Ilustrasi pemilik PT Bank Jago Tbk (ARTO) Jerry Ng yang kekayaannya melejit hingga menjadi konglomerat terkaya ke-5 di Indonesia. Infografis: Deva Satria/TrenAsia
Bursa Saham

Kinerja Bank Jago (ARTO) Diprediksi Menyala, Bagaimana Prospek Sahamnya?

  • BRI Danareksa Sekuritas, menyoroti proyeksi berkelanjutan terhadap pertumbuhan kinerja keuangan Bank Jago tahun ini, yang telah mempertimbangkan target pertumbuhan kredit sebesar 30%.
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA - Pertumbuhan kinerja keuangan PT Bank Jago Tbk (ARTO) diprediksi akan berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, seiring dengan pencapaian gemilang perseroan pada tahun sebelumnya. Proyeksi ini juga mencerminkan potensi pertumbuhan kredit sebesar 30% dalam tahun ini.

Meskipun kinerja keuangan Bank Jago tahun lalu masih sedikit di bawah estimasi awal, namun prestasi tersebut dibalik dengan peningkatan kualitas kredit yang melampaui prediksi. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) turun menjadi 0,8% pada kuartal IV-2023 dari 1,1% pada kuartal III-2023, sementara pertumbuhan kredit mencatat lonjakan signifikan sebesar 38%.

Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis, analis dari BRI Danareksa Sekuritas, menyoroti proyeksi berkelanjutan terhadap pertumbuhan kinerja keuangan Bank Jago tahun ini, yang telah mempertimbangkan target pertumbuhan kredit sebesar 30% yang diumumkan oleh manajemen.

Baca Juga: Rasio BOPO Menukik, Laba Bersih Bank Jago Melonjak 355 Persen pada 2023

Keduanya berpandangan pertumbuhan kredit ARTO juga diantisipasi akan didorong oleh kontribusi dari PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN). “Pertumbuhan kredit Bank Jago juga diharapkan datang dari kontribusi PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN),” tulis analis BRI Sekuritas dalam risetnya dikutip Senin, 25 Maret 2024. 

Selain itu, keduanya juga sepakat memproyesikan laba bersih ARTO akan meningkat menjadi Rp130 miliar, dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 72 miliar. Demikian pula, laba operasi sebelum pencadangan (PPOP) diperkirakan akan tumbuh menjadi Rp 619 miliar dari sebelumnya Rp 488 miliar.

Dengan melihat berbagai potensi tersebut, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi untuk membeli saham ARTO. Target harga saham ARTO ditetapkan sebesar Rp 4.500. Berdasarkan harga penutupan pekan lalu sebesar Rp2.700 per saham, hal ini menunjukkan potensi keuntungan (cuan) saham ARTO yang masih tinggi, mencapai 66,6%.

Target harga ARTO tersebut juga mempertimbangkan perkiraan NIM tahun ini sebesar 9,1%. Begitu juga NPL gross diperkirakan turun menjadi 1%, biaya kredit (cost of credit/CoC) diestimasi mencapai 69%, dan ROAE mencapai 1,5%.

Baca Juga: Peringkat Emiten Bank Digital Berdasarkan Market Cap, MNC Bank Paling Akhir

Kinerja Keuangan 2023

Baru-baru ini, ARTO mengumumkan lompatan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar 355% menjadi Rp72 miliar pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya Rp 16 miliar. Pertumbuhan laba didukung oleh strategi perseroan yang mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital.

Direktur Utama Bank Jago (ARTO) Arief Harris Tandjung mengatakan, perseroan konsisten menunjukkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit, dan jumlah nasabah. “Hingga akhir 2023, jumlah DPK sebesar Rp12,1 triliun atau tumbuh 46% dari perolehan akhir 2022 yang senilai Rp 8,3 triliun,” ungkapnya beberapa waktu lalu.

Sebanyak 65% atau Rp7,9 triliun DPK berasal dari current account and savings account (CASA). Sisanya 34,7% atau Rp4,2 triliun merupakan simpanan nasabah dalam bentuk deposito. “Jumlah pinjaman pada akhir 2023 mencapai Rp13 triliun atau melesat 38% dari akhir 2022 yang senilai Rp9,4 triliun,” ujar dia.

ARTO juga mencatatkan penurunan NPL gross menjadi 0,8% pada 2023. Alhasil, laba bersih setelah pajak (net profit after tax) melonjak 355% menjadi Rp72 miliar. Pendapatan bunga bersih perseroan juga naik menjadi Rp 1,6 triliun pada 2023.

ARTO juga mencatatkan total aset senilai Rp21,3 triliun atau tumbuh 26% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp17 triliun. “Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 62%, yang menunjukkan kuatnya tingkat permodalan untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan,” ujar Arief.