Ilustrasi keuangan.
Pasar Modal

Konsumer Nonsiklikal dan Finansial jadi Sektor Unggulan Tahun Depan, Ini Alasannya

  • Hal itu dikemukakan oleh Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dalam acara Sage Talk & Market Outlook 2023 beberapa waktu lalu.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi bahwa konsumer nonsiklikal dan finansial akan menjadi sektor unggulan untuk tahun 2023.

Hal itu dikemukakan oleh Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dalam acara Sage Talk & Market Outlook 2023 beberapa waktu lalu.

Hariyanto mengatakan, kedua sektor yang disebutkan di atas masih akan prospektif dapat menjadi pertimbangan investor tahun depan.

"Untuk sektornya, kami memiliki sektor konsumer nonsiklikal dan finansial karena masih akan prospektif dan dapat menjadi pilihan tahun depan," ujar Hariyanto.

Hariyanto menjelaskan, konsumer nonsiklikal masih cukup potensial karena margin keuntungan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang tersebut masih dapat meningkat dan laba bersihnya pun berpeluang tumbuh pada 2023.

Pada sektor finansial, Hariyanto menilai bahwa pertumbuhan laba bersih perbankan masih akan meningkat pada 2023 karena didukung oleh pertumbuhan pinjaman dan pertumbuhan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tinggi di tahun depan.

Selain itu, Hariyanto juga mengatakan bahwa turunnya beban pencadangan atau beban provisi yang diprediksi akan terjadi tahun depan pun dapat mendukung pertumbuhan laba bersih perbankan.

Sementara itu, Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, untuk sektor finansial, kredit perbankan masih cukup menjanjikan pada tahun depan karena kebijakan pemerintah dan otoritas moneter masih cukup akomodatif walaupun kenaikan suku bunga masih berpotensi untuk berlanjut.

"Kami memprediksi Bank Indonesia (BI) masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga untuk mengendalikan kenaikan inflasi dan nilai tukar dolar AS. Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sektor perbankan masih tetap akomodatif untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan," kata Rully.

Untuk sektor konsumer nonsiklikal, Rully melihat bahwa konsumsi rumah tangga masih akan moderat hingga kuartal I/2023 meski terjadi perlambatan ekonomi nasional tahun depan yang turut dipengaruhi oleh berkurangnya mobilitas akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

Namun, perlambatan ekonomi yang terjadi di dalam negeri masih akan lebih baik dibanding tingkat global seiring dengan melemahnya aktivitas manufaktur di negara-negara maju.

Sebelumnya Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede pun menilai sektor konsumsi siklikal dan nonsiklikal akan unggul di tahun 2023 mendatang karena kebutuhan dasar masyarakat tetap harus terpenuhi.

Sementara sejumlah bankir seperti Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja dan CEO Citi Indonesia mengakui prospek sektor perbankan tahun depan masih cerah.

Menurut Jahja, kondisi likuiditas dinilai aman dan depresiasi kurs rupiah terhadap strength US dollar dinilai masih jauh lebih baik dibanding negara-negara lain yang mata uangnya melemah terlalu dalam.

“Jadi perbankan oke lah saya pikir,” kata Jahja kepada TrenAsia.com beberapa waktu lalu.

Menurut Batara, prospek perbankan di Indonesia tahun depan cerah mengingat sudah banyak perusahaan yang mengalami pemulihan mengikuti pola V shape atau sempat melambat saat COVID-19 namun saat ini sudah berbalik menguat (opening up). 

Upside risk lainnya adalah, neraca perdagangan yang surplus selama 30 bulan berturut-turut, defisit fiskal yang segera kembali ke level normal di bawah 3% PDB serta prospek kenaikan investment grade Indonesia.