Korea Didorong Optimalkan Kesepakatan Bisnis dengan Arab Saudi
- Federasi Industri Korea (FKI) mendesak Korea Selatan (Korsel) memaksimalkan kesepakatan senilai US$15,5 miliar yang ditandatangani selama kunjungan terakhir Presiden Yoon Suk Yeol ke Arab Saudi.
Dunia
JAKARTA - Federasi Industri Korea (FKI) mendesak Korea Selatan (Korsel) memaksimalkan kesepakatan senilai US$15,5 miliar yang ditandatangani selama kunjungan terakhir Presiden Yoon Suk Yeol ke Arab Saudi.
Kesepakatan itu berfokus pada konstruksi dan infrastruktur skala besar, ICT, dan sektor ramah lingkungan. Demikian disampaikan oleh asosiasi bisnis utama negara Korsel, dikutip dari The Korea Times, Senin, 30 Oktober 2023.
Usulan ini muncul saat asosiasi tersebut meminta saran dari Institut Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) Universitas Dankook mengenai cara untuk memperluas hubungan ekonomi Seoul-Riyadh. Yoon mengunjungi negara Timur Tengah dengan delegasi yang terdiri dari para pemimpin bisnis utama Korea awal bulan ini.
- Ketahui Apa Itu Nyamuk Wolbachia yang Disebut Mampu Atasi DBD
- X Resmi Luncurkan Fitur Panggilan Audio dan Video Call, Ini Cara Menggunakannya
- Taylor Swift: The Eras Tour Tidak Akan Dirilis di Layanan Streaming Sampai Pemogokan Aktor Hollywood Selesai
Kunjungan tersebut menghasilkan penandatanganan 46 nota kesepahaman (MoU) dan kontrak dengan perusahaan milik negara kerajaan. Laporan tersebut menyoroti Arab Saudi memiliki ekonomi terbesar di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, menyumbang lebih dari 25% dari keseluruhan PDB kawasan itu senilai US$4,41 triliun tahun lalu.
Ketika dunia mencoba untuk menetralisir emisi karbon, kesepakatan ini akan mengurangi ketergantungan dunia pada bahan bakar fosil. Arab Saudi, salah satu produsen minyak terbesar di dunia, harus lebih mendiversifikasi industri lokalnya.
Di tengah prospek negara yang berubah, Korea memiliki keunggulan yang dibangun selama 60 tahun terakhir dalam pertukaran bilateral, menurut FKI. Korea telah mengirim pekerja ke lokasi konstruksi di Arab Saudi untuk 1.800 proyek senilai gabungan US$160 miliar.
Hingga September, Korea memenangkan 15 proyek di Arab Saudi senilai US$6,24 miliar tahun ini, melampaui US$3,48 miliar pada tahun 2022. Pemerintah Arab Saudi sejak tahun 2017 memilih Korea sebagai salah satu dari delapan sekutu utamanya, sebuah fakta yang menurut laporan tersebut akan meningkatkan hubungan bilateral di masa depan.
Namun karena pemerintah Arab Saudi sekarang mengubah kebijakan untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja lokal daripada pekerja asing, Korea harus memantau perkembangan di masa depan di sana, menurut laporan tersebut.
Menurut FKI, ICT adalah salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di Arab Saudi dan Korea. Dengan daya saing global Korea di lapangan, hal itu bisa menjadi yang paling berpengaruh di pasar digital Arab Saudi.
- Dorong Kompetensi SDM, Kementerian BUMN Luncurkan School of Excellence
- PLN Ingin Elektrifikasi Dorong Pertanian Indonesia Semakin Maju
- Diguyur Rp2,4 Triliun, Proyek LRT Velodrome-Manggarai Rampung 2026
“Dengan tujuan untuk meningkatkan output energi terbarukan ke jaringan listrik nasionalnya menjadi 50% pada tahun 2030 dan menetralisir emisi karbon pada tahun 2060, pemerintah Saudi mengumumkan rencana untuk membangun 48 pembangkit energi terbarukan,” kata FKI.
Menurut laporan tersebut, pasar energi terbarukan yang berkembang di negara itu akan membutuhkan kehadiran Korea di sektor konstruksi pabrik, peternakan fotovoltaik, dan produksi hidrogen.