<p>Suasana kios pedagang di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa, 6 Oktober 2020. Jika pandemi tak bisa dikendalikan yang salah satunya dilihat dari indikator positive rate di bawah 5%, masyarakat, khususnya kelas menengah akan enggan membelanjakan uangnya, karena khawatir terinfeksi. Inilah yang menjadi penyebab, meski reaktivasi ekonomi sudah dilakukan pada Juni 2020 lalu, tetapi kinerja daya beli tetap melorot. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Konsumsi Rumah Tangga Jadi Kontributor Terbesar Resesi

  • JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 masih terkontraksi 4,04% year on year (yoy). Angka ini mengalami perbaikan dibandingkan dengan kontraksi kuartal kedua yakni 5,52%. Berdasarkan sumber pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), konsumsi rumah tangga menjadi kontributor terbesar kontraksi ekonomi Indonesia secara tahunan yakni sebesar -2,17%. “Ini bisa dipahami […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 masih terkontraksi 4,04% year on year (yoy). Angka ini mengalami perbaikan dibandingkan dengan kontraksi kuartal kedua yakni 5,52%.

Berdasarkan sumber pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), konsumsi rumah tangga menjadi kontributor terbesar kontraksi ekonomi Indonesia secara tahunan yakni sebesar -2,17%.

“Ini bisa dipahami karena bobot konsumsi rumah tangga dalam perekonomian sebesar 57 %,” kata Kepala BPS, Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis, 5 November 2020.

Secara kumulatif, besaran PDB atas dasar harga berlaku kuartal III-2020 mencapai Rp3.894,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.720,6 triliun. 

Ekonomi Indonesia kuartal III-2020 terhadap kuartal sebelumnya meningkat sebesar 5,05%. Secara tahunan, kontraksi pertumbuhan tercatat sebesar 3,49%, dengan angka kumulatif sebesar 2,03 %.

Membaik Meski Masih Negatif

Tidak hanya konsumsi rumah tangga, kontraksi terjadi pada hampir semua komponen pengeluaran, kecuali komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 9,76%.

Pertumbuhan negatif terutama terjadi pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 10,82 %. Diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 6,48 %.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada kuartal III-2020 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,88 %. Dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,00 % (y-on-y).

Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 pada seluruh kelompok pulau di Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan. Kelompok provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 6,80 %.

Sementara itu, kelompok provinsi lainnya yang mengalami kontraksi pertumbuhan antara lain Pulau Kalimantan sebesar 4,23 %. Pulau Sumatera sebesar 2,22 %, Pulau Maluku dan Papua sebesar 1,83 %, serta Pulau Sulawesi sebesar 0,82 %.

Dampak pandemi COVID-19 juga dirasakan diseluruh pulau dengan level kontraksi pertumbuhan yang bervariasi. Kelompok pulau yang mengalami kontraksi pertumbuhan lebih dalam dari kontraksi pertumbuhan nasional (yoy).

Meliputi Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6,80 %, Pulau Kalimantan sebesar 4,23 %, dan Pulau Jawa sebesar 4,00 %. Sebaliknya, kelompok pulau yang mengalami kontraksi pertumbuhan di atas pertumbuhan nasional meliputi Pulau Sulawesi sebesar 0,82 %. Lalu Pulau Maluku dan Papua sebesar 1,83 %, serta Pulau Sumatera sebesar 2,22 %.