<p>Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury bersama jajaran direksi Bank BTN. / Facebook @www.btn.co.id</p>
Nasional & Dunia

Kinerja Moncer, Dirut BTN Raih Predikat Bankers of The Year 2020

  • Kinerja gemilang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BTN mengantarkan Pahala N. Mansury meraih penghargaan Bankers of The Year 2020. Direktur Utama BTN tersebut dinilai telah mencatatkan prestasi di industri perbankan.

Nasional & Dunia

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Kinerja gemilang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BTN mengantarkan Pahala N. Mansury meraih penghargaan Bankers of The Year 2020.  Direktur Utama BTN tersebut dinilai telah mencatatkan prestasi di industri perbankan.

Diketahui, penghargaan Bankers of The Year merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Majalah Infobank. Hal ini menjadi salah satu bentuk apresiasi kepada bankir nasional, yang bekerja profesional di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi.

BTN sendiri menjadi salah satu bank yang berhasil menorehkan pertumbuhan kinerja pada periode kuartal III tahun ini. Dibandingkan dengan ketiga bank pelat merah lainnya, hanya BTN yang mencatat pertumbuhan laba.

Di bawah kepemimpinan Pahala, laba emiten bersandi saham BBTN ini melejit hingga 37,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) senilai Rp1,1 triliun dari sebelumnya Rp801 miliar per kuartal II-2019.

Di tengah tekanan akibat pandemi, Pahala bilang kenaikan laba bersih BTN pada periode ini, menjadi bukti bahwa strategi yang dilakukan berada di jalur yang tepat. Ia pun optimistis target laba bersih bakal tercapai hingga akhir tahun.

Laporan keuangan emiten bersandi saham BBTN tersebut menunjukkan laba bersih perseroan ditopang oleh penurunan beban bunga dan efisiensi. Beban bunga BTN tercatat turun 3,49% yoy menjadi Rp11,95 triliun per kuartal III-2020.

Di samping sukses mencatatkan penurunan beban bunga, perseroan tetap mencatatkan kenaikan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). BTN mencatatkan DPK naik 18,66% yoy dari Rp230,35 triliun per kuartal III-2019 menjadi Rp273,33 di periode yang sama tahun ini.

Adapun penyaluran kredit dan pembiayaan senilai Rp254,91 triliun. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi terpantau menjadi penopang utama penyaluran kredit BTN.

Dengan kinerja tersebut, BTN mencatatkan posisi aset sebesar Rp356,97 triliun atau naik 12,89% yoy dari Rp316,21 triliun pada kuartal III-2019.

Gedung BTN. / Btn.co.id
Riwayat Karier Pahala

Pahala yang menakhodai BTN sejak akhir November 2019 ini memang punya pengalaman jam terbang yang tinggi di bidang perbankan.

Sebelum di BTN, Pahala merupakan bankir PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pada 2003-2010. Ia pernah mengisi di beberapa posisi, seperti Group Head Corporate Development, Change Management Office, Accounting, Economic Reseach, EVP Coordinator Finance and Strategy dan jabatan terakhir Pahala di Bank Mandiri adalah Chief Financial Officer.

Dalam kiprahnya tersebut, Pahala turut menciptakan inisiatif program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang terbilang sukses mencetak pengusaha muda dari kalangan mahasiswa maupun lulusan perguruan tinggi.

Karier di Luar Bank

Meskipun demikian, karier pria kelahiran 1971 ini bukan dimulai dari bidang perbankan. Awal mula 1997, ia bekerja sebagai konsultan manajemen di Anderson Consulting hingga 1997.

Kemudian, tahun selanjutnya ia pindah bekerja di New York dan bergabung dengan Booz Allen & Hamilton sebagai konsultan senior, serta Boston Consulting Group hingga 1999.

Lulusan Universitas Indonesia dan Stern School of Business New York University ini pun pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada 2017 dan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) pada 2018.

Berbekal rekam jejak sebelumnya, ia diberi mandat Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyelesaikan masalah keuangan di perusahaan penerbangan tersebut.

Di dalam Garuda Indonesia, misalnya, kendati masih terkontraksi dalam laporan keuangan semester I-2018, di bawah kepemimpinan Pahala perseroan berhasil menekan kerugian tersebut.

Kerugian yang tercatat sebesar US$114 juta pada semester I-2018, membaik dibandingkan dengan periode yang sama 2017 sebesar US$284 juta.

Pahala menyebut, kerugian bisa ditekan lantaran ada efisiensi dan peningkatan kinerja anak perusahaan di luar penerbangan.

Saat itu, ia menjelaskan bahwa jumlah penumpang meningkat 5% setara 8,8 juta penumpang, dan kargo bertambah 3,2% menjadi 111,9 ribu ton. (SKO)