<p>Alat berat mengangkut tumpukan sampah yang menutupi permukaan air di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa, 22 September 2020. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat total 888 ton sampah menumpuk di Pintu Air Manggarai yang terbawa dari aliran Sungai Ciliwung. Jumlah petugas yang dikerahkan adalah 20 orang dengan total armada 20 unit dan tiga jenis alat berat yang digunakan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Konsep Harm Reduction Bisa Tekan Dampak Negatif Bonus Demografi

  • JAKARTA – Penerapan konsep harm reduction atau pengurangan bahaya dinilai penting, untuk mengantisipasi potensi dari efek negatif bonus demografi, termasuk di bidang lingkungan. Hal ini bisa turut menekan degradasi lingkungan. Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi menyebut, Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada 2024. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Penerapan konsep harm reduction atau pengurangan bahaya dinilai penting, untuk mengantisipasi potensi dari efek negatif bonus demografi, termasuk di bidang lingkungan. Hal ini bisa turut menekan degradasi lingkungan.

Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi menyebut, Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada 2024.

Saat ini, jumlah penduduk Indonesia sendiri mencapai 270 juta orang, sebanyak 70% di antaranya berada di usia produktif (15-60 tahun). Adapun mayoritas penduduk usia produktif tersebut adalah pemuda yang berusia 16-30 tahun.

Artinya, jumlah penduduk usia kerja berjumlah dua kali lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia nonkerja.

“Bonus demografi itu seperti pisau bermata dua, yang pertama jendela peluang, kedua bencana,” ujar pria yang akrab disapa Uki ini saat dihubungi via telepon, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, bonus demografi bisa berpotensi menciptakan bencana bagi lingkungan karena adanya peningkatan aktivitas manusia, baik ekonomi, sosial, maupun politik.

“Itu semua dalam prosesnya mengeksploitasi alam ataupun limbahnya merusak alam,” ungkapnya.

Ubah Aktivitas Sehari-hari

Pemanfaatan pembangkit listrik batu bara, kebakaran hutan, penggunaan kendaraan pribadi, sampah puntung rokok, dan sampah rumah tangga menjadi beberapa contoh. Bahkan, DKI Jakarta menghasilkan sampah per hari sebanyak 7.500 ton yang dikirim ke Bantar Gebang.

“Limbah sampah belum terdaur ulang dengan baik. Ini yang dimaksud bahwa aktivitas ekonomi, sosial, dan politik bisa menghasilkan degradasi lingkungan,” ujarnya.

Dengan demikian, Uki menilai perlu dilakukan pemberdayaan pemuda yang berkelanjutan, serta tata kelola lingkungan hidup. Keduanya tidak bisa dipisahkan dan harus dijalankan secara partisipatif oleh semua pihak, dari hulu ke hilir.

“Dari upstream pembuat kebijakan dan downstream dari masyarakat umum. Kalau untuk upstream, merestorasi yang rusak, sedangkan di level downstream, kami menawarkan harm reduction atau pengurangan bahaya” paparnya.

Konsep pengurangan bahaya ini pun bisa direalisasikan dengan mengurangi pemakaian produk yang tidak ramah lingkungan. Dengan kata lain, menggunakan pengganti produk alternatif yang lebih baik.

Aktivitas sehari-hari, misalnya, dengan tidak lagi menggunakan sedotan, kantong plastik sekali pakai, maupun tidak lagi merokok. Hal ini bisa diganti dengan produk yang dapat dipakai berulang kali.

“Inilah yang dimaksud pengurangan bahaya karena kita memang tidak bisa menghentikan aktivitas ekonomi,” katanya.