Landskap gedung perkantoran dari kawasan Menteng Dalam, Jakarta, Senin, 27 September 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Industri

Konstruksi Gedung Tertunda, Pasokan Lahan Perkantoran di Jakarta Membeludak

  • Pasokan lahan baru untuk perkantoran di Jakarta diperkirakan bakal mencapai 435.000 m2 pada tahun depan. Dari jumlah lahan baru tersebut, 78% di antaranya akan berada di Central Business District (CBD).
Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA - Pasokan lahan baru untuk perkantoran di Jakarta diperkirakan bakal mencapai 435.000 m2 pada tahun depan. Dari jumlah lahan baru tersebut, 78% di antaranya akan berada di Central Business District (CBD).

Berdasarkan hasil riset dari Colliers, jumlah pasokan ini akan bertambah cukup besar lantaran banyak penyelesaian konstruksi gedung yang tertunda pada tahun ini.

“Namun, setelah itu pertumbuhan pasokan kantor baru akan cenderung terbatas pada periode 2024-2025,” mengutip hasil riset tersebut, Kamis, 7 Oktober 2021.

Pada tahun ini, secara kumulatif pasokan perkantoran di Jakarta memakan lahan 6,96 juta m2 untuk CBD dan 3,63 juta m2 di luar CBD.

Sementara itu, proyeksi rata-rata kumulatif pasokan perkantoran di Jakarta pada 2020-2025 sebesar 156.489 m2 untuk CBD dan 92.356 m2 di luar CBD.

Peneliti dari Colliers Ferry Salanto mengatakan, jumlah ini cukup melegakan karena selama ini office selalu mengalami over supply atau pasokan berlebih.

Pasalnya, rata-rata tingkat hunian di CBD pada kuartal III-2021 tercatat 78.7%, turun 0.5% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Begitu pula di luar CBD, tercatat tingkat hunian turun 0,6% menjadi 77.8% dibandingkan dengan kuartal II-2021.

Adapun tingkat hunian kantor tertinggi di CBD adalah kantor Kelas B dan Premium yang masih berada di angka 80.1% dan 79.9%. Di luar CBD, rata-rata tingkat hunian kantor tertinggi adalah kantor kelas C yakni mencapai 85.6%.

Meskipun demikian, terbatasnya jumlah pasokan baru di CBD ini dianggap mampu mengangkat rata-rata tingkat hunian kantor pada akhir 2021.

Sementara itu, di luar CBD rata-rata tingkat hunian diperkirakan akan mengalami penurunan. Penyebabnya yakni besarnya jumlah pasokan baru, serta belum terlihat tingginya komitmen penyewa pada gedung-gedung baru yang akan segara beroperasi.

Kendati demikian, Ferry bilang pada awal 2020-2024, developer atau pengembang dinilai sudah mulai concern dalam memikirkan strategi pemilihan waktu membangun proyek.

Kemudian, pada 2025 ia menyebut akan banyak gedung yang dibangun meskipun underplanning alias tidak terencana. Menurutnya, pengembang akan melihat performa perkantoran pada tahun depan. Jika kinerja sudah lebih baik, maka konstruksi akan dimulai setelah 2025.