<p>Komisaris Perusahaan Gas Negara (PGN), Archandra Tahar. Foto: doc. TrenAsia</p>
Industri

Komut PGN: Perusahaan Akan Fokus Efisiensi dan KPI yang Berorientasi Pada Return Investasi

  • Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arcandra Tahar menyatakan, pihaknya sebagai subholding migas memiliki kewajiban dan tanggung jawab bahwa pemanfaatan gas bumi di Indonesia harus semakin optimal.

Industri
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Arcandra Tahar menyatakan, PGN sebagai subholding migas memiliki kewajiban dan tanggung jawab bahwa pemanfaatan gas bumi di Indonesia harus semakin optimal.

Oleh karena itu, kepastian adanya pasokan gas, terbangunnya infrastruktur gas dan meningkatnya permintaan gas, yang tercermin dari laju peningkatan pengguna gas (pasar gas domestik) harus menjadi objektif utama perusahaan.

Di tengah tantangan pandemi COVID-19 saat ini, PGN juga harus mengambil inisiatif dan berbagai terobosan agar mampu menjalankan peran strategisnya itu. Secara bisnis, emiten dengan kode saham PGAS ini terus mendorong berbagai kebijakan efisiensi.

“Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap kebijakan yang diambil mampu dijalankan secara maksimal dan memberikan keuntungan bisnis yang optimal kepada perusahaan secara berkelanjutan,” kata Arcandra, dikutip dari akun Facebooknya @arcandra.tahar, Kamis, 3 Juni 2021.

Pemilik 5 paten migas ini memberikan contoh efisiensi pada proyek pipa minyak Rokan dengan panjang sekitar 360 kilometer. Proyek tersebut dialihkan ke Pertagas dan PGN dengan belanja modal (capital expenditure/capex) yang diajukan sebesar US$450 juta. Setelah dikaji ulang, akhirnya proyek tersebut dapat berjalan dengan capex US$00 juta. Sehingga, ada efisiensi US$150 juta atau sekitar Rp2 triliun.

Efisiensi, KPI, dan Mindset
Ilustrasi: Pipa gas milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk. atau PGN. / Pgn.co.id

Lantas apa saja ruang efisiensinya? Menurut Arcandra termasuk di dalamnya adalah teknologi, cara pengerjaan dan juga cara mengelola proyek tersebut. “Jadi tiga aspek utama efisiensi itu adalah teknologi, sumber daya manusia dan bisnis proses yang dibuat secara efisien,” ujarnya.

Perseroan, lanjut Arcandra, juga berupaya melakukan berbagai perbaikan lain di antaranya terkait dengan key performance indicator (KPI) dari kinerja pegawai dan direksi.

Jika sebelumnya KPI di PGN dihitung berdasarkan berapa banyak investasi yang dilakukan, maka KPI tersebut diubah. Saat ini perhitungan KPI didasarkan atas berapa banyak return atau pengembalian yang dihasilkan dari sebuah investasi. Jadi, tidak lagi berorientasi pada jumlah investasinya.

“Investasi merupakan tantangan di industri migas. Namun yang penting dipahami dan harus dilakukan adalah seberapa besar investasi yang dilakukan itu mampu memberikan profit bagi perusahaan. Menurut hemat kami, itu akan menjadi kunci bagi BUMN seperti PGN bisa berkembang dengan baik,” lanjutnya.

Arcandra mengakui bahwa tidak mudah untuk mengubah mindset dari sisi sumber daya manusia. Jika sebelumnya melihat investasi dari jumlahnya yang sebanyak mungkin, saat ini menjadi berapa banyak return investasi untuk perusahaan.

Untuk mengubah mindset itu, pihaknya berusaha memberikan pengertian serta pelatihan kepada seluruh pegawai dan manajemen di PGN. Bahwa dalam mengelola sebuah korporasi profit itu penting dan inilah yang menjadi kunci tumbuhnya sebuah perusahaan.

“Kami juga memberikan pengertian kepada stakeholder bahwa sebaiknya KPI yang diukur di PGN bukan pada jumlah investasinya, tetapi pada return yang harus diperoleh dari sebuah investasi. Di industri migas rata-rata internal rate return dari sebuah investasi itu minimal sekitar 15 persen,” imbuhnya.

Profitabilitas jadi Penopang Keberlangsungan Usaha

Arcandra menegaskan bahwa profitabilitas penting untuk menjaga keberlangsungan usaha PGN ke depan. Karena itu laporan keuangan menjadi sangat krusial. Jika laporan keuangannya negatif, tentunya juga akan memberikan dampak negatif terhadap perusahaan.

“Kami di PGN berusaha agar kinerja keuangan terus membaik, sehingga ketika perusahaan membutuhkan pendanaan dari luar bisa mendapatkan yield yang kompetitif. Berbagai hal tersebut menjadi concern utama PGN agar perusahaan dapat tumbuh secara wajar sesuai harapan pemerintah dan pemegang saham lainnya,” tegasnya.

Pada kuartal I-2021, PGN  membukukan pendapatan sebesar US$733,15 juta. Sementara laba bersih yang dapat distribusikan ke pemilik entitas induk mencapai US$61,5 juta atau Rp870 miliar (kurs Jisdor Rp14.147 per dolar Amerika Serikat). Jumlah tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama pada kuartal I-2020 sebesar US$47,7 juta. (SKO)