<p>PT Siloam International Hospitals Tbk., rumah sakit milik Grup Lippo. / Siloamhospitals.com</p>
Industri

Konglomerat Mochtar Riady Tata Ulang Investasi di REIT, Siloam, dan Lippo Cikarang

  • PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) sebagai induk usaha properti dan real estate Grup Lippo, melakukan restrukturisasi investasi saat pasar modal tengah terkoreksi demi meraup cuan. LPKR menjual kepemilikan di dalam bisnis non-inti untuk menambah saham pada dua anak usahanya, yakni PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) dan PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK).

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

Konglomerat pemilik Grup Lippo, Mochtar Riady, menata ulang strategi investasi di perusahaan lewat jual-beli kepemilikan saham dalam portofolionya.

Mochtar Riady adalah konglomerat terkaya ke-12 di Indonesia versi majalah Forbes 2019. Kekayaannya ditaksir mencapai US$2,1 miliar setara Rp33,6 triliun dari properti, ritail, kesehatan, media, dan pendidikan.

PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) sebagai induk usaha properti dan real estate Grup Lippo, melakukan restrukturisasi investasi saat pasar modal tengah terkoreksi demi meraup cuan. LPKR menjual kepemilikan di dalam bisnis non-inti untuk menambah saham pada dua anak usahanya, yakni PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) dan PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK).

CEO Lippo Karawaci John Riady mengaku pelepasan bisnis non-inti pada First Real Estate Investment Trust (REIT) ini merupakan bagian dari strategi manajemen untuk melepaskan aset-aset yang kurang strategis. Perseroan berhasil mengantongi dana lebih dari Rp850 miliar dari hasil pepenjualan saham di First REIT sebesar 10,5% sejak kuartal II-2019.

Penjualan tersebut telah selesai pada kuartal I-2020 dan berhasil mengumpulkan dana tunai sebesar Rp300 miliar. Total dana yang dihasilkan dari divestasi kepemilikan First REIT digunakan untuk membiayai transaksi akuisisi saham pada SILO dan LPCK sebesar Rp452,5 miliar.

“Transaksi ini dilaksanakan pada valuasi yang sangat menarik yang mana telah meningkatkan kepemilikan perseroan di Siloam menjadi lebih dari 55,4% dan di Lippo Cikarang menjadi 84%,” kata John dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis, 16 April 2020.

John menyebutkan perusahaan berkode saham LPKR itu membeli saham SILO dengan diskon yang menarik untuk industri tersebut pada harga rata-rata enterprise value per earnings before interest, tax, depreciation, and amortization (EV/EBITDA) selama 5 tahun terakhir.

Harga rata-rata akuisisi ini di bawah 9,5 kali EV/EBITDA, sementara untuk perusahaan-perusahaan sejenis secara historis diperdagangkan pada EV/EBITDA rata-rata lebih dari 20 kali.

Pada perdagangan Kamis, 16 April 2020, saham SILO ditutup merosot 3,92% sebesar 200 poin ke level Rp4.000 per lembar. Kapitalisasi pasar saham SILO mencapai Rp7,96 triliun dengan imbal hasil 22,81% dalam setahun terakhir.

Sementara untuk saham Lippo Cikarang, diskon terhadap nilai aktiva bersih (net asset value/ NAV) pada harga rata-rata transaksi lebih dari 91% yang merupakan diskon yang besar untuk perusahaan-perusahaan sejenis.

Pada perdagangan Kamis, 16 April 2020, saham LPCK ditutup stagnan di level Rp650 per lembar. Kapitalisasi pasar saham LPCK mencapai Rp1,74 triliun dengan imbal hasil negatif 63,8% dalam setahun terakhir.

Rincian transaksi, LPKR menambah 70 juta saham dalam SILO dengan harga rata-rata Rp5.779 per lembar. Kemudian, LPKR menambah 80 juta saham LPCK dengan harga rata-rata Rp600 per lembar.

Akuisisi saham ini diselesaikan dalam dua transaksi yang terpisah, masing-masing dilakukan selama empat pekan terakhir.

Pada akhir tahun lalu, LPKR juga telah menjual dua mal miliknya kepada NWP Retail senilai Rp1,28 triliun setara 124,3 juta dolar Singapura. Dua aset utama milik Grup Lippo yang dilepas adalah Pejaten Village di Jakarta Selatan dan Binjai Supermall di Sumatra Utara.

Harga penjualan senilai Rp997,4 miliar (96,8 juta dolar Singapura) untuk Pejaten Village dan Rp283,3 miliar (27,5 juta dolar Singapura) untuk Binjai Supermall lebih tinggi masing-masing sebesar 33,3% dan 19,3% dari harga perolehan awal sebesar Rp748,0 miliar dan Rp237,5 miliar pada saat diakuisisi tahun 2012.

Pada perdagangan Kamis, 16 April 2020, saham LPKR ditutup melorot 2,7% sebesar 4 poin ke level Rp144 per lembar. Kapitalisasi pasar saham LPKR mencapai Rp10,2 triliun dengan imbal hasil negatif 42,94% dalam setahun terakhir.

Hingga 30 September 2019, Lippo Karawaci meraup pendapatan konsolidasi Rp8,27 triliun. Perolehan itu stagnan dari tahun sebelumnya Rp8,26 triliun.

Kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk juga membengkak 121% menjadi Rp1,72 triliun pada 2019. Padahal setahun sebelumnya, rugi bersih Lippo Karawaci hanya mencapai Rp779,5 miliar. (SKO)