<p>Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Kinerja Bank BUMN 2020: Mandiri-BRI-BNI Jeblok, Hanya BTN yang Melesat

  • Hanya BTN yang mencatat pertumbuhan laba pada periode Januari-September 2020. Sementara itu, Bank Mandiri, BRI, dan BNI mengalami penurunan laba yang cukup dalam. Bahkan, laba BNI anjlok lebih dari separuh secara tahunan.

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Bank pelat merah yang tergabung dalam himpunan bank milik negara (Himbara) telah melaporkan kinerja mutakhirnya per kuartal III-2020.

Empat bank tersebut, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Bank Mandiri (Persero) TbkPT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.

Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perseroan, hanya BTN yang mencatat pertumbuhan laba pada periode Januari-September 2020. Sementara itu, ketiga bank lainnya mengalami penurunan laba yang cukup dalam. Bahkan, laba BNI anjlok lebih dari separuh secara tahunan.

1. BTN
Gedung BTN. / Btn.co.id

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berhasil menumbuhkan laba bersih hingga 37,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Bank bersandi saham BBTN ini berhasil meraup laba pada kuartal III-2020 senilai Rp1,1 triliun dari sebelumnya Rp801 miliar.

Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan berbagai langkah penguatan yang telah dilakukan oleh perseroan mulai menunjukkan hasil positif. BTN telah melakukan penguatan di sisi kualitas aset, likuiditas, permodalan, bisnis, hingga langkah efisiensi.

“Di tengah tekanan akibat pandemi, kenaikan laba bersih Bank BTN menjadi bukti strategi yang kami lakukan berada pada jalur yang tepat. Hingga akhir tahun nanti, kami optimistis target laba bersih akan tercapai,” jelas Pahala pada acara Paparan Kinerja Bank BTN Kuartal III 2020 secara virtual, Kamis, 22 Oktober 2020.

Sementara itu, aset perseroan juga tumbuh 14,5% yoy dari Rp311,7 triliun menjadi Rp356,9 triliun per kuartal III tahun ini.

Pahala menjelaskan, pada kuartal III-2020, BTN tetap mampu menjaga kualitas aset. Meski tekanan akibat pandemi belum mereda, perseroan berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) net di level 2,26% dari posisi bulan yang sama tahun sebelumnya 2,33%.

Namun, pada sembilan bulan pertama tahun ini BTN hanya meraup pendapatan sebesar Rp18,6 triliun. Jumlah tersebut melambat 3,6% yoy dibandingkan dengan September 2019 sebesar Rp19,3 triliun.

Adapun kredit BTN juga tergerus meski tipis, yakni 0,7% menjadi Rp230,4 triliun dibandingkan dengan akhir 2019 yang sebesar Rp232,2 triliun.

Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), perseroan menghimpun sebesar Rp273,3 triliun hingga akhir September 2020. Total dana tersebut tumbuh 21,2% dibandingkan dengan akhir 2019 sebesar Rp225,4 triliun.

2. Bank Mandiri
Suasana pelayanan nasabah di kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Jum’at 29 Mei 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) per kuartal III-2020 menghasilkan laba secara konsolidasi sebesar Rp14,02 triliun.

Laba tersebut turun cukup dalam hingga 30,5% yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp20,2 triliun.

Penurunan ini terjadi seiring dengan pendapatan yang terkoreksi 2,06% yoy, dari Rp67,7 triliun menjadi Rp66,3 triliun per September 2020.

Dari sisi fungsi intermediasi, Bank Mandiri melaporkan penyaluran kredit sebesar Rp852,8 triliun pada periode ini. Kredit tersebut juga mengalami perlambatan 3,7% dibandingkan dengan akhir 2019 sebesar Rp885,8 triliun.

Saat yang sama, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross Bank Mandiri juga naik menjadi 3,3% dari sebelumnya 2,5%.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai strategi. Per September 2020 rasio coverage CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) konsolidasi berada di kisaran 205,15%.

“Sebagai antisipasi penurunan kualitas kredit akibat pandemi COVID-19,” kata dia dalam paparan kinerja kuartal III-2020 secara daring, beberapa waktu lalu.

Meskipun demikian, DPK perseroan masih tumbuh 9,7% yoy menjadi Rp1.024,1 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, DPK yang dihimpun Bank Mandiri sebesar Rp933,1 triliun.

Begitu pun dengan aset yang tumbuh 6,7% yoy menjadi Rp1.406,6 triliun dibandingkan dengan Rp1.318,2 triliun per September tahun lalu.

