<p>Foto:  Ptba.co.id</p>
Industri

Inilah Kinerja Emiten Batu Bara Terbesar 2020: Bukit Asam, Adaro, atau Indo Tambangraya Juara?

  • JAKARTA – Tiga emiten batu bara yang sahamnya masuk dalam anggota Indeks LQ45 kompak mencatat adanya pelemahan kinerja pada semester I-2020. Berdasarkan data yang dirangkum TrenAsia.com dari laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan public expose perseroan, berikut adalah rincian kinerja emiten. Bukit Asam Berdasarkan laporan dalam public expose perseroan pada, Kamis, 27 Agustus 2020 […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Tiga emiten batu bara yang sahamnya masuk dalam anggota Indeks LQ45 kompak mencatat adanya pelemahan kinerja pada semester I-2020.

Berdasarkan data yang dirangkum TrenAsia.com dari laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan public expose perseroan, berikut adalah rincian kinerja emiten.

Bukit Asam

Berdasarkan laporan dalam public expose perseroan pada, Kamis, 27 Agustus 2020 lalu, PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk alias Bukit Asam, (PTBA) mencatat penurunan realisasi penjualan sebesar 6,7% dibandingkan dengan semester pertama 2019. Paruh pertama tahun ini, PTBA hanya berhasil menjual 12,5 juta ton, sedangkan tahun lalu mencapai 13,4 juta ton.

Rinciannya, penjualan ekspor mencapai 5,2 juta ton atau berkontribusi 41,4% dari total penjualan. Sedangkan, penjualan dalam negeri berhasil menguasi 58,6% penjualan dengan perolehan 5,2 juta ton.

Penurunan tidak hanya terjadi pada penjualan, namun juga produksi batu bara. Pada semester I-2020, produksi PTBA turun 7,03% dari tahun lalu 12,8 juta ton menjadi 11,9 juta ton.

Meskipun kinerja loyo, perseroan mengatakan tetap ekspansif di tengah krisis ekonomi. Tahun ini, PTBA mulai menjajaki pasar ekspor baru yaitu Vietnam, Brunei Darussalam, dan Australia.

Adaro Energy

Setali tiga uang, perusahaan batu bara milik konglomerat Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melaporkan amblesnya pendapatan perseroan hingga 23% year on year pada semester I-2020 menjadi US$1,3 miliar.

Pasalnya, penjualan harga jual rata-rata (average selling price/ ASP) turun 18%. Turunnya penjualan ini disebabkan oleh adanya kebijakan penguncian negara dari beberapa negara importir batu bara.

Tidak hanya itu, permintaan batu bara melemah juga dikarenakan adanya penurunan konsumsi listrik industri karena tidak beroperasionalnya industri selama pandemi COVID-19.

Untuk produksinya, ADRO mencatat penurunan sebanuak 4% yoy atau 27,2 juta ton dibandingkan tahun lalu.

Indo Tambangraya Megah

Tidak jauh berbeda, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga mengalami pelemahan penjualan pada semester pertama tahun ini. Realisasi penjualan ITMG tumbang 1,2 juta ton menjadi 11,1 juta ton.

Adapun kontributor terbesar penjualan perseroan berasal dari pasar di Asia Tenggara, India, dan Pakistan dengan US$219,49 juta atau 33,6% dari total penjualan.

Realisasi lainnya disumbang dari penjualan ITMG ke pasar Taiwan, China, Hong Kong, dan Korea Selatan mencapai US$167,70 juta, dan Jepang senilai US$125,91 juta.

Dalam laporan keuangannya, perseoran juga mencatat penurunan laba bersih US$29,80 juta yang tumbang 57,80% yoy dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$70,82 juta.

Di sisi lain, pendapatan bersih UTMG juga anjlok 26,89% yoy menjadi US$652,62 juta dari sebelumnya US$892,70 juta pada periode yang sama tahun lalu. (SKO)