IMG_5882.jpeg
Korporasi

Kinerja Multivision (RAAM) di Semester I-2024 Layu, Apa Penyebabnya?

  • Emiten rumah produksi film PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) mencatatkan kerugian sebesar Rp98,37 miliar pada semester I-2024, berbanding terbalik dengan kinerja tahun sebelumnya yang membukukan laba Rp27 miliar.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Emiten rumah produksi film PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) mencatatkan kerugian sebesar Rp98,37 miliar pada semester I-2024, berbanding terbalik dengan kinerja tahun sebelumnya yang membukukan laba Rp27 miliar.

Berdasarkan laporan keuangannya, penurunan ini dipicu oleh anjloknya penjualan, dari Rp154 miliar per 30 Juni 2023 menjadi Rp121 miliar pada periode yang sama tahun 2024. RAAM, yang dimiliki oleh Raam Punjabi, mengandalkan lima lini bisnis utama: film, tiket, digital, makanan dan minuman, serta sinetron.

Penurunan tajam terlihat di segmen digital, dengan penjualan turun dari Rp30 miliar menjadi Rp18 miliar. Segmen sinetron juga merosot drastis, dari Rp59 miliar menjadi Rp4,41 miliar. Namun, ada beberapa segmen yang mencatat peningkatan.

Diketahui penjualan film naik dari Rp41 miliar menjadi Rp63 miliar, sementara pendapatan dari tiket melonjak dari Rp17 miliar menjadi Rp37 miliar. Segmen makanan dan minuman turut tumbuh dari Rp5,81 miliar menjadi Rp7,41 miliar.

Beban penjualan RAAM tetap stabil di angka Rp64,31 miliar, hampir sama dengan tahun lalu yang mencapai Rp64,91 miliar. Beban operasional perusahaan meningkat dari Rp43,56 miliar menjadi Rp48,88 miliar.

Laba kotor perusahaan merosot dari Rp89,96 miliar pada semester I-2023 menjadi Rp57,34 miliar di semester I-2024. Namun, pendapatan keuangan melonjak dari Rp561 juta menjadi Rp2,11 miliar, didorong oleh peningkatan pendapatan bunga.

Biaya keuangan berhasil ditekan dari Rp9,23 miliar menjadi Rp6,18 miliar, sedangkan pendapatan lain-lain meningkat signifikan menjadi Rp130 miliar, dibandingkan Rp263 juta tahun lalu.

Peningkatan pendapatan lain-lain ini terutama berasal dari pelepasan aset senilai Rp731 juta, pendapatan sewa yang naik dari Rp385 juta menjadi Rp442 juta, dan pendapatan lain-lain yang melonjak dari Rp585 juta menjadi Rp2,41 miliar.

Meskipun begitu, beban pencadangan penurunan nilai piutang melonjak tajam menjadi Rp138 miliar, serta kerugian dari entitas asosiasi bertambah menjadi Rp20 juta. Namun, keuntungan dari selisih kurs tercatat meningkat signifikan menjadi Rp4,44 miliar dari Rp1,23 miliar.

RAAM menutup semester I-2024 dengan kerugian sebelum pajak yang naik dari Rp37 miliar menjadi Rp125 miliar, serta rugi bersih Rp98 miliar dibandingkan laba Rp27 miliar di tahun sebelumnya. Rugi per saham dasar juga meningkat menjadi Rp15,88 per saham dari Rp5,04 per saham.

Total aset RAAM turun menjadi Rp1,38 triliun pada semester I-2024 dari Rp1,42 triliun di tahun sebelumnya. Liabilitas perusahaan naik menjadi Rp285 miliar dari Rp202 miliar, sementara ekuitas menyusut dari Rp1,22 triliun menjadi Rp1,10 triliun.

Investasi Strategis

Sebelumnya, PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) telah menyelesaikan investasi strategis di RAAM dengan mengakuisisi 9,09% saham RAAM seharga Rp500 per saham, totalnya mencapai Rp309,71 miliar.

Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, mengungkapkan bahwa akuisisi ini merupakan pencapaian penting bagi MSIN dalam memperluas operasi di sektor media dan hiburan di Indonesia.

"Saya memiliki pengalaman baik dalam berkolaborasi dengan Raam Punjabi, dan kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan RAAM melalui akuisisi ini," ungkap Hary akhir pekan lalu.

Kolaborasi strategis pasca akuisisi mencakup produksi konten, di mana keahlian gabungan kedua perusahaan diharapkan dapat mendominasi pembuatan dan distribusi konten di semua platform media.

Dari lantai bursa pada penutupan perdagangan Jumat, 13 September 2024, saham RAAM ditutup dengan penguatan 9,43% ke level Rp580 per saham. Sementara itu, saham MSIN melesat 3,50% ke level Rp7.400 per saham.