GoTo menggelar Konferensi Maju Digital 2022 di Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2022.
Korporasi

Konsumsi Harian Terus Membesar, Saham GOTO Disebut Bakal Seperti Sektor Konsumer

  • Membesarnya transaksi kebutuhan harian di ekosistem PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dinilai sebagai hal yang sangat positif bagi masa depan bisnis emiten bersandi GOTO itu

Korporasi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Membesarnya transaksi kebutuhan harian di ekosistem PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dinilai sebagai hal yang sangat positif bagi masa depan bisnis emiten bersandi GOTO itu. 

Bahkan dalam jangka panjang, jika ketergantungan masyarakat untuk menggunakan jasa layanan dan produk-produk di GOTO terus meluas, bisnis emiten ini berpotensi masuk dalam kelompok sektor defensif seperti halnya PT Unilever Tbk (UNVR) dan PT Indofood CBP Tbk (ICBP).

Indikator besarnya konsumsi masyarakat melalui ekosistem GOTO tercermin dari viralnya unggahan netizen tentang total pengeluaran mereka di aplikasi Gojek. Salah satunya diperlihatkan selebriti, Amanda Manopo, yang mempublikasikan bukti total transaksinya di aplikasi Gojek mencapai Rp253,774 juta untuk periode setahun melalui akun Instagram resminya. Mulai 2 November 2021 sampai 2 November 2022. 

Pada postingannya, aktris dan penyanyi kelahiran 6 Desember 1999 ini menyebut mayoritas untuk belanja makanan dalam aplikasi tersebut yaitu GoFood.

Oleh akun @txtfrombrand bukti transaksi tersebut kemudian diunggah di Twitter mengikuti thread yang sedang viral karena trending sehingga semakin ramai mendapatkan respon netizen.

Hal yang sama diunggah pemilik akun @_panski. ”Yang laen minggir dulu, temen w juara banget,” cuitnya memperlihatkan bukti total amount milik temannya di aplikasi Gojek sebesar Rp166,731 juta untuk periode 1 Januari 2022 sampai 31 Oktober 2022.

Banyak yang merespon bahwa uang sebesar itu bisa untuk beli mobil. ”Sebenarnya ya kalau diitung bagi rata selama 10 bulan dengan average 16jt perbulan dan temen gue ini ngurus a family of 4 (suami istri + anak 2) berarti seorang sebulan 4 jutaan, sehari 130rb an, anggep lah 150rb, kl sehari 3x makan berarti 1x makan <50rb, masih make sense,” kata @_panski.

"Sejak pandemi, aktivitas digital masyarakat kita semakin masif dan itu terlihat dari tingginya transaksi masyarakat melalui ekosistem GOTO. Banyak aktivitas dan kebutuhan harian sekarang dipenuhi dengan menggunakan jasa dan produk konsumen yang semuanya ada di GOTO,” kata Kepala Riset Praus Capital, Marolop Alfred Nainggolan, di Jakarta, Rabu (3/11).

Menurut pria akrab disapa Alfred ini, GOTO bisa dibilang sebuah perusahaan teknologi yang bisa menjadi proxi atau indikator dari konsumsi masyarakat Indonesia. Ini penting karena kontribusi perekonomian Indonesia terbesar masih ditopang oleh konsumsi masyarakat. 

Sebagai bagian dari kebutuhan keseharian masyarakat, Alfred menilai, bisnis GOTO memiliki resiliansi yang baik. Ini terindikasi dari nilai transaksi di ekosistem GOTO yang terus bertumbuh di tengah dinamika perekonomian mulai dari dampak Pandemi, kenaikan harga BBM, kenaikan inflasi, dan sejumlah indikator lainnya.

Saat ini ada beberapa emiten yang masuk kategori defensif karena bisnis yang dimiliki seperti UNVR, ICBP atau AMRT yang permintaan terhadap produknya tetap stabil karena merupakan kebutuhan sehari-hari, namun umumnya mereka memiliki pertumbuhan yang tidak besar. 

"Layanan jasa dan produk-produk dalam ekosistem GOTO memiliki karakter yang sama karena produk dan jasanya juga telah menjadi kebutuhan primer, terutama saat ini di kota-kota besar. Bedanya tingkat pertumbuhan bisnis GOTO lebih tinggi," ungkapnya. 

Hasil riset RedSeer mengumumkan bahwa ekosistem GoTo melayani dua pertiga kebutuhan konsumsi rumah tangga Indonesia. Dihitung berdasarkan presentase nilai transaksi bruto (Gross Transaction Value/GTV) GoTo selama tahun 2020 terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun yang sama.

Ke depan, Alfred menambahkan, model bisnis yang dikembangkan oleh GOTO melalui tiga segmen bisnisnya yaitu on-demand (Gojek), e-Commerce (Tokopedia), dan Layanan Keuangan berpotensi merambah kepada konsumen secara lebih luas di banyak daerah. Ini sejalan dengan digitalisasi yang terus berkembang, dimana generasi baru yang jumlahnya semakin besar juga dominan melakukan transaksi melalui aplikasi seperti GOTO. 

Indikasi meluasnya konsumen tercermin dari terus meningkatnya Gross Transaction Value (GTV) GOTO sejalan dengan semakin pulihnya perekonomian Indonesia pasca Pandemi. Berdasarkan laporan kinerja terbarunya, khusus di kuartal kedua 2022 saja, GTV GOTO mencapai sebesar Rp 150,5 triliun atau melampaui target yang dicanangkan secara kuartalan berkisar antara Rp 142 - Rp 150 triliun. 

Pendapatan Kotor GOTO naik 49% year on year mencapai Rp 10,7 triliun pada setengah tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 7,19 triliun (proforma). Pendapatan bersih GOTO tercatat sebesar Rp 3,39 triliun, melesat 73% dari semester I-2021 senilai Rp 1,96 triliun.

”GTV GOTO masih bisa tumbuh. Memang saling bergantian. Bila food services turun maka ride-hailing dan e-Commercenya bisa naik. Saya rasa topline (pendapatan GOTO) juga bisa naik. Growth (pertumbuhan) topline GOTO tidak serendah ICBP dan Unilever,” ucap Head of Equity Research BCA Sekuritas, Christopher Andre Benas.

Andre menyebut salah satu kekuatan GoTo saat ini adalah layanan on-demand yang resilient dan tidak terdampak inflasi.