WhatsApp Image 2022-02-02 at 9.54.08 AM.jpeg
Korporasi

Klaim Dirinya Sebagai bank Hybird, Ini Penjelasan BRI

  • T Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menegaskan bahwa perseroan dan seluruh entitas usaha saat ini sudah menjadi bank hybrid, atau bank yang sedang bertransisi untuk sepenuhnya menjadi bank digital dengan membentuk unit bisnis bank digital tersendiri pada entitas usaha existing.
Korporasi
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA-PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menegaskan bahwa perseroan dan seluruh entitas usaha saat ini sudah menjadi bank hybrid, atau bank yang sedang bertransisi untuk sepenuhnya menjadi bank digital dengan membentuk unit bisnis bank digital tersendiri pada entitas usaha existing.

Direktur Utama BRI, Sunarso menyatakan alasan perseroan saat ini menerapkan konsep hybrid bank adalah untuk memastikan masyarakat yang belum terlalu familiar terhadap digitalisasi bisa tetap terlayani.

Transformasi digital pun dilakukan di seluruh induk dan entitas perseroan, yang dilakukan lewat dua cara.  

Pertama, mentransformasi business process-nya agar perusahaan induk dan  perusahaan anak mendapatkan proses bisnis yang lebih efisien dengan biaya yang lebih murah. 

"Kedua, digitalisasi business model. Jadi BRI terus create business model baru, bukan sekedar efisiensi tetapi create value baru,” kata Sunarso dalam keterangan resmi seperti dikutip Rabu, 2 Februari 2022.

Ditambahkan, BRI mengacu pada tiga prinsip utama dalam menerapkan hybrid bank.  Pertama, digitalisasi proses bisnis untuk mendongkrak produktivitas serta efisiensi. Implementasi efisiensi bisnis proses ini dapat ditunjukan dari layanan BRImo, BRISpot, serta BRILink.

Kedua, menyertakan digitalisasi BRI dalam ekosistem bisnis. Penetrasi ke ekosistem digital ini, kata Sunarso, berimplikasi positif terhadap pertumbuhan dana murah (CASA), Fee Based Income (FBI), hingga bisa menjaring nasabah baru. 

Ketiga, optimalisasi layanan fully digital sehingga dapat memperkuat layanan yang lebih customer centric. Di samping itu, transformasi digital ini juga berlaku di anak perusahaan sehingga bisa menimbulkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan menghasilkan diversifikasi income di BRI Group.

“Singkatnya, kalau kita hanya buat digital bank saja, ya create value sementara tetapi kemudian sustainability-nya tidak menjadi prioritas. Berbeda dengan yang BRI jalankan, di mana keterlibatan transformasi anak perusahaan di-support oleh BRI. Ambil contoh Bank Raya yang akan dijadikan digital bank, disupport penuh oleh induknya”, tambah Sunarso.

Layanan digital yang dihadirkan BRI pun kian diandalkan oleh nasabah. Salah satunya adalah BRImo yang konsisten mengalami pertumbuhan pengguna hingga double digit dalam tiga tahun terakhir.

Pada 2019, pengguna BRImo mencapai 2,96 juta dengan frekuensi transaksi 100,74 juta kali yang senilai Rp33,78 triliun. Kinerja tersebut kemudian semakin kokoh di tahun berikutnya.

Sepanjang 2020, pengguna BRImo naik menjadi 9,05 juta dengan frekuensi transaksi 764,84 juta kali yang membukukan nilai transaksi senilai Rp197,43 triliun. Sampai dengan akhir 2021 terdapat 14,15 juta pengguna dengan laju transaksi yang melesat hingga 66,24% year on year (yoy) menjadi 1,27 Miliar transaksi.

Tahun 2022, BRI mengalokasikan capital expenditure (capex) sebesar Rp7 triliun-Rp8 triliun. Dari total elanja Capex ini pun didominasi (57%) untuk capex IT dan penguatan digitalisasi atau sebesar Rp4,28 triliun. Ini menunjukan sebegitu concern nya perseroan terhadap transformasi digital yang berbasis IT.