<p>Gedung Gudang Garam. / Gudanggaramtbk.com</p>
Industri

Saat Corona Mengamuk, Duit Gudang Garam Masih Menumpuk

  • JAKARTA-Terpuruknya ekonomi akibat pandemi COVID-19 ternyata tak mengurangi rezeki PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Di saat banyak perusahaan mulai kesulitan cashflow, salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia ini justru sedang mengalami tumpukan dana tunai. Setidaknya itu yang tergambar dari laporan keuangan GGRM di semester I 2020. Dari laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA-Terpuruknya ekonomi akibat pandemi COVID-19 ternyata tak mengurangi rezeki PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Di saat banyak perusahaan mulai kesulitan cashflow, salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia ini justru sedang mengalami tumpukan dana tunai. Setidaknya itu yang tergambar dari laporan keuangan GGRM di semester I 2020.

Dari laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Juli, terungkap bahwa dana kas dan setara kas perseroan mencapai Rp8,25 triliun, melonjak lebih dari dua kali lipat ketimbang akhir Desember lalu yang baru Rp3,57 triliun.

Dengan tumpukan uang nan jumbo itu, kemana GGRM mengalirkan uangnya? Dari laporan yang sama, mayoritas duit produsen asap ini tersimpan di dua bank BUMN besar, Bank Mandiri dan Bank BNI. Di Mandiri total simpanan GGRM di giro mencapai Rp 3,48 triliun dalam rupiah dan Rp 213,57 miliar berupa valuta asing (valas). Adapun simpanan deposito di bank ini sekitar Rp 203,19 miliar.

Sementara di Bank BNI, uang GGRM yang tersimpan di rekening giro mencapai Rp 2,13 triliun. Itu belum termasuk deposito senilai Rp 234,37 miliar. Jika dibandingkan akhir Desember 2019, nilai simpanan GGRM di BNI melonjak tajam. Saat itu nilainya hanya Rp 567,24 miliar plus deposito 104,42 miliar.

Selain simpanannya makin tebal, laporan keuangan GGRM juga mencatat bahwa utang perseroan kian mengempis. Utang jangka pendek yang di akhir Desember 2019 mencapai Rp 17,21 triliun, di semester I tahun ini kempis jadi Rp 8,3 triliun.

Siapa kreditur terbesar Gudang Garam? Bank Mandiri sebesar Rp 5 triliun dan BCA senilai Rp 2 triliun.

Yang menjadi catatan lain, kendati simpanan di bank melimpah, utang  GGRM juga super jumbo. Utang itu terutama berasal dari pita cukai senilai Rp 9,49 triliun serta PPN dan pajak rokok Rp 1,91 triliun. Sehingga total kewajiban cukai, PPN dan pajak rokok selama 6 bulan 2020 ini mencapai Rp 11,40 triliun.

Sampai Juni kemarin biaya cukai, PPN dan pajak rokok yang mesti dibayarkan GGRM mencapai Rp 44,50 triliun, naik daripada periode sama 2019 senilai Rp 43,27 triliun.

Kebijakan cukai terbaru yang mulai berlaku 1 Januari tahun ini benar-benar menjadi beban berat buat GGRM. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan memastikan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) tahun ini rata-rata 21,56 persen. Dampaknya kenaikan harga jual eceran (HJE) rokok rata-rata sebesar 35%.

Dengan kenaikan cukai sebesar itu, pendapatan GGRM di semester I 2020 melonjak menjadi Rp 53,65 triliun, naik daripada periode sama 2019 sebesar Rp 52,74 triliun.  Penjualan rokok sigaret kretek mesin masih dominan menghasilan pendapatan Rp 48,79 triliun. Sementara rokok sigaret kretek tangan Rp 4,21 triliun.  Sisanya berasal dari penjualan rokok klobot dan kertas karton.

Alhasil di akhir bulan Juni 2020 ini laba bersih GGRM masih sangat besar yaitu Rp 3,82 triliun, turun tipis ketimbang Juni 2019 sebesar Rp 4,28 triliun. Raihan laba bersih sebesar itu tentunya cukup melegakan mengingat situasi ekonomi nasional yang  negatif di kuartal II 2020 ini.