Konflik Global Punya 2 Pengaruh bagi Sektor Energi
- Jika harga minyak RI naik 1 dolar per barel, itu menambah pendapatan negara Rp3,3 triliun. Namun karena Indonesia impor baik minyak mentah maupun BBM, belanja negara bakal melonjak menjadi Rp9,2 triliun.
Energi
JAKARTA - Invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berlangsung lebih dari 2 tahun serta memanasnya timur tengah tentunya membawa dampak tersendiri untuk Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, konflik global yang memicu naiknya harga-harga komoditi bagi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki dua sisi. Selain membawa negatif sebagai importir minyak dan gas bumi, di saat bersamaan membawa dampak positif sebagai eksportir mineral dan batu bara.
"Indonesia itu posisinya agak unik, kita selain sebagai produsen energi fosil, tapi dalam sisi yang lain kita juga importir. Kita impor minyak mentah, kita impor juga BBM khususnya bensin. Kalau kita impor, pasti harganya internasional. Tapi di sisi yang lain kita juga ekspor gas. Sekitar 32% gas kita diekspor kemudian kita juga menjadi produsen dari mineral dan batu barayang besar," ujarnya di Jakarta dilansir Rabu, 7 Agustus 2024.
- Penutupan LQ45 Hari Ini 07 Agustus 2024: BUKA Pimpin Penguatan 30 Saham
- Penutupan IHSG Hari Ini 07 Agustus 2024: Naik 1,16 Persen PTIS Pimpin Penguatan
- SKK Migas Dorong Blok Jumbo South Andaman Jadi PSN
Konflik global, lanjut Dadan, tentu mempengaruhi kedua sisi sebagai eksportir dan importir. Misalnya, meningkatnya Harga crude akibat konflik akan membawa dampak negatif untuk Indonesia. Namun di sisi lain Indonesia juga merupakan eksportir crude yang menikmati kenaikan harga akibat konflik.
Dadan mencontohkan, jika harga minyak RI naik 1 dolar per barel, itu menambah pendapatan negara Rp3,3 triliun. Namun di sisi lain karena Indonesia impor baik minyak mentah maupun BBM, belanja negara bakal melonjak menjadi Rp9,2 triliun.
Salah satu konsumen terbesar BBM adalah pembangkit listrik, namun demikian dampak yang ditimbulkan tidak terlalu besar karena pembangkit listrik yang beroperasi di Indonesia 66% berbahan baku batu bara(PLTU) yang dilindungi dengan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dengan patokan harga tertinggi US$70 per ton.
Sebaliknya, ekspor batu bara yang dilakukan Indonesia telah membawa keuntungan besar bagi Indonesia karena harga ekspor mengikuti harga pasar internasional yang membawa peningkatan penerimaan negara.
Karena itu, Dadan menilai konflik global yang terjadi seyogyanya dilihat dari dua sisi. Dadan mencontohkan dampak konflik global di tahun 2023 yang menaikan harga komoditasi global membuat penerimaan negara meningkat hingga 116% dari target atau sebesar Rp300 triliun.
"Tahun 2023 harga komoditas bagus. Harga batu bara tinggi, harga mineral juga, termasuk nikel. Pendapatan PNBP bisa menembus Rp300 triliun atau 116% dari target di tahun tersebut. Jadi memang dinamis saja melihatnya antara harga dan PNBP itu sesuatu hal yang sangat berkaitan," tutup Dadan.