TESLA
Tekno

Kontroversi Autopilot Tesla Mencuat di Pengadilan

  • Pengacara korban kecelakaan mengklaim bahwa perusahaan otomotif tidak boleh menjual produk eksperimental kepada konsumen.

Tekno

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Seorang pengacara korban kecelakaan fatal yang melibatkan mobil Tesla Model 3 membuat pernyataan di pengadilan. Mereka menyalahkan sistem asisten pengemudi Autopilot Tesla atas tragedi tersebut. Kecelakaan tersebut menyoroti perdebatan tingkat bahaya penggunaan teknologi Autopilot dalam kendaraan penumpang.

Dilansir dari Reuters, 29 September 2023, dalam pernyataannya di pengadilan pada Kamis 28 September 2023, pengacara korban kecelakaan mengklaim bahwa perusahaan otomotif tidak boleh menjual produk eksperimental kepada konsumen. Mereka berargumen bahwa fitur autopilot adalah penyebab utama kematian dalam kecelakaan tersebut, meskipun Tesla bersikeras menilai bahwa insiden tersebut adalah kesalahan manusia.

Kecelakaan tragis ini terjadi ketika mobil Tesla Model 3 tiba-tiba keluar dari jalan raya timur Los Angeles dengan kecepatan 105 kilometer per jam, menabrak sebuah pohon , dan meledak dalam waktu singkat. 

Tesla menyatakan bahwa sistem Autopilotnya tidak dirancang untuk berbelok tajam di jalan raya, karena sistem tersebut memiliki fokus utama pada keselamatan. Pengacara korban kecelakaan menegaskan bahwa roda kemudi mobil berbelok tajam sebasar 43 derajat di jalan bebas hambatan, dan menambahkan bahwa kegagalan perintah kemudi adalah masalah umum di Tesla.

Tesla mengatakan bahwa sistem autopilotnya menempatkan sistem antisipasi pada sudut kemudi dikecepatan tinggi, sehingga sistem autopilot hanya mampu menyetir sedikit ke kiri atau ke kanan di jalan raya. 

Selain kontroversi seputar peran Autopilot, Tesla juga menyalahkan pengemudi atas kondisi mabuk mereka. Tesla telah menegaskan bahwa alkohol dapat berkontribusi pada terjadinya kecelakaan tersebut.

Insiden ini memicu pertanyaan yang mendalam tentang pengembangan dan penggunaan teknologi otonom dalam kendaraan penumpang. Meskipun perkembangan mobil otonom bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan di jalan raya, kasus seperti ini menandai pentingnya menggabungkan inovasi teknologi dengan peraturan yang ketat dan pendidikan pengemudi yang memadai.

Kecelakaan ini juga mengingatkan kita bahwa, meskipun teknologi otonom terus berkembang, tanggung jawab akhir dalam mengemudi selalu ada pada pengemudi. Kecelakaan tragis semacam ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya penggunaan teknologi dengan bijak dan selalu mengutamakan keselamatan di atas segalanya.