Nampak suasana penumpang di Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. PT Angkasa Pura II (Persero) menyatakan puncak arus penumpang mudik Lebaran 2024, melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta terjadi pada 6 April 2024 dengan total 188 ribu penumpang 1.212 penerbangan. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Kisah Perantau di Jakarta: Sulitnya Merayakan Natal 2024 di Kampung Halaman

  • Momen hari raya seperti Natal menjadi hari yang dinantikan sebagian orang untuk bisa berkumpul bersama keluarga tercinta di kampung halaman. Tak terkecuali para pekerja perantauan di Jakarta. Sehari-hari mereka harus bergelut dengan tekanan pekerjaan hingga harus mati-matian menabung demi bisa pulang kampung saat Natal.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - Momen hari raya seperti Natal menjadi hari yang dinantikan sebagian orang untuk bisa berkumpul bersama keluarga tercinta di kampung halaman. Tak terkecuali para pekerja perantauan di Jakarta. Sehari-hari mereka harus bergelut dengan tekanan pekerjaan hingga harus mati-matian menabung demi bisa pulang kampung saat Natal.

Nona (29) terpaksa merayakan sendiri momen Natal tahun 2024 di perantauan. Perempuan asal Maumere, Flores,  Tenggara Timur (NTT) ini telah merantau di Jakarta sejak 2018 lalu. Beberapa momen hari raya terpaksa harus ia rayakan sendiri di perantauan lantaran tak dapat mudik ke kota asalnya.

Keinginannya pulang kampung saat hari raya besar, terutama Natal, sebenarnya sangat besar. Dia merindukan momen berkumpul bersama keluarga sembari merasakan hangatnya suka cita Natal bersama.

"Sebenernya mau pulang karena Natal kan hari raya besar, apalagi saya penganut agama Katholik. Tapi waktu cek harga tiket pesawat mahal banget, nyaris Rp4 juta sekali jalan," kata perempuan berambut ikal itu kepada TrenAsia.com Senin, 18 November 2024.

Dengan harga sebesar itu, kebutuhan untuk pulang-pergi Jakarta-Maumere-Jakarta bisa nyaris 2 kali UMR Surabaya di high season. Belum lagi ia harus menempuh perjalanan 24 jam jika menggunakan pesawat ke Flores. Nona bercerita selama perjalanannya pulang kampung ia harus transit di beberapa kota.

Jika berangkat melalui Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Frans Seda Maumere, ia mengambil penerbangan subuh dan transitnya di Surabaya atau Bandara Juanda dan Bandara Kupang. Tak hanya itu, perjalanannya harus dilanjutkan dengan pesawat ATR ke Maumere.

Opsi lain perjalanan Nona menuju Maumere dapat dilakukan menggunakan kapal laut dengan tiket PP bisa hanya Rp1 juta. Namun lagi-lagi ia membutuhkan waktu lebih lama yaitu tiga hari untuk bisa sampai di Flores.

"Sebenernya ada opsi lain seperti kapal laut, tapi kan lama banget sedangkan cuti yang tersisa tidak seberapa. Keburu habis di jalan, berangkat naik kapal aja bisa tiga harian," tutur jurnalis di salah satu media online di Jakarta ini.

Erupsi Gunung Lewotobi laki-laki
Selain tarif pesawat selangit, dirinya semakin sulit berkumpul bersama keluarga di momen Natal tahun ini menyusul erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Bencana itu menyebabkan penerbangan ke hampir semua kota di Flores lumpuh total.

Kabupaten Sikka disebutnya bersebelahan dengan kabupaten Flores Timur tempat gunung Lewotobi. Sehingga abu vulkanik dan gemuruh aktivitas gunungnya kena sampai ke kota tempat tinggal orang tuanya.

"Bayangin mau pulang aja harus ngeluarin duit segitu gedenya. Malah lebih murah ke luar negeri seperti Singapura. Plus lagi ada bencana di Flores lengkap sudah," rutuknya.

Kuras Tabungan

Beda Nona, beda pula Sika Tarigan (33). Perempuan asal Medan ini memilih untuk tetap mengupayakan pulang kampung meski harga tiket melambung.  Selama hampir delapan tahun di Jakarta, Sika selalu mengupayakan untuk pulang kampung. 

Tetapi, tentu saja upayanya tidak selalu mulus. "Pernah berencana pulang kampung, eh terhalang pandemi. Pernah juga karena harga tiket pesawat melonjak tinggi, saya harus mundurin waktu mudiknya," kata dia.

Hampir satu dekade tinggal di Jakarta membuatnya dapat belajar membuat budget sebelum pulang kampung. Sadar harga tiket akan menjadi mahal di momen-momen tertentu seperti Natal, dia pun menabung jauh-jauh hari.

Seperti tahun ini, Sika sudah beli tiket pesawat untuk mudik di Nataru pada Oktober 2024, hasil menabung enam bulant. Dia menyadari kebutuhan saat pulang kampung pasti naik hingga tiga kali lipat dari kebutuhan bulanan biasa.

Selain tiket pesawat, dia telah mempersiapkan hal hal lain untuk membeli kado Natal keluarga, mentraktir saudara, reunian dengan teman, dan lain - lain. Untuk keperluan sisanya, Sika mau tak mau memilih mengambil dari tabungan lainnya dan merelakan tidak menambah tabungan khusus di periode Desember-Januari.

Public relations di salah satu kantor swasta di Jakarta Selatan ini mengaku, saat Oktober 2024 ia harus merogoh kocek untuk perjalanan PP Jakarta-Medan-Jakarta setara dengan Rp4 juta. Padahal di musim biasa atau bukan high season tiket di dapat dengan harga Rp1,3 juta untuk sekali perjalanan.

"Salah satu kesulitan lainnya adalah homesick, kangen suasana kampung halaman yang kebetulan rumah orang tua saya itu daerahnya sejuk dan hijau. Selain itu kangen hidup slow living, makanya dibela-belain pulang," ucapnya.