De'Juragan

Kisah Sukses UMKM: Sulap Hobi Jadi Ladang Pundi, Mahasiswa Ini Hasilkan Rp14 Juta Sebulan Lewat Paw Coffe

  • Berawal dari kegiatan suka ngopi kemana-kemana, sekarang, kedai kopinya dikunjungi orang dari mana-mana. Imannudin Rahman atau pria yang akrab disapa Iman, mahasiswa yang memulai kedai kopinya dengan sebuah mesin espresso, sebuah meja dan beberapa kursi di teras depan rumahnya, sekarang, bisa menyajikan ratusan minuman dan makanan setiap minggu dilantai 2 rumahnya.
De'Juragan
Muhammad Heriyanto

Muhammad Heriyanto

Author

BANDUNG- Menghabiskan waktu untuk nongkrong di warung kopi jadi daya tarik tersendiri bagi kawula muda masa kini. Hal tersebut juga dialami oleh Imannudin Rahman, Mahasiswa semester akhir di Universitas Padjajaran, Bandung.

Berawal dari hobinya melakukan kegiatan ngopi di berbagai tempat, Ia lantas memutuskan untuk memiliki mesin kopi sendiri. Bermodal Rp900 ribuan, pria yang akrab disapa Iman ini akhirnya membeli mesin espresso. Niatnya hanya sekadar 'punya-punyaan'.

Sesaat setelah memiliki mesin espresso, Iman mulai mencoba membuat kopi versinya sendiri. Baginya, kopi yang dibuat dengan bantuan mesin espresso yang baru saja dibelinya punya rasa yang enak.

“Nah, akhirnya beli mesin espresso, waktu dicobain ternyata enak," ujarnya pada TrenAsia.com Kamis, 2 Juni 2022.

Lantaran hal tersebut, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut punya pikiran untuk membuat kedai kopi sendiri. Terlebih lagi, kala itu ia memiliki banyak waktu luang.

"Kepikiran, masak cuma untuk bikin kopi saja udah beli mahal-mahal, boleh nih dicoba buat ngehasilin uang seperti itu,” tambahnya.

Akhirnya, berbekal niat, sebuah mesin espresso, meja dan sejumlah kursi, Pria yang akrab disapa Iman ini mulai membuka kedai kopi miliknya. Olehnya, kedai kopi tersebut diberi nama Pawindan Coffe atau akrab disebut Paw Coffe.

Iman pertama kali menjajakan kopi buatannya di teras depan rumahnya. Lokasi rumah yang jauh dari keramaian juga sempat menjadi tantangan tersendiri baginya untuk memperkenalkan Paw Coffe.

Meski demikian, hal tersebut bisa Ia atasi. Ia menjajakan dan mempromosikan dagangannya lewat platform Gofood dan Grab Food. Semenjak itu, Paw Coffee mulai banyak didatangi pembeli.

Ramainya pembeli dikarenakan lantaran ketika tiba di Paw Coffe, mereka disuguhi pemandangan asri pegunungan mulai dari Gunung Geulis hingga Gunung Kamojang di siang hari. Sedangkan malam hari, pelanggan dapat menikmati pemandangan city light dari Bandung Timur.  

“Disini Paw Coffee ngejual pemandangan dan tempat yang lebih adem,” ujar Iman.

Ramainya pelanggan membuat orangtua Iman kemudian memberi perhatian pada bisnis yang dijalankan oleh sang anak. Akhirnya, kedua orang tua Iman mulai memberi dukungan modal.

Mereka mulai merogoh kocek untuk membeli sejumlah perlengkapan seperti meja, perlengkapan membuat kopi, hingga membangun gazebo di lantai dua yang khusus diperuntukkan untuk lapak Paw Coffee.

Tak banyak menu yang dijajakan saat Paw Coffee pertama kali buka. Sebab ia hanya menjajakan menu kopi seperti  kopi susu gula aren, caffelatte dan cappuccino. Untuk kudapan, Paw Cofee menyediakan pancake, waffle, mie tek tek, dan croffle pertama yang di jual di wilayah Bandung Timur.

Kini, Paw Coffee menyajikan beragam minuman dari coffee hingga non coffee. Kemudian tersedia juga beragam makanan ringan hingga makanan berat. Kedai kopi ini biasanya buka 24 jam dalam satu minggu.

Setiap minggunya, Iman beserta karyawannya bisa menyajikan ratusan minuman dan makanan, baik melalui layanan dine in maupun take away dan menghasilkan omzet sekitar Rp14 juta perbulan.

Iman menyebut salah satu yang membuat Paw Coffee jadi besar seperti sekarang yakni manajemen karyawan yang diberlakukannya. Dia berusaha untuk berbuat baik dengan meminimalisir melukai hati karyawan.

Ketika ada kesalahan, ia berusaha menyampaikan selembut mungkin agar karyawan dapat menerima dengan baik.

Untuk mengetahui lebih tepatnya daftar menu dan jam buka Paw Coffee, dapat mengunjungi Instagramnya dengan nama @pawindancoffee atau berkunjung langsung ke Jalan Raya Al Jawami, Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Berbisnis Sambil Kuliah

Menyandang status sebagai mahasiswa sembari menjalankan bisnis biasanya bukanlah hal mudah. Hal tersebut tentu saja sempat dialami Iman. Ia mengaku terjaga sekitar 20 jam perhari guna menjalankan bisnis sembari kuliah.

Pada siang hari dia gunakan untuk kuliah dan malam hari untuk menjaga kedai kopi ini. Menurutnya, hal ini dipermudah lantaran kuliahnya dilakukan secara online atau daring.

“Sambil melayani pelanggan bisa sambil kuliah online,” ujar Iman.