B1A94A3A-871B-434E-B911-59E5390A8446.jpeg
De'Juragan

Kisah Sukses UMKM: Berawal dari Kecintaan akan Fesyen Batik dan Kebaya, Kini Tuai Omzet Rp300 Juta per Tahun

  • Pakaian batik dan kebaya dipandang sebagai pakaian yang formal yang tidak bisa digunakan sebagai pakaian untuk segala aktivitas. Namun, Wisni Indarto pemilik saung batik dan kebaya WDrupardi membuktikan bahwa kebaya dan batik dapat dipakai untuk beragam aktivitas.

De'Juragan

Nadia Amila

JAKARTA - Pakaian batik dan kebaya kerap dipandang sebagai pakaian formal yang tidak bisa digunakan sebagai pakaian untuk segala aktivitas. Namun, Wisni Indarto pemilik saung batik dan kebaya WDrupadi membuktikan bahwa kebaya dan batik dapat dipakai untuk beragam aktivitas.

Wisni Indarto mengisahkan, bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) fesyen batik dan kebayanya miliknya bermula dari permasalahan kebutuhan pribadi yang membutuhkan pakaian kebaya dan batik yang dapat dipadupadankan dengan pakaian sehari-hari. 

"Awalnya menjawab masalah kebutuhan pribadi, dan ketertarikan dan kecintaan saya terhadap kain-kain tradisional khususnya batik. Kalo untuk perempuannya saya lebih menekankan kepada pakaian kebaya yang bisa digunakan sehari-hari," kata Wisni kepada TrenAsia beberapa waktu lalu.

Selain menjawab masalah kebutuhan pribadi, bisnis yang tengah digelutinya tersebut sebagai bukti ketertarikan dan kecintaannya dengan batik dan kebaya yang sudah mulai banyak dilupakan banyak orang.

Batik dan kebaya yang bagi sebagian besar orang masih dianggap sebagai fesyen yang ribet, lewat usahanya ini, Wisni ingin membuktikan bahwa kebaya yang dipadu padankan dengan batik yang nyaman bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

"Selama ini orang menganggap pakai kain itu ribet, mereka belum mencoba, mereka belum menemukan bagaimana mengemasnya si ribet ini menjadi sesuatu yang menyenangkan dan simple untuk digunakan," katanya.

Lewat tangan kreatif dan inovatif, Wisni mengubah pandangan terhadap kebaya kutu baru dan batik yang memiliki kesan kolot dan tua menjadi modern dengan tagline "Klasik, Anggun, Sporty". Di mana, kebaya dan batik dapat dipadu padankan dengan sepatu yang dapat digunakan di berbagai aktivitas, mulai dari acara kantor, acara formal maupun hangout dengan teman.

Salah satu produk atau model yang sedang ia kembangkan yakni kebaya kutu baru yang memiliki model atau ciri khas tambahan kain yang menghubungkan kedua sisi kanan dan kiri kebaya. Semua produk pakaian tradisional yang ia jual merupakan desain dari dirinya sendiri yang mengikuti perkembangan zaman.

Ia mengungkapkan, target pasar yang ia tuju saat ini adalah ibu-ibu muda maupun karyawan kantor yang menyukai batik maupun kebaya tapi masih ingin bergerak bebas.

Namun, tidak menutup kemungkinan kedepan ia akan menjadikan anak muda sebagai target customer, sebab saat ini ada lebih dari 10 desain model pakaian kebaya jenis kutu baru modifikasi yang ia buat untuk menggaet anak-anak muda yang gemar berkreasi dengan menggunakan pakaian tradisional. 

Omzet Ratusan Juta per Tahun

Kecintaannya akan kain batik dan kebaya ternyata berujung pada pundi-pundi rupiah yang tidak kecil nilainya. Wisni mengungkapkan, saat ini ia dapat meraup omzet hingga Rp300 juta per tahun dari usaha fesyen pakaian tradisional ini.

Usaha pakaian tradisional yang dimilikinya tersebut dimulai pada 2010, dan mulai fokus berjualan pada 2014. Awalnya, bisnis yang sedang ia geluti ini menggunakan modal sendiri dan ditambah dengan modal dari kredit mikro dari BNI yang membuat usahanya semakin berkembang menjadi lebih baik.

Founder Saung Batik WDrupadi ini mengungkapkan bahwa memiliki usaha di bidang fesyen pakaian tradisional terbilang tidak sulit. Awal berjualan ia hanya maraup pendapatan yang cukup untuk menggaji karyawan. Bahkan saat pandemi COVID-19 melanda awal tahun 2020 lalu, omzet usahanya terimbas sampai 80%. 

Namun bermodal ketekunan kecintaan dan keyakinan bahwa batik dan kebaya bukan hanya sekedar tren semata, usaha batik serta kebaya miliknya tersebut dapat bertahan sampai saat ini.

Produk fesyen batik dan kebaya yang ia jual berkisar dari harga Rp295.000 sampai dengan Rp950.000 tergantung model dan teknik dari pakaian tersebut. Sampai saat ini pembelinya berasal dari berbagai negara termasuk Indonesia, Malaysia, Australia dan Singapura.

Ke depan, ia mengaku ingin lebih mengenalkan pakaian tradisional kepada generasi muda lewat bisnis fesyen yang ia sedang geluti. Sehingga anak-anak muda semakin mencintai pakaian-pakaian dan budaya dari negara sendiri.

Terakhir ia mengungkapkan, batik dan kebayanya juga dijual secara online melalui Whatsapp 0812-8080-2930 atau Instagram @saung_bati_wdrupadi dan secara offline melalui saungnya yang berlokasi di Jalan Arya Widura II Nomor 22 RT.06/RW.14, Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat.