Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Tangerang, Kamis 29 Juli 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Kinerja Keuangan Kuat, BRI Raih Peringkat IdAAA Outlook Stabil dari Pefindo

  • PT Pefindo menetapkan peringkat IdAAA dengan outlook stabil untuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – PT Pefindo menetapkan peringkat IdAAA dengan outlook stabil untuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Peringkat ini bakal disematkan ke emiten pelat merah tersebut terhitung sejak 10 Agustus 2021 hingga 1 Agustus 2022.

Dengan demikian, Pefindo menilai BRI memiliki prospek stabil serta komitmen keuangan yang tinggi. “Kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya, relatif terhadap obligor Indonesia adalah superior,” ucap Direktur Utama (Dirut) Pefindo Salyadi Saputra dalam Keterbukaan informasi BBRI di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 7 September 2021.

Lebih rinci, peringkat IdAAA itu diberikan terhadap Obligasi Berkelanjutan II Tahap I Seri C, Seri D dan Seri E 2016, Tahap II Seri C dan Seri D 2017, Tahap III Seri B dan Seri C 2017, Tahap IV Seri A dan Seri B 2018, serta Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Seri B dan Seri C 2019. Adapun nilai dari seluruh obligasi tersebut mencapai Rp16,11 triliun.

“Peringkat tersebut diberikan berdasarkan data dan informasi dari Perusahaan serta Laporan Keuangan Tidak Diaudit per 30 Juni 2021 dan Laporan Keuangan Audit per 31 Desember 2020,” ucap Salyadi.

BRI tercatat memang memiliki kinerja positif pada semester I-2021. Bank pelat merah itu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 22% year on year (yoy) pada semester I-2021. Laba bersih bank yang fokus pada pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini naik dari Rp10,20 triliun pada semester I-2020 menjadi Rp12,44 triliun pada semester I-2021.

Capaian in membuat laba per saham (earning per share) BBRI terbang dari Rp83 pada semester I-2020 menjadi Rp102 per lembar pada semester I-2021. Laba bersih bank only BRI yang stabil ini ditopang oleh keberhasilan BRI meredam beban bunga pada paruh pertama tahun ini.

Pendapatan bunga BRI merangkak naik 9,21% yoy menjadi Rp58,55 triliun dari sebelumnya Rp53,16 triliun pada semester I-2020. Kendati demikian, beban bunga perseroan justru merosot 34,42% yoy dari Rp18,60 triliun menjadi Rp12,20 triliun.

Dari segi intermediasi bank, BRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp929,40 triliun atau naik tipis 0,70% secara tahunan. Lebih rinci, kredit itu terdiri dari segmen mikro Rp336,56 triliun, kecil dan menengah Rp236,82 triliun, korporasi Rp145,94 triliun, dan konsumer Rp180,08 triliun.

Meski begitu, BRI mencatat rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 3,30%. Angka itu hanya berselisih tipis dari NPL gross perbankan nasional pad Juni 2021 yang sebesar 3,24%.

BRI pun menyiapkan NPL coverage atau pencadangan sebesar 254,85% atau 2,5 kali lipat dari total NPL Gross.

Ditinjau dari entitas tunggal, total aset BRI pada semester I-2021 ini tergelincir. Nilai aset BRI mengalami penurunan tipis dari Rp1.421,78 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp1.411,62 pada akhir Juni 2021.

Meski begitu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI masih berhasil tumbuh tipis 2,33% menjadi Rp1.096,45 triliun pada semester I-2021. Dana itu terdiri dari tabungan Rp461,70, giro sebesar Rp191,39 triliun, deposito Rp443 triliun.

Adapun Capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BRI per akhir Juni 2021 berada di level 19,98% atau dua kali lipat lebih tinggi dari batas bawah yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 8%. Sementara likuiditas BRI masih terjaga dengan nilai Loan to deposit ratio (LDR) 84,77%.