3. BRI
Gedung BRI di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. / Bri.co.id

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) membukukan laba bersih konsolidasi Rp14,15 triliun pada kuartal III-2020. Perolehan laba bersih itu anjlok 42,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp24,7 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pihaknya memang tidak mengambil semua pendapatan menjadi laba. Sebab, BRI lebih memilih untuk melakukan pencadangan sebagai antisipasi situasi ekonomi yang belum pasti.

“Kami menjalankan strategi, salah satunya melalui pencadangan, sehingga pendapatan tahun ini tidak semua kami ambil sebagai laba,” jelas Sunarso dalam paparan kinerja kuartal III-2020 secara virtual, Rabu, 11 November 2020.

Namun, ternyata tak hanya dari sisi laba. Pada periode ini, pendapatan perseroan juga tergerus 7,47% yoy menjadi Rp56,05 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp60,58 triliun.

Bank yang berfokus pada segmen mikro ini menyalurkan kredit sebesar Rp935,35 triliun per September 2020. Angkanya tumbuh 6,6% yoy dibandingkan dengan Rp877,4 triliun per September 2019.

Penyaluran kredit tersebut dilakukan seiring dengan NPL yang terjaga di angka 3,12%. Secara konsolidasi, NPL coverage sebesar 203,47%.

Saat ini, lanjutnya, BRI masih concern menyelamatkan UMKM dalam mengadapi tekanan bisnis di tengah pandemi.

“Kalau UMKM tidak selamat, kami juga akan berisiko,” ungkapnya. Ia mengaku, tantangan yang dihadapi saat ini adalah menumbuhkan kredit.

Lewat berbagai strategi, BRI pun berupaya menerapkan “bisnis follow stimulus”, sebagaimana istilah yang disebut Sunarso.

Ia menjelaskan, berbagai kebijakan yang digelontorkan pemerintah menjadikan BRI ikut berperan dalam memperlancar stimulus tersebut. Hal ini bertujuan agar sampai ke masyarakat dengan efektif dan efisien.

Dengan adanya stimulus, lanjutnya, maka akan timbul permintaan. Dari sanalah BRI akan menyalurkan kredit. Tak tanggung-tanggung, ke depan Sunarso akan menargetkan 85% penyaluran kredit BRI adalah segmen UMKM.

Penghimpunan DPK BRI juga meningkat 15% yoy dari Rp987 triliun menjadi Rp1.131 triliun per kuartal III tahun ini. Hal ini sejalan dengan total aset yang naik 10,89% yoy menjadi Rp1.447,8 triliun dibandingkan dengan Rp1.305,6 triliun tahun sebelumnya.

4. BNI
Kantor Bank BNI cabang Bursa Efek, Jakarta,. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Laba bersih PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI terjungkal hingga 63,8% yoy menjadi Rp4,3 triliun per kuartal III-2020. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih BNI mencapai Rp11,9 triliun.

Pendapatan perseroan juga turun 3,3% yoy, dari Rp43,5 triliun menjadi Rp42,03 triliun pada periode ini.

Manajemen BNI dalam keterangan resmi, Selasa, 27 Oktober 2020 mengatakan, penurunan ini merupakan bagian dari upaya perseroan untuk memperkuat fundamental keuangan dengan cara melakukan pembentukan pencadangan yang lebih konservatif.

Hal ini terbukti jika dilihat rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio BNI pada periode ini sebesar 206,9%, lebih tinggi ketimbang kuartal III-2019, yakni 159,2%.

Kemudian, pertumbuhan juga masih terjadi di sisi DPK. Jumlahnya naik 14,7% yoy menjadi Rp705,4 triliun, dibandingkan dengan Rp614,6 triliun per akhir 2019.

Manajemen mengungkapkan, upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama agar dapat menekan cost of fund.

Saat ini, CASA BNI berada pada level 65,4% dengan cost of fund 2,86%. Posisi itu membaik 30 basis poin (bps) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,24%.

Adapun penyaluran kredit BNI pun masih tumbuh 4,9% jika dibandingkan akhir 2019 sebesar Rp524,1 triliun. Per kuartal III-2020, kredit yang disalurkan sebesar Rp550 triliun.

Dari sisi aset, BNI berhasil mencatat pertumbuhan hingga 8,4% yoy dari Rp845,6 triliun menjadi Rp916,9 triliun per September 2020. (SKO)