Kinerja Baik APBN 2022 Berlanjut, Sri Mulyani: Jadi Bekal Tahan Gejolak Dunia
- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat kinerja baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berlanjut hingga September 2022.
Nasional
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat kinerja baik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berlanjut hingga September 2022.
Realisasi Belanja Negara hingga akhir September 2022 mencapai Rp1.913,9 triliun atau 61,6% target pagu APBN. Melalui Belanja Negara, APBN sebagai shock absorber berupaya menjangkau dan melindungi seluruh masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi.
"Kita menggunakan APBN untuk memberikan bekal atau untuk mengumpulkan bekal di dalam rangka kita untuk mengakumulasi daya tahan, supaya kita bisa masuk gejolak dunia yang memang akan sangat tidak pasti di tahun 2023 ini. Kewaspadaan akan kita terus tingkatkan tanpa menghilangkan optimisme kita untuk tetap menjaga pemulihan ekonomi yang memang terlihat cukup baik," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam keterangannya, Minggu, 23 Oktober 2022.
- Bos Bukit Asam Ungkap Nilai Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu dari PLN
- Elon Musk Kecam The Fed Karena Berpotensi Timbulkan Resesi
- BMW Gelontorkan Investasi Rp26,5 Triliun untuk Produksi Kendaraan Listrik
Kerja keras APBN melalui Belanja Negara didukung oleh program pemulihan ekonomi dan upaya untuk menjaga dampak adanya ketidakpastian. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sampai dengan September 2022 mencapai Rp1.361,2 triliun atau 59,1% dari Pagu.
Belanja K/L sebesar Rp674,4 triliun atau 71,3% dari Pagu, utamanya dimanfaatkan untuk penyaluran berbagai bansos dan program PEN ke masyarakat; pengadaan peralatan/ mesin, jalan, jaringan, irigasi; belanja pegawai termasuk THR dan Gaji ke-13; dan kegiatan operasional K/L.
Sementara realisasi Belanja Non-KL mencapai Rp686,8 triliun atau 50,7% dari Pagu yang utamanya didukung penyaluran subsidi, kompensasi BBM dan listrik, dan pembayaran pensiun (termasuk THR dan Pensiun ke-13) serta jaminan kesehatan ASN.
Peran APBN sebagai shock absorber di tengah peningkatan dampak risiko global juga ditunjukkan oleh penyaluran program perlindungan sosial tambahan, yaitu berupa Bantuan Langsung Tunai BBM (BLT BBM), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan Dukungan APBD yang telah terealisasi sebesar Rp11,9 triiliun per akhir September.
Bantuan tambahan tersebut melengkapi program perlinsos yang sudah ada sebelumnya seperti Program Keluarga Harapan (PKH), kartu sembako, BLT Minyak Goreng, Bantuan Tunai PKL WN, Subsidi Bunga KUR, dan BLT Desa. Pemberian bantuan tambahan tersebut ditujukan untuk memberi manfaat lebih besar dan efektif bagi masyarakat bawah, serta agar dampak peningkatan risiko global tidak dirasakan terlalu dalam.
Prospek perekonomian global terus menurun akibat eskalasi risiko global seperti lonjakan inflasi, volatilitas harga komoditas, isu geopolitik, serta potensi resesi. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup kuat, didukung konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor.
Secara keseluruhan kinerja APBN cukup baik dan masih mencatatkan surplus ditopang kinerja fiskal secara holistik, baik dari pendapatan yang tumbuh kuat maupun optimalisasi belanja yang tetap terjaga. Dengan dukungan kinerja APBN yang baik tersebut, defisit dapat ditekan sehingga pembiayaan utang juga dapat dikurangi.
Namun demikian, potensi risiko tetap perlu diwaspadai serta dimitigasi untuk menjaga peran APBN sebagai shock absorber agar tetap sehat dan kokoh dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang berkepanjangan.