
Klaim Pemerintah Vs Kondisi Lapangan Industri Tekstil
- Sejak awal 2024, jumlah pabrik yang tutup dan melakukan PHK massal terus bertambah. Sektor-sektor seperti tekstil, elektronik, otomotif, dan alas kaki menjadi yang paling terdampak.
Nasional
JAKARTA - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tengah berada di persimpangan jalan, seusai dihantam Pandemi COVID-19, impor ilegal hingga ketidakpastian ekonomi. Industri tekstil tak kunjung bangkit.
Namun, para anak buah Presiden Prabowo Subianto nampak bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan penutupan pabrik.
Namun, data di lapangan menunjukkan situasi yang kontras. Dalam tiga bulan pertama tahun 2025, sebanyak 38 pabrik mengalami PHK massal hingga menutup operasionalnya. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 3.325 pekerja menjadi korban PHK pada Januari 2025, dan angka tersebut diperkirakan meningkat pada bulan-bulan berikutnya.
- IHSG Paling Terpuruk di Asia, OJK Izinkan Emiten Buyback Tanpa RUPS
- Digital Realty Bersama, Katalisator Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia
- Ridwan Kamil Buka-bukaan Soal Dirinya yang Dikaitkan dengan Korupsi BJB
Kasus paling menonjol adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang resmi menutup operasionalnya pada 1 Maret 2025 setelah dinyatakan pailit. Kebangkrutan Sritex menjadi pukulan besar bagi industri tekstil nasional, mengingat perusahaan ini sebelumnya menjadi simbol daya saing manufaktur Indonesia di kancah internasional.
Pemerintah Sebut Industri Tekstil Makin Pulih
Kemenkeu
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai industri tekstil Indonesia masih pemegang positif meskipun di lapangan terjadi banyak kebangkrutan hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Menurut datanya, Sektor TPT ini tumbuh jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 2%. Pertumbuhan juga dialami oleh industri alas kaki.
Sri Mulyani menjelaskan, industri alas kaki tumbuh cukup tinggi hingga 6,8% pada 2024. Pertumbuhannya juga cukup signifikan jika dibandingkan tahun 2023 yang tercatat minus 0,3%. Bahkan, ekspor alas kaki RI tumbuh double digit pada awal 2025, yakni sebesar 17%.
"TPT yang walaupun karena terjadinya berita terhadap suatu perusahaan mengalami kebangkrutan, tapi TPT kita tumbuh 4,3% di 2024," ungkap Sri Mulyani dalam Konpers APBN Kita Edisi Maret 2025.
Kemenperin
Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian menyebut, Industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki dinilai menunjukkan kinerja positif, sejalan dengan perannya sebagai sektor prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045.
Sepanjang kuartal pertama tahun 2025 (Januari–Maret), Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Surat Keterangan Usaha (SKU) bagi empat industri tekstil dan pakaian jadi dengan total investasi mencapai Rp304,43 miliar, yang diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.907 orang.
Data juga menunjukkan pada 2024, tiap-tiap pertumbuhan industri tekstil, pakaian jadi, serta kulit dan barang jadi dari kulit mencapai 0,09%, 5,78%, dan 6,83%.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Kementerian Perindustrian, Rizky Aditya Wijaya mengatakan, pada 2023, total investasi di sektor ini mencapai Rp29,92 triliun, sedangkan pada 2024 meningkat tajam sebesar 31,1% menjadi Rp39,21 triliun.
Pada industri pakaian jadi, yang merupakan industri padat karya, investasinya meningkat drastis dari Rp4,53 triliun di tahun 2023 menjadi Rp 10,20 triliun di tahun 2024, naik sebesar 124,9 persen
“Peningkatan investasi ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki di Indonesia,” ujar dia dalam keterangan resmi dilansir Rabu, 19 Maret 2025.
- Baca Juga : Potret Suram Industri 2025, 8 Pabrik Tutup Sejak Tahun Lalu, Ribuan Pekerja di PHK Massal
Fakta di Lapangan
Faktanya, sejak 2024 hingga awal 2025 menjadi periode suram bagi industri nasional. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan penutupan pabrik terus terjadi, menimbulkan dampak serius tidak hanya bagi ribuan pekerja, tetapi juga bagi perekonomian nasional.
Sejak awal 2024, jumlah pabrik yang tutup dan melakukan PHK massal terus bertambah. Sektor-sektor seperti tekstil, elektronik, otomotif, dan alas kaki menjadi yang paling terdampak.
Beberapa Perusahaan yang Tutup dan PHK Massal:
1. PT Sritex: Pailit, 10.665 karyawan di-PHK (Maret 2025).
2. PT Yamaha Music & Yamaha Indonesia: Produksi dialihkan, 1.100 karyawan di-PHK(Maret & Desember 2025).
3. PT Sanken Indonesia: Fokus ke semikonduktor, memPHK 457 karyawan (Juni 2025).
4. PT Asia Pacific Fibers: Lonjakan impor, memPHK 2.500 karyawan (November 2024).
5. PT Sepatu Bata: Permintaan turun, memPHK 233 karyawan (April 2024).
6. PT HungA: Pasar lesu, memPHK 1.500 karyawan (Februari 2024).
7. PT Cahaya Timur Garmindo: Pailit, memPHK 650 karyawan (Maret 2024).
8. PT Tokai Kagu: Daya saing turun, memPHK 195 karyawan (Maret 2025).