Karyawan memperhatikan layar  pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa, 27 Juli 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Pasar Modal

Kode Broker Ditutup, Perusahaan Sekuritas Akan Lebih Aktif Merilis Riset Saham

  • Co-Founder & CEO Ajaib Group, Anderson Sumarli menyetujui adamya penutupan kode broker selama sesi perdagangan. Pasalnya, hal ini akan mendorong para pelaku usaha pasar modal untuk lebih aktif melakukan riset terkait dengan fundamental saham.
Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai melakukan penutupan informasi kode broker selama waktu perdagangan Bursa pada 6 Desember 2021. Aturan ini diperkirakan bakal mendorong perusahaan-perusahaan sekuritas untuk aktif mengeluarkan riset saham.

Co-Founder & CEO Ajaib Group, Anderson Sumarli menyetujui adanya penutupan kode broker selama sesi perdagangan. Pasalnya, hal ini akan mendorong para pelaku usaha pasar modal untuk lebih aktif melakukan riset terkait dengan fundamental saham. 

“Di sisi lain, para pelaku usaha ini juga didorong untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan,” ujarnya dikutip dari keterangan resmi, Kamis, 9 Desember 2021.

Menurutnya, hasil riset yang dikeluarkan perusahaan sekuritas akan memicu investor ritel untuk lebih mandiri dan mengerti proses berinvestasi di pasar modal. Apalagi, investor ritel khususnya milenial dan generasi Z sudah menyadari akan pentingnya kebebasan finansial sejak pandemi COVID-19.

“Mereka memiliki rasa keingintahuan yang cukup kuat, diiringi dengan niat dan minat yang besar untuk mendalami lebih lanjut edukasi sehubungan dengan literasi dan inklusi keuangan. Besar harapan saya, para investor pemula menjadi lebih kuat secara fundemental maupun teknikalnya,” imbuhnya.

Ia juga memahami bahwa penerbitan kebijakan ini untuk meminimalisasi serta mencegah adanya aksi ‘ikut-ikutan’ membeli saham tertentu dari satu investor dengan investor lain. Dengan begitu, diharapkan market conduct menjadi lebih baik.

Sebab itu, Anderson menyadari pentingnya edukasi inklusi dan literasi keuangan. Para pelaku industri dipacu untuk dapat memaksimalkan peningkatan literasi keuangan sehingga pemahaman para investor, khususnya para investor pemula, menjadi lebih kuat secara fundemental maupun teknikalnya. 

“Hal ini menjadikan keputusan investasi para investor sesuai dengan keputusan pribadi masing-masing,” tutur dia.