Konsep Baru! Kolaborasi Neo-Koperasi dalam Ekonomi Digital Indonesia
kolaborasi antara industri keuangan dengan berbabis kapitalis dengan koperasi yang berlandaskan gotong royong.
Nasional
JAKARTA – Peneliti Eksekutif Senior Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hendrikus Passagi memperkenalkan strategi barunya dalam melakukan percepatan pemulihan ekonomi nasional (PEN). Ia menginisiasi program kolaborasi antara industri keuangan yang notabene berbasis kapitalis dengan koperasi yang berlandaskan gotong royong.
Hendrikus mengungkapkan kajian neo-koperasi ini sebagai pelengkap ekosistem ekonomi digital Indonesia. Baginya, hal ini sesuai dan sejalan dengan budaya lokal Indonesia.
Ia menilai, adanya program ini sekaligus untuk mengatasi permasalahan pada tingkat last mile nasabah atau peminjam dana kredit. Selain itu, menurut Hendrikus, keragaman budaya serta kebiasaan masyarakat di berbagai daerah turut menjadi kendala dalam penetrasi program PEN.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“Oleh sebab itu dibutuhkan kolaborasi yang kuat antara industri keuangan yang berbasis kapitalis dengan neo-koperasi sebagai industri keuangan berbasis gotong royong,” ujar Hendrikus kepada TrenAsia.com di Jakarta, Senin 7 September 2020.
Tidak sampai di situ, ia berpandangan, sulit menggerakkan program PEN jika hanya bergantung pada bisnis model yang berbasis kapitalis. Sebab bobot kalkulasi bisnis didasarkan pada analisis manfaat ekonomi.
“Sehingga mereka akan sangat berhati-hati, dan berdampak pada pergerakan program PEN yang berpotensi melambat,” jelasnya.
Lebih lanjut, kata Hendrikus, sangat sulit untuk menggerakkan program PEN yang diharapkan minim risiko, jika hanya bergantung pada bisnis model yang bobotnya lebih banyak didasarkan pada prinsip gotong royong.
Ia bilang prinsip ini memang akan mempercepat akselerasi program PEN, namun manajemen risiko menjadi minimal dan potensi penyalahgunaan menjadi lebih besar dan mungkin tidak tepat sasaran.
“Disinilah letak pentingnya kolaborasi antara industri keuangan berbasis kapitalis dengan industri keuangan berbasia gotong royong,” pungkasnya.