Nat Rothschild dan Aga Bakrie Saling Ejek

Dilansir dari dailymail.co.uk, kesepakatan bernilai jutaan pound yang menyebabkan perusahaan penambangan batu bara Bumi terpisah dari salah satu pendirinya diselesaikan di tengah serangkaian tweet penuh kemarahan, di mana para miliarder yang berseteru saling menggambarkan satu sama lain sebagai ‘bodoh.’

Perusahaan pertambangan Bumi yang berkantor pusat di London, atau dikenal sebagai Asia Resource Minerals plc (ARMS) telah menyelesaikan pemisahan yang sudah lama ditunggu dari para pendirinya, konglomerat keluarga Indonesia yang dikenal sebagai grup Bakrie.

Setelah kesepakatan restrukturisasi ditutup, Nat Rothschild, sesama pendiri dan pewaris dinasti perbankan, menggunakan akun X untuk menyerang seorang anggota keluarga Bakrie.

Perpisahan ini kemudian memicu Aga Bakrie (putra Nirwan Bakrie) dan Nat Rothschild saling ejek di Twitter.

“Sementara ayah Anda adalah jenius yang jahat (ya saya memuji Nirwan), orang-orang di jalan menjuluki Anda sangat BODOH,” kicau Rothschild, yang memiliki saham 16% di ARMS, kepada Aga.

“Bodoh, saya percaya itu adalah kata yang dihubungkan dengan Anda oleh sejumlah orang yang saya temui,” balas Aga Bakrie terhadap kicauan tersebut.

Dalam tweet lainnya, Rothschild berterima kasih kepada Bakrie karena membeli Bumi Resources, yang ia sebut sebagai “tumpukan sampah yang tidak berharga.”

Dengan adanya pemisahan ini, ARMS menyatakan akan fokus pada pengembangan anak perusahaan lainnya, Berau Coal.

“Ada sejumlah pemegang saham mengatakan (pemisahan) tidak mungkin terjadi,” Kepala Eksekutif ARMS Nick von Schirnding mengatakan dalam sebuah wawancara telepon kepada Reuters.

“Saya tidak bisa mengatakan mudah, itu adalah transaksi yang rumit, tetapi mencapai titik ini merupakan hal yang sangat baik bagi para pemegang saham.”

Asia Resource Minerals didirikan sebagai Bumi pada tahun 2010 oleh Keluarga Bakrie dan pengusaha Inggris Nat Rothschild dengan tujuan memberi peluang bagi investor London untuk mengakses aset batu bara potensial di Indonesia.

Namun, terjadi perselisihan antara para pemegang saham. Penurunan harga batu bara pada saat itu juga menyebabkan saham ARMS di bursa London turun hingga 80% dari nilai awal.

Untuk memulihkan perusahaan, para pemegang saham melakukan pemungutan suara dan menyetujui pemisahan Bakrie dari ARMS. Pemisahan ini memakan waktu lama karena transaksi yang rumit dan Bakrie harus mencari pendanaan besar.

Sebagai bagian dari langkah ini, pengusaha Samin Tan membeli 23,8% saham Bakrie di ARMS dan menukarnya dengan investasi di Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk.

Selanjutnya, ARMS juga melepas 29,2% sahamnya di PT Bumi Resources Tbk kepada Bakrie dengan nilai US$501 juta.

Awal Bakrie dan Rothschild Memulai Bisnis Bersama

Awalnya, kemitraan tersebut tampaknya berjalan dengan baik. Namun, dalam setahun sejak didirikan, ketegangan antara Bakrie dan Rothschild atas kendali perusahaan tersebut menjadi sorotan publik. Akhirnya, Rothschild bergerak untuk memecat direktur yang ditunjuk Bakrie dari dewan Bumi. Bakrie, merasa muak, memutuskan untuk menarik diri dan membeli kembali Bumi Resources dari Bumi plc.

Konflik ini makin memanas ketika Panel Pengambilalihan Inggris memutuskan, Bakrie dan dua pemegang saham korporasi Indonesia lainnya di Bumi plc bertindak bersama-sama, dan karenanya melanggar Undang-Undang Pengambilalihan.

Dilansir dari The Conversation, rapat pemegang saham di London menghasilkan keputusan yang menguntungkan Bakrie, hanya dua resolusi dari Rothschild yang disetujui, sementara Bakrie tetap mengendalikan mayoritas posisi direktur perusahaan. Rencana divestasi Bakrie terus berlanjut.

Setiap pebisnis yang berpengalaman tahu bahwa berinvestasi di Indonesia membawa risiko tinggi. Mengandalkan pengadilan untuk menegakkan kontrak adalah tindakan yang bodoh. Keberlakuan kontrak sering kali dipengaruhi hubungan pribadi antara pihak terkait serta hubungan mereka dengan pelaku bisnis dan politik lainnya.

Rothschild adalah seorang pengusaha berpengalaman dan ada kemungkinan ia memasuki kesepakatan dengan Bakrie tanpa sepenuhnya memahami karakter Bakrie. Namun, hal ini sangat tidak mungkin. Sebagai seorang profesional, Rothschild seharusnya dapat dengan cepat meneliti dan mengetahui bahwa Bakrie dikenal sebagai operator yang sangat cerdik.

Ironisnya, Rothschild menunjukkan pemahaman tentang hubungan antara bisnis dan politik di Indonesia ketika ia mengusulkan penggantian Bakrie di Bumi plc dengan pengusaha Indonesia lainnya, Hashim Djojohadikusumo. Hashim Djojohadikusumo adalah saudara dari Prabowo Subianto, mantan menantu Presiden Suharto.

Mengenal Bakrie Group

Bakrie adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di Indonesia. Ia adalah pemegang saham utama dan mantan pimpinan Bakrie Group, konglomerat keluarga besar yang terlibat dalam berbagai sektor, termasuk pertambangan, perkebunan, pendidikan, media dan lainnya.

Dilansir dari The Conversation, selain itu, ia juga merupakan pimpinan partai Golkar, sebuah partai politik yang didirikan pada era pemerintahan Suharto dan telah lama menjadi kekuatan politik utama bagi mantan presiden tersebut.  Ia adalah tokoh kontroversial di kalangan banyak orang Indonesia, dan kombinasi antara kepentingan politik dan bisnisnya sering kali memicu kritik negatif.

Contohnya, saat itu ia berhasil menjatuhkan Sri Mulyani, menteri keuangan terbaik yang dimiliki Indonesia, dalam apa yang secara luas dianggap sebagai perselisihan terkait pembayaran pajak, atau lebih tepatnya, ketidakmampuannya membayar pajak.