Bad Boys vs Crazy Girls 2
Hiburan

Kisah Tak Terduga, 5 Realita Pahit Kehidupan dari Serial Bad Boys vs Crazy Girls 2

  • Apakah kamu termasuk di antara puluhan juta penonton yang menyaksikan serial Indonesia Bad Boys vs Crazy Girls di Viu pada tahun 2022?

Hiburan

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Apakah kamu termasuk di antara puluhan juta penonton yang menyaksikan serial Indonesia Bad Boys vs Crazy Girls di Viu pada tahun 2022? Jika iya, pastikan untuk tidak melewatkan sekuelnya. Pada awal Desember ini, serial orisinal Viu Bad Boys vs Crazy Girls melanjutkan petualangannya dengan musim kedua.

Di akhir musim pertama, Bad Boys vs Crazy Girls menyajikan akhir yang bahagia. Kate dan Liam berhasil lulus dari sekolah Merah Putih dan resmi menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih. Kali ini, kedua tokoh utama, Kate dan Liam, telah menjadi lebih dewasa. Kate kini mengejar studi di jurusan desain fashion di Paris, sementara Liam telah memulai karier sebagai musikus.

Musim kedua Viu Original Bad Boys vs Crazy Girls masih menampilkan Megan Domani sebagai Kate, Devano Danendra sebagai Liam, Montserrat Gizelle sebagai Anna, Grace Emanuela sebagai Alexa, Zenia Zein sebagai Jane, Lachlan Gibson sebagai Arsen, Adam Farrel sebagai Angga, Reza A. Fahlevi sebagai Dilan, dan Gabriella Ekaputri sebagai Laura. Selain itu, ada dua karakter baru, yaitu Davina Karamoy sebagai Mika dan Antonio Blanco (Destan).

Pada musim kedua serial ini yang diadaptasi dari Wattpad, anggota genk Bad Boys dan Crazy Girls telah lulus dari SMA dan meninggalkan asrama. Mereka sekarang menghadapi realitas dunia orang dewasa yang lebih kompleks, yang sebelumnya tidak pernah mereka bayangkan.

1. Tidak Seindah Bayangan

Kate, yang berhasil meyakinkan kedua orang tuanya untuk menempuh kuliah sambil bekerja di Paris, sering berbagi keluh kesah dengan Jane mengenai kondisi yang membuatnya merasa frustrasi. Ia harus menghadapi kenyataan persaingan di dunia fashion yang penuh intrik dan saling sikut. Dalam percakapan dengan sahabatnya, Jane mengingatkan Kate akan tujuan awal yang mendorongnya untuk mengambil keputusan pergi ke Paris.

Saat menghadapi masa-masa sulit, Kate merenung dan berusaha mengembalikan semangatnya dengan mengamati gaya hidup orang-orang di Paris. Ia menyadari bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan panjangnya, dan jika ia menyerah pada tantangan awal, maka cita-citanya untuk menjadi seorang desainer fashion kelas dunia akan sulit tercapai.

2. Belasan Penolakan

Setelah menyelesaikan SMA, Liam diberi kesempatan satu tahun oleh orang tuanya untuk membuktikan kemampuannya di bidang musik. Jika tidak dapat membuktikan kesuksesannya di industri musik, Ayahnya mengharapkan Liam untuk mengikuti keinginannya untuk kuliah bisnis di London. 

Dua bulan menjelang batas waktu yang dijanjikan kepada Ayahnya, Liam semakin gelisah. Pasalnya, sejumlah label musik telah menolaknya, dan meskipun Kate terus memberikan dukungan dan semangat, tidak bisa dipungkiri bahwa kehilangan rasa percaya diri mulai menghampiri Liam. Keadaan semakin rumit ketika Liam mengetahui bahwa ada pria lain yang memiliki karier cemerlang dan mendekati Kate.

3. Privilege Tidak Selalu Berlaku

Kate, Liam, dan teman-temannya berasal dari keluarga yang berkecukupan, memungkinkan mereka untuk dengan mudah bepergian ke Paris dan London. Namun, di hadapan masyarakat umum, keistimewaan tersebut kadang-kadang tidak menyediakan jalur yang mulus untuk meraih impian mereka.

Meskipun memiliki kemudahan finansial, Liam masih menghadapi kesulitan untuk mendapatkan perhatian label rekaman, sementara Kate harus memulai dari awal dengan bekerja sebagai magang di perusahaan fashion. Meski mereka memiliki keuntungan dari privilege keluarga, keduanya tetap harus bekerja keras dan membuktikan kemampuan mereka.

4. Bullying DiLuar Sekolah

Ketika lulus dari sekolah, masih bisa terjadi, lo. Pada episode awal diceritakan Kate harus kembali ke Jakarta karena Anna, sahabatnya masuk ke sebuah fasilitas rehabilitasi remaja yang disebut Rumah Bangkit. 

Anna dianggap sebagai remaja bermasalah oleh ayahnya. Kate, Liam, dan teman-temannya berusaha mengeluarkan Anna dari Rumah Bangkit karena di sana ternyata terjadi perundungan yang dilakukan oleh Laura, mantan Liam yang menyimpan dendam pada Kate. Laura berencana membuat mental Anna yang sudah terpuruk semakin menderita. 

Kenyataannya perundungan atau bullying bisa terjadi di mana saja. Ia bisa terjadi pada anak-anak, remaja, hingga dewasa. Perundungan bisa terjadi di sekolah, tempat kursus, hingga tempat kerja. 

5. Kesibukan Kesepian

Di musim pertama, Bad Boys vs Crazy Girls banyak menyoroti tentang persahabatan. Namun, dalam musim kedua, ikatan persahabatan yang telah terjalin sejak sekolah menghadapi ujian dan sekaligus menjadi penyelamat hidup.

Setelah lulus SMA, anggota Bad Boys dan Crazy Girls sibuk dengan urusan masing-masing. Pertemuan mereka pun menjadi jarang, terutama dengan Kate yang sedang menempuh kuliah di benua Eropa. Ternyata, kesibukan ini berdampak pada kesepian dan perubahan dalam diri Anna. 

Setelah kehilangan ibunya, ayahnya menjalin hubungan baru, yang membuatnya merasa kecewa dan marah. Emosinya semakin sulit terkendali karena teman-teman yang dulu selalu menjadi tempatnya untuk mencurahkan persahabatan kini tidak lagi ada. Anna merasa kesepian dan kehilangan tempat berbagi dengan siapa pun.