Kisah Sukses Pendiri Start Up: Anderson Sumarli, Pemuda yang Sukses Cetak Ajaib Sekuritas Jadi Unicorn
- Resmi menyandang status sebagai unicorn investasi pertama di Asia Tenggara, siapa sangka sosok di balik Ajaib adalah anak muda, Anderson Sumarli.
Fintech
JAKARTA – Resmi menyandang status sebagai unicorn investasi pertama di Asia Tenggara, siapa sangka sosok di balik Ajaib adalah anak muda.
Anderson Sumarli namanya, pemuda kelahiran 1994 ini ternyata sudah memiliki ketertarikan terhadap pasar modal sejak kecil. Ketertarikannya pada dunia investasi bermula ketika ia melihat pemberitaan mengenai pergerakan harga saham di surat kabar.
Bahkan, dalam sebuat wawancara ia menerangkan bahwa investasi pertamanya di saham dimulai pada usia 9 tahun. Kala itu, ia dibantu oleh sang ayah untuk mengurus investasi perdananya.
- Emtek Jual Seluruh Saham di Klikdokter ke Kalbe Farma Senilai Rp62,5 Miliar
- Raup Rp2,19 Triliun, Ajaib Resmi Jadi Fintech Investasi Unicorn Pertama di Asia Tenggara
- Harga Saham Tembus Rp80, Bumi Resources Sebut Darurat Energi Global Turut Berpengaruh
Seiring dengan berjalannya waktu, minat Anderson akan dunia investasi semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya ia memilih jurusan kuliah dan karier yang relevan dengan ketertarikannya itu.
Sebagai CEO perusahaan sekuritas termuda di Indonesia, Anderson tercatat meraih gelar sarjana dari Cornell University, Amerika Serikuat jurusan finance. Ia pun melanjutkan pendidikannya hingga meraih gelar MBA dari Stanford Graduate School of Business.
Selain jenjang pendidikannya yang baik, karier profesionalnya juga tak kalah mentereng. Anderson tercatat pernah bekerja di JP Morgan. Dalam akun LinkedIn pribadinya, Anderson menulis pernah bekerja sebagai Chief Analytics Office di IBM, New York selama dua tahun (2014-2016).
Kemudian, ia pindah dan bekerja sebagai Management Consultant di Boston Consulting Group, perusahaan yang berbasis di Singapura dan Indonesia. Di sana, ia berkarier selama dua tahun (2016-2018).
Sejak 2018 hingga sekarang, ia menjabat sebagai Co-Founder dan CEO Ajaib, alias unicorn ke-7 di Indonesia.
Prihatin dengan Inklusi Keuangan Indonesia
Dinobatkan sebagai salah satu Forbes 30 Under 30 2020, Anderson menjelaskan dalam wawancara bersama Forbes bahwa ia mengaku tergerak melihat kondisi industri finansial di Indonesia belum inklusi. Ia lalu melihat bagaimana teknologi dapat mendemokartisasi akses masyarakat kepada informasi dan layanan keuangan yang lebih baik.
Untuk itu dalam laman resminya, tertera bahwa Ajaib Group digerakkan oleh visi untuk meningkatkan angka inklusi keuangan masyarakat Indonesia melalui investasi. Ajaib Group berkomitmen untuk membuka pintu akses terhadap instrumen investasi yang aman, tepercaya dan terjangkau. Layanan saham dan reksa dana Ajaib Group dapat diakses secara online, oleh berbagai lapisan masyarakat.
“Misi penting kami adalah untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya investasi demi masa depan. Oleh karena itu, Ajaib Group aktif mengadakan seminar, pendekatan pada universitas, dan pendidikan online. Karena kami percaya bahwa edukasi adalah kunci kemajuan kita bersama.”
- Stop Nonton Film dari Website IndoXXI, LK21, dan Layarkaca21!
- Drakorindo dan LK21 Ilegal, Ini Link Nonton Squid Game dan Alice in Borderland
- 8 Perusahaan Properti Siap-Siap Ditendang dari Bursa Efek
Ajaib, Unicorn Indonesia ke-7
Berkat kerja kerasnya selama ini, Anderson bersama dengan tim Ajaib Group berhasil menggalang dana Seri B senilai US$153 juta dari DST Global. Hal ini menjadikan Ajaib sebagai fintech unicorn investasi pertama di Asia Tenggara.
Pencapaian ini diperoleh Ajaib dalam dua setengah tahun pertama, menjadikan Ajaib sebagai start up tercepat yang meraih status unicorn dalam sejarah Asia Tenggara. Pendanaan kali ini pun membawa jumlah total yang dikumpulkan oleh Ajaib menjadi US$243 juta pada tahun 2021 saja.
Pendanaan Seri B ini dipimpin oleh DST Global, bersama dengan investor terdahulu Ajaib, yaitu Alpha JWC, Ribbit Capital, Horizons Ventures, Insignia Ventures, dan SoftBank Ventures Asia. DST Global dan Ribbit Capital juga merupakan investor besar dalam Robinhood, fintech investasi saham di Amerika Serikat yang sering disandingkan dengan Ajaib. Disandingkannya Ajaib dengan Robinhood membuktikan bahwa kemajuan kapabilitas teknologi dan pasar modal di Indonesia mampu bersaing dengan pasar global.
Ajaib baru-baru ini juga mengklaim memiliki 1 juta investor ritel saham. Ini merupakan pencapaian luar biasa karena mengambil 37% dari total investor ritel di negara yang hanya memiliki 2,7 juta investor saham. Padahal pertumbuhan jumlah investor ritel saham di Indonesia belum pernah secepat ini dalam sejarah Indonesia.
'Sehingga hal itu tentu merupakan langkah awal untuk membangun kekuatan investor generasi muda Indonesia yang dapat mengubah masa depan bangsa," kata Anderson dalam keterangan resmi.
Ia menjelaskan, Ajaib selama ini berkomitmen untuk memberikan edukasi keuangan terutama dalam bidang investasi melalui Program Generasi Saham yang telah dilakukan bersama BEI di berbagai daerah dengan literasi keuangan rendah.
Hingga saat ini, program tersebut sudah menjangkau 26 kota, dari ibu kota hingga Papua. Selain itu, Ajaib juga melakukan edukasi secara daring setiap harinya sebagai bentuk komitmen Ajaib dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan, terutama untuk pasar modal.