chla.jpg
Dunia

Konfirmasi Pertama, Tank Challenger 2 Hancur di Perang Ukraina

  • Tank digunakan oleh Brigade Serangan Udara ke-82 Ukraina dan beroperasi di wilayah Zaporizhia.

Dunia

Amirudin Zuhri

KYIV- Tank Challenger 2 yang digunakan Ukraina dilaporkan untuk pertama kalinya telah hancur dalam pertempuran.

Sebuah video menunjukkan secara sekilas tank yang mirip Challenger 2 hancur dan terbakar di luar Robotyne. Tank tersebut kemungkinan milik Brigade Serangan Udara ke-82. Tidak jelas kapan video tersebut diambil.

Video sepanjang sekitar 50 detik diambil dari kendaraan yang digunakan Ukraina. Secara sekilas video itu menunjukkan sebuah tank terbakar hebat di sisi kiri mobil. Asap hitam mengepul hebat hingga tidak menunjukkan bentuk utuh dari tank. Perkiraan bahwa itu Challenger 2 diambil dari kemiripan meriam tank.

Perbandingan meriam tank yang terbakar dengan Challenger 2

Belum jelas penyebab kehancuran tank tersebut. Tetapi kemunginan oleh tembakan arteleri atau rudal anti-tank. Ini mengingat sejauh ini belum terlihat pertempuran antar tank di wilayah itu.

Ukraina seperti diketahui Ukraina menerima 14 tank Challenger 2 dari Inggris. Jumlah ini menjadikannya sebagai tank paling langka dalam invetaris Ukraina.

Tank digunakan oleh Brigade Serangan Udara ke-82 Ukraina dan beroperasi di wilayah Zaporizhia. Dalam serangan balik yang dimulai awal Juni, Challenger 2 dan Brigade Serangan Udara ke-82 dijadikan sebagai pasukan cadangan. 

Mereka awalnya direncanakan akan masuk pertempuran setelah pasukan pertama Ukraina menembus garis pertahanan lawan. Tetapi karena Brigade ke-42 yang jadi pasukan ujung tombak tidak berhasil melakukan tugasnya, Brigade ke-82 akhirnya diturunkan. Seminggu sejak mereka diturunkan Ukraina akhirnya bisa merebut Robytine yang berjarak sekitar 70 km dari Melitopol.

Sejauh ini sangat jarang tank ini muncul dalam video pertempuran. Ukraina diperkirakan memilih menempatkan Challenger 2 di belakang pasukan. Tugas mereka sebagai sniper untuk menyerang pasukan musuh dari jarak jauh. Ini mengingat Challenger 2 terkenal dengan akurasi tembak dari jarak jauhnya. Sebagai contoh  pada tahun 1991 lalu sebuah Challenger 1 Inggris berhasil menghancurkan tank T-55 Irak dari jarak 3.600 meter.

Di bagian lain Ukraina saat ini  masih menunggu kedatangan M1A1 Abrams bantuan Amerika. Sekitar 200 personel Ukraina dilaporkan telah menyelesaikan pelatihan dengan tank ini di Jerman. 

Pejabat Pentagon sebagiamana dikutip Politico Senin 4 September 2023 mengatakan, Ukraina dijadwalkan menerima sepuluh pertama dari 31 tank Abrams yang dijanjikan pada pertengahan September 2023 ini. Para pejabat Barat berharap kedatangan tank-tank tersebut akan memberi pasukan Kyiv keunggulan untuk menembus pertahanan keras Rusia.

Sepuluh dari tank seberat 70 ton saat ini telah berada di Jerman untuk menjalani perbaikan akhir. Diharapkan seluruh tank akan dikirimkan pada  musim gugur.

Amunisi depleted Uranium  

Pemerintahan Biden sebagiamana dilapoirkan Reuters juga telah mengkonvirmasi akan mengirimkan amunisi depleted uranium untuk digunakan tank tersebut. Amunisi ini diyakni  dapat membantu menghancurkan tank-tank Rusia. Meskipun sejauh ini pertempuran tank on tank masih jarang terjadi. 

Amunisi ini akan dikirim ke Ukraina dalam beberapa minggu mendatang sebagai bagian terbaru dari paket bantuan senjata Amerika. Baru-baru ini Gedung Putih mengatakan akan mengirimkan kembali paket bantuan senilai antara US$240 juta hingga US$375 juta. Tergantung pada apa yang disertakan.

 Meskipun Inggris mengirim amunisi uranium ke Ukraina,  ini akan menjadi pengiriman amunisi pertama Amerika dan kemungkinan besar akan menimbulkan kontroversi. Hal ini menyusul keputusan sebelumnya oleh pemerintahan Biden untuk memberikan munisi cluster ke Ukraina.

Penggunaan amunisi depleted uranium masih diperdebatkan dengan sengit. Sejumlah  penentang mengatakan ada risiko kesehatan yang berbahaya saat menelan atau menghirup debu depleted uranium, termasuk kanker dan cacat lahir.

Sebagai produk sampingan dari pengayaan uranium, depleted uranium digunakan untuk amunisi karena kepadatan ekstrimnya. Ini  memberikan peluru kemampuan  menembus lapisan baja dan terbakar.

Meskipun depleted uranium bersifat radioaktif, namun kandungannya jauh lebih sedikit dibandingkan uranium yang dihasilkan secara alami.  Amerika Serikat menggunakan amunisi depleted uranium dalam jumlah besar pada Perang Teluk tahun 1990 dan 2003 serta pemboman NATO di bekas Yugoslavia pada tahun 1999.

Pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional mengatakan bahwa penelitian di bekas Yugoslavia, Kuwait, Irak dan Lebanon  menunjukkan, keberadaan residu uranium yang tersebar di lingkungan tidak menimbulkan bahaya radiologis bagi penduduk  yang terkena dampak. 

Namun, bahan radioaktif dapat menambah tantangan pembersihan besar-besaran pasca perang di Ukraina. Beberapa bagian negara tersebut sudah dipenuhi dengan persenjataan yang belum meledak yang berasal dari bom cluster dan amunisi lainnya, serta ratusan ribu ranjau anti-personel.