Konversi Minyak Tanah ke LPG Jadi Bagian Clean Cooking Energy
- Postur subsidi energi adalah untuk BBM sebesar 2,81%, disusul LPG 3 kg 1,33%, dan listrik 40,2%
Energi
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyebut, keberhasilan program konversi minyak tanah (mitan) ke Liquified Petroleum Gas (LPG) sebagai bagian dari penerapan clean cooking energy.
Dadan menjelaskan jika pada program konversi LPG saat ini telah memberikan manfaat bagi sekitar 50 juta rumah tangga dan sejak tahun 2010 hingga 2023, program ini mengkonversi sekitar 8,2 juta ton Minyak Tanah menjadi LPG.
"Indonesia telah menunjukkan kemajuan luar biasa, dengan peningkatan akses terhadap energi bersih untuk memasak (clean cooking) dari 40% pada tahun 2010 menjadi hampir 90% dari populasi saat ini," katanya dalam dalam diskusi panel 'Delivering Affordable Clean Cooking and Energy Access for All' dilansir Rabu, 22 Mei 2024.
- APINDO Dorong Pelaku Industri Digital Ikuti Jejak TikTok Shop-Tokopedia
- Susah Cari Kerja, Gig Worker Jadi Alternatif Angkatan Kerja Baru
- Misteri Tambang Busang Kalimantan (Bagian I): Kisah Penipuan Emas Terbesar dalam Sejarah
Secara historis, hambatan utama dalam penggunaan LPG yang lebih luas di Indonesia adalah keterjangkauan dan ketersediaan. Namun melalui kebijakan yang efektif, pembangunan infrastruktur LPG, penyediaan kompor gratis dan harga LPG bersubsidi, Indonesia telah berhasil melipatgandakan proporsi penduduknya yang memiliki akses terhadap memasak bersih bersih.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Program konversi LPG telah memberikan manfaat bagi sekitar 50 juta rumah tangga dan sejak tahun 2010 hingga 2023, program ini mengonversi sekitar 8,2 juta ton minyak tanah menjadi LPG, dengan penurunan emisi GRK sebesar 2 juta ton CO2.
Namun diakuinya, program konversi yang sukses ini menimbulkan tantangan baru. Biaya subsidi LPG menjadi semakin mahal karena meningkatnya permintaan.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan hingga Maret 2024, pemerintah telah menggelontorkan Rp27,9 triliun untuk realisasi subsidi energi yang meliputi Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG 3kg, dan listrik pada Maret 2024.
Jika dirinci, postur subsidi energi adalah untuk BBM sebesar 2,81%, disusul LPG 3 kg 1,33%, dan listrik 40,2%.
Meskipun LPG masih menjadi solusi utama untuk memasak ramah lingkungan di Indonesia, Pemerintah secara bertahap beralih ke diversifikasi energi, terutama dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi beban anggaran negara, namun juga meningkatkan keamanan dan keberlanjutan energi.
Salah satunya dengan mendorong penggunaan gas alam dan memperluas penggunaan gas pipa, khususnya di wilayah perkotaan. Saat ini, sekitar 900 ribu rumah tangga sudah terhubung dengan jaringan gas bumi. Pada tahun 2023, konversi ke gas pipa ini mengurangi emisi GRK sekitar 50.000 Ton emisi CO2